《 Air 》 16. Anggota Baru

6 0 0
                                    

"Brukk!!" Nesya pingsan.

"Nesyaaa!!" teriak Dewa dan Gibran bersamaan.

Dewa segera mengangkat tubuh gadis itu dengan sigap. Untung saja, uks tidak begitu jauh. Jadi Dewa dengan cepat membawa Nesya.

"Nesya, bangun." ucap Dewa sangat khawatir.

Di belakangnya, ada Gibran yang membawakan tas Nesya. Ia juga tak kalah khawatir dari Dewa, dilihat dari raut wajahnya yang sulit dijelaskan.

"Gue harap, lo nggak papa, Nesy." gumam Gibran masih menatap punggung Dewa yang mulai menjauh.

Setelah sampai di Uks, Dewa merebahkan Nesya di ranjang UKS. Dewa dengan cekatan mengambil obat-obatan seperti minyak angin atau lainnya. Bahkan Dewa tidak malu mengipasi Nesya, membuat gadis itu cepat sadar.

Setelah beberapa menit, Nesya membuka mata dan menemukan Dewa dengan raut khawatir. Jika Nesya sedang tidak sakit, ia ingin menertawakan wajah Dewa yang sangat konyol ini. Namun, apa daya, tenaganya belum pulih seutuhnya.

"Alhamdulillah Nesya, lo udah sadar" Dewa berucap lega.

"Lo sebenarnya, sakit apa sih, Sya?" tanya Dewa dengan khawatir. Pria itu sedari tadi cemas dengan keadaan Nesya.

"Gue gak papa." jawab Nesya enteng. Ia tidak melihat apa? Wajah panik Dewa.

"Bohong banget sih lu."

Nesya tersenyum tipis, sangat tipis. Bahkan Dewa hampir ragu menyebutnya itu sebuah senyuman.

"Lo cantik kalau senyum." ujar Dewa tulus, namun sayang, Nesya tidak begitu mendengar ucapan Dewa.

***

Istirahat kali ini, Nesya masih di Uks dengan Aziah disampingnya. Gadis itu dengan telaten memijat kaki Nesya yang sakit. Jika bukan karena kemarin, Nesya tidak akan pingsan pagi tadi. Dan, kakinya juga pasti baik-baik saja. Berhubung hari ini tadi jadwal olahraga kelas Nesya, jadi dia tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran kali ini.

"Kaki lo, kok bisa sampai kaya gini sih, Nesy?" tanya Aziah lembut. Gadis itu heran, melihat banyak luka di kaki Nesya.

"Kemarin jatuh dari tangga Az," jawab Nesya berbohong. Ia hanya tidak ingin membuat teman-temannya khawatir.

Aziah pun percaya, dan kembali memijat kaki Nesya. Tentu saja, ia tidak memegang bagian kaki Nesya yang lebam-lebam.

"Oh iya, anak-anak kemana?" tanya Nesya karena semenjak pagi tadi, yang ia jumpai hanya Dewa dan Aziah yang bergantian menjaganya. Ralat, Aziah baru kesini setelah bel istirahat berbunyi. Dan Dewa sejak tadi disini. Ia pergi ke kantin membeli makanan untuknya dan juga Nesya.

"Anak-anak lagi ganti baju, terus si Dewa-dia ke kantin beli makanan." jawab Aziah menyudahi aksi pijit-memijitnya.

Nesya mengangguk paham, kemudian, tangannya meraih ponsel yang ada di atas nakas.

"Eh, ini Rani bikin grup apa?" tanyanya setelah membuka aplikasi WhatsApp. Ada grup baru disana yang dibuat oleh Rani. Anggotanya ada dirinya, Gibran, Rani, Wira, Aziah, dan.. Dewa?

"Grup kita." jawab Aziah.

"Kita?" dahi Nesya berkerut. Ia belum paham maksud 'kita' disini.

"Sebenarnya grup itu mau dibikin pas kerja kelompok matematika. Tapi berhubung nggak jadi, ya udah Rani ganti aja grupnya. Jadi kek grup geng kita gitu." jelas Aziah.

Nesya hanya ber oh ria seraya keluar dari roomchat grup itu. Ia tidak berminat menyapa atau yang lainnya. Tapi tunggu, kenapa ada Dewa?

"Tapi, Dewa?" tanya Nesya menatap Aziah.

"Tadi pagi, Gibran cerita soal teka-teki yang berusaha kalian berdua pecahkan kemarin. Terus dia juga cerita soal tangisan di perpustakaan yang kalian denger. Setelah itu, kita jadi diskusiin tentang teka-teki itu. Dan, soal tangisan... kita semua juga belum tahu. Kebetulan juga, Dewa ada waktu kita diskusi. Ya udah, sekalian aja, kita bikin grup sambil diskuiin itu. Toh, kita temenan sekarang. Pasti grup itu juga akan berguna kok, nggak hanya sekedar buat bahas teka-teki nggak penting itu." jelas Aziah panjang kali lebar. Namun, tetap saja, pertanyaan Nesya seperti belum terjawab sepenuhnya.

"Dewa mau diajak gabung?" tanya Nesya heran, pasalnya, Dewa adalah tipe orang yang tidak mudah cocok berkawan dengan orang. Bahkan untuk mengobrol pun, Dewa selalu menyeleksi teman ngobrolnya.

"Mau, dia bilang mau bantuin kita. Khususnya elo."
"Jangan-jangan Dewa suka sama lo, Nesy." tebak Aziah mulai senyum-senyum tidak jelas.

"Apaan sih, Az." gerutu Nesya,ia tidak paham maksud Dewa apa? Yang jelas, Dewa sudah masuk dalam kehidupan Nesya.

[( Bersambung )]

***

Secrets RevealedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang