28. Amarah

9.6K 1.1K 32
                                    

Erlos terdiam kaku melihat Aldrick ada di hadapannya dengan raut datar andalannya. Namun ia tahu daddynya kecewa.

Tanpa mengucapkan apapun Aldrick berniat untuk masuk tetapi Erlos segera mencegahnya.

"Dad tunggu!"

Terlambat.

Erlos ditahan oleh kedua anak buah Aldrick yang memang berjaga di depan pintu kamar Xavier.

Aldrick sendiri segera mendekat ke arah Xavier yang terlihat masih berbicara dengan Damian. Dengan segera ia merebut ponsel itu dan membantingnya dengan keras.

Xavier yang terlalu terkejut reflek mundur hingga sampai ke kepala ranjang. Ia menunduk dengan gelisah. Sudah pasti ia ketahuan dan sekarang daddynya menatapnya dengan tajam.

Arvian dan Tamara yang mendengar suara bantingan yang cukup keras juga muncul di sana. Mereka dapat melihat Erlos yang diseret oleh kedua anggota mafia keluarga mereka. Mereka ikut masuk ke dalam kamar Xavier dan melihat adiknya mereka yang terlihat ketakutan dengan amarah daddy mereka.

"Apa kurang jelas ucapan daddy untuk melupakan kedua pembunuh itu?" tanya Aldrick dengan nada mengintimidasi.

"Tunggu dulu. Aku punya a-"

"Alasan? Bukankah kau juga ingin Xavier kembali ke keluarga ini? Cukup dengarkan perintah daddy dan jangan coba-coba melakukan hal konyol. Kau pikir bisa menyembunyikan sesuatu dariku? Jangan bermimpi Erlos" ucap Aldrick dengan nada yang sangat datar.

Sungguh saat ini, Erlos sudah tidak kuat menahan dirinya untuk menyadarkan Aldrick. Persetan dengan apa yang akan dilakukan Aldrick padanya nanti.

"Apa daddy masih belum sadar juga dengan apa yang daddy lakukan?! Daddy lah yang membuat semuanya semakin rumit! Mommy juga pasti tidak akan pernah memaafkan daddy karena daddy lah yang membuat adik-adikku jauh dari orang-orang yang mampu menyayangi mereka tanpa kekerasan seperti yang daddy lakukan!" ucap Erlos sedikit berteriak.

PLAK!

Semua orang di ruangan itu menatap kejadian di depannya dengan raut terkejut.

Wajah Erlos tertoleh ke samping akibat tamparan itu. Bahkan sudut bibirnya sedikit berdarah. Ia menundukkan kepalanya namun tidak menyesal dengan ucapannya.

"Kurang ajar! Dimana sopan santun mu Erlos?! Dengar. Daddy tidak akan segan-segan mengirim mu ke rumah kakek jika kau terus membantah peraturan daddy, Erlos"

Erlos yang awalnya menunduk langsung mendongak menatap Aldrick dengan terkejut. Sangat terkejut. Begitu juga dengan Arvian, Tamara, dan Xavier.

"Apa? D-dad, ap-" ucap Erlos sedikit tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"DIAM! Kalian terlalu sering melawan daddy. Kau pikir daddy tidak tau perjanjian antara kau dan adikmu? Hentikan rencana kalian itu sekarang atau daddy akan bertindak lebih kejam" ucap Aldrick dengan tatapan tajam yang mengarah ke Erlos. Nada bicaranya benar-benar dingin dan mengintimidasi.

"Daddy sudah keterlaluan!" ucap Tamara keras. Yang benar saja! Daddynya tega bermain tangan dan mengirim anaknya sendiri keluar dari mansion ini?!

"Jangan ikut campur Tamara. Daddy melakukan ini untuk mendisiplinkan anak-anak daddy" ucap Aldrick datar.

Setelah itu, Aldrick mengalihkan pandangannya ke Xavier yang meremat selimutnya kuat karena takut. Ia mendekat ke arah Xavier kemudian menarik tangannya paksa menuju ke kamar pribadinya. Begitu sampai di pintu kamar Xavier, ia berhenti dan memberi perintah untuk kedua bawahannya tanpa menoleh.

"Seret ke kamarnya dan pastikan kalian mengunci pintu kamarnya dengan benar. Aku akan mengurusnya nanti"

Setelahnya, ia kembali menarik tangan Xavier. Xavier memberontak. Ia menggigit tangan Aldrick hingga cengkraman di tangannya terlepas. Dengan cepat ia berlari menjauhi Aldrick yang sedang kesakitan. Namun ia ditangkap oleh kakak keduanya, siapa lagi kalau bukan Arvian. Tidak lupa bukan bahwa Arvian sangat menurut dengan Aldrick.

Xavier Rezvan Avilash (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang