《 Air 》 17. Gadis Aneh

2 1 0
                                    

Menuju lorong penuh duri, dan kegelapan menjadi teman sejati. Setetes keringat jatuh bersamaan dengan tetes darah lainnya.

Seringainya timbul, seakan memberi tahu pada dunia, sekejam apa dirinya. Tangannya memegang kuat-kuat pisau yang sudah berlumur darah banyak manusia.

Ia terus berjalan, dengan mata yang hanya memandang kegelapan. Teriakan minta tolong terdengar seperti nyanyian untuknya. Bahkan cicitan seekor kelinci menjadi irama merdu untuk telinganya.

"Aku, sudah membuka pintu." katanya seram. Intonasi yang ia gunakan seakan mampu membakar orang hidup-hidup.

"Lalu, kalian yang harus membuka pintu selanjutnya." dia terus bermonolog. Mengatakan hal yang begitu ambigu.

"Duduk manis, minum segelas kopi, dan membaca koran pagi. Itu impianku sejak dulu."

"Hahahaha.." tawanya jahat.

Ekor matanya menangkap kelinci yang duduk ketakutan disampingnya.

"Hei kelinci manis, apakah darahmu enak?" tanyanya dengan senyum devil yang menjadi ciri khas dirinya.

Ia mencekik kelinci itu hingga kepalanya hampir putus. Setelah itu, ia melempar asal dan kembali berjalan dengan masih membawa pisau.

"Kasihan sekali kelinci itu, siapa yang tega membunuhnya." ucapnya dengan nada kasihan.

Ya, kasihan yang sangat dibuat-buat.

Dengan badan hampir rapuh, juga hati yang tak kunjung sembuh. Gadis itu berjalan tegap memaksa kakinya melangkah. Jangankan manusia ataupun hewan, kakinya saja serasa ingin ia habisi.

"Apa yang kalian ambil, akan kalian dapatkan." seolah yang ia ucapkan dari tadi sebuah mantra.

"Hanya tinggal beberapa langkah, dan kalian akan mendekati AKU."

"Hah, sudah tidak sabar aku bertemu kalian."

Pisau yang ia pegang, semakin kuat ia genggam. Tangan yang ringkih itu, semakin memperdalam pisau itu menusuk tangannya sendiri. Dia tersenyum, tertawa puas.

"Aku belum puas. Ini belum tanggal mainnya." ucapnya santai.

"Hari Minggu, aku akan menunggu koran pagi. Mengabarkan berita kematian kalian." smirknya muncul.

Ia sudah sampai di ruangan terang. Ruangan yang menjadi saksi dirinya sendiri. Dia melihat beberapa foto disana. Dengan bingkai yang begitu cantik, dan perpaduan warna yang menarik.

"Aku suka, setidaknya ini membuat kalian lebih menderita."

Kemudian, ia duduk di salah satu kursi, mengeluarkan sebuah buku dengan tulisan yang ia tahu jelas apa makna dan maksudnya. Senyum devilnya lagi lagi muncul. Ia mencoret tulisan itu dengan pisaunya.

"Satu tugas, hampir aku selesaikan."

Gadis itu benar-benar aneh, tidak pernah terjangkau oleh mata manapun. Tidak ada yang bisa melihat dirinya. Tidak ada..

[( Bersambung )]

***

Secrets RevealedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang