《 Air 》 6. Ruang kimia

4 2 0
                                    

Selepas pelajaran PJOK selesai, Nesya langsung pergi ke kantin membeli teh dingin. Suasana siang ini sungguh panas. Matahari seolah tak berpihak pada Nesya. Apalagi hari ini adalah jadwal pelajaran PJOK. Untungnya guru Nesya sedang malas mengajar sehingga pelajaran PJOK cepat selesai.

"Hari ini kok panas banget yah?" Nesya bertanya pada diri sendiri.

"Entah, gue juga gatau." ucap seseorang dari samping Nesya.

Sontak Nesya melihat ke arah sumber suara. Dia terkejut dengan kehadiran Dewa. Ada apa dengan anak itu? Adakah angin yang membuatnya melayang hingga berada di samping Nesya? Mungkin seperti itu yang ada dipikiran Nesya.

"Gue tadi baru selesai dari kamar mandi. Gak sengaja aja sih lihat lo di sini." ucap Dewa seolah tau apa yang dipikiran Nesya.

"Oh," jawab Nesya singkat, lalu fokus pada minuman dinginnya lagi.

"Ekhem," Dewa berdehem pada Nesya.

"Hmm?" tanya Nesya tanpa mengalihkan perhatian dari minumannya.

"Gak niatan nawarin gue minuman? Haus banget nih."

"Gak. Beli aja di kantin." jawab Nesya tak perduli.

Dewa menghela nafas. Baru saja ia ingin membalas perkataan Nesya, tiba-tiba saja bel berbunyi pertanda pelajaran berikutnya akan dimulai. Lantas, Dewa mengurungkan niat dan langsung pergi dari hadapan Nesya tanpa pamit terlebih dahulu.

Ga sopan. Batin Nesya.

***

Murid-murid sudah kumpul di kelas masing-masing. Kali ini, suasana kelas agak riuh. Ada yang menghibah, main kartu, main tod, kejar-kejaran, dan lain-lain. Ya, mereka sangat santai karena setelah pelajaran PJOK, mereka ada praktek di laboratorium. Mungkin agak sedikit menyenangkan meskipun panas matahari belum juga turun, setidaknya agak sejuk.

"Nes, lo udah persiapin alat-alat buat ke lab belom?" tanya Fitri pada Nesya dan disambut hangat olehnya.

"Sudah kok, Fit." jawab Nesya sambil tersenyum.

Fitri hanya mengangguk. Baru saja ia ingin bertanya kepada Nesya kembali, tapi tiba-tiba guru biologi sudah memasuki ruang kelas mereka. Murid-murid langsung berhamburan menuju bangku masing-masing dan segera menghentikan kegiatan unfaedah mereka.

"Selamat siang, anak-anak." sapa Guru Biologi.

"Selamat siang juga, Bu." Balas murid-murid di kelas itu.

"Hari ini jadwal kita untuk ke lab, kan? Semuanya sudah mempersiapkan alat-alatnya kan? Ibu harap seperti itu." Ibu Nia-guru biologi Nesya-berjalan menuju meja guru. Dia segera mengisi absen guru dan kembali berdiri di depan papan tulis.

"Baiklah. Semuanya silakan ambil peralatan untuk praktek kita dan segera nyusul ke lab. Ibu tunggu selama lima menit. Ibu pamit ke kantor sebentar." ucap Bu Nia dan langsung meninggalkan kelas Nesya.

Keadaan kelas kembali riuh. Semuanya pada berkeliling-keliling dan sibuk saling menanyakan peralatan masing-masing, terutama bagi anak laki-laki. Huft, dasar. Kebiasaan banget tidak mempersiapkan peralatan dari rumah.

"Eh, Siti. Lo bawa pisau berapa? Bagi satu dong."

"Rio,lo udah nyiapin berapa peralatan?"

"Yeuh, si Ibu, mah. Mana cukup lima menit buat ke lab. Ini aja masih mencari barang-barang buat praktek."

"Gatau,tuh."

"Huwaaaaaaaa. Sumpah, gue takut katak beneran dah. Please, prakteknya jangan gunain katak nape, Bu?"

Kira-kira seperti itu riuhnya kelas Nesya. Semuanya sibuk mencari penyelamat diri karena perlengkapan mereka kurang lengkap. Nesya yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala dan segera meninggalkan kelasnya.

Dua menit lagi. Gumam Nesya dalam hati.

Nesya mempercepat langkahnya menuju laboratorium. Dia enggan untuk kena hukum Ibu Nia. Membayangkannya saja ia malas, apalagi menjalani hukuman Ibu Nia.

***

"Di mana teman-teman kamu, Nesya?" tanya Bu Nia dari belakang Nesya.

Sontak Nesya membalikkan badan dan mendapati Bu Nia sedang menyapu pandangan di sekitar laboratorium. Dia melihat Bu Nia menjinjing satu kotak cokelat. Agak besar dan mungkin saja berat. Bu Nia semakin mendekat ke arah Nesya.

"Anu, Bu. Mereka masih di dalam kelas." jawab Nesya mundur satu langkah.

Tampak wajah Bu Nia yang kusut dan berubah drastis saat mendengar jawaban dari Nesya. Bu Nia segera mengambil kunci laboratorium dari tasnya dan membuka pintu laboratorium.

"Kamu langsung masuk aja, Nes." ucap Bu Nia dan dibalas anggukan oleh Nesya.

Belum juga dua langkah Nesya berjalan, tiba-tiba Bu Nia memanggil Nesya.

"Sekalian bawain kotak ini ya, Nes. Ibu minta tolong." perintah Bu Nia.

"Baik, Bu." jawab Nesya sambil memasuki ruangan laboratorium.

Nesya menelusuri ruang laboratorium. Jujur, baru pertama kali ini dia memasuki ruang ini.

Gelap.

Nesya tidak tau dimana saklar ruangan ini berada.

"Duh, kok gelap banget ya? Mana pengap lagi." keluh Nesya.

Setelah beberapa langkah mengelilingi ruangan, barulah Nesya mendapati saklar lampu ruangan laboratorium. Nesya sedikit terkejut karena melihat pemandangan yang membuat seluruh jiwanya lemas. Namun, saat Nesya ingin memundurkan langkahnya, tiba-tiba suara teman-teman Nesya terdengar riuh dari luar.

"Dari mana saja kalian?!" bentak Bu Nia.

Semua murid langsung terdiam. Mereka menyusun barisan dengan sejajar dan rapi. Nesya hanya mengintip apa yang dilakukan Bu Nia pada mereka dari balik pintu laboratorium.

"Kalian berdiri disitu sampai jam mata pelajaran Ibu selesai." titah Bu Nia.

Mereka hanya diam, tak menyahuti perkataan Bu Nia. Mungkin itu lebih baik bagi mereka dibandingkan harus berlari mengelilingi lapangan 100× putaran.

Bu Nia segera meninggalkan mereka. Rasanya percuma saja memarahi mereka. Toh, tetap saja mereka akan seperti itu. Tak pernah perduli dengan sekolahnya.

"Nesya, alat-alat kamu sudah lengkap semua?" tanya Bu Nia yang tiba-tiba nongol dari balik pintu.

"Sudah, Bu." jawab Nesya singkat.

"Baiklah, langsung saja kita mulai praktek membedah kataknya, ya."

Bu Nia perlahan membelah katak yang telah mati. Dengan penuh hati-hati Bu Nia mengambil satu-persatu bagian tubuh sang katak. Sebenarnya Nesya ingin mual, tapi apa boleh buat. Hanya dia yang diizinkan untuk mengikuti praktek membedah di laboratorium.

"Nah, yang ini bagian jantung dan hati. Sebenarnya tak perlu waktu lama untuk mengenal organ tubuh makhluk hidup. Yang terpenting sekarang, kamu tau bagaimana proses membelah dan cara bekerja organ-organ tubuh makhluk hidup." jelas Bu Nia.

Nesya mengikuti semua arahan Bu Nia. Tapi tetap saja, ada yang janggal baginya. Sayangnya, ia tak tahu apa itu. Yang jelas, ada yang mengganjal di hati Nesya.

"Proses membedah kita sudah selesai. Minggu depan, kita akan adakan ulangan harian. Kamu tinggal ingat-ingat saja bagaimana proses membedah dan fungsi dari organ-organ yang sudah ibu sebutkan tadi satu-persatu." peringat Bu Nia.

"Baik Bu, terimakasih."

Pelajaran biologi akhirnya selesai dan kini waktunya pulang. Nesya tak tau bagaimana nasib teman-temannya yang masih dihukum.

"Demi apa? Ini semua ada apa?" batin Nesya.

[( Bersambung )]
***

Secrets RevealedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang