《 Air 》 14. Teka-teki (1)

2 1 0
                                    

Hari ini Nesya pulang cepat. Dia harus membersihkan rumah yang sedari tadi pagi belum ia bersihkan. Ia tahu, Paman dan Bibi masih satu hari lagi di sana. Hal ini menandakan bahwa Nesya bisa bersenang-senang untuk hari ini. Hanya kali ini saja. Namun, Nesya lebih memilih untuk pulang ke rumah, membersihkan diri juga rumah. Karena itu sudah menjadi kewajiban Nesya sebagai pemilik rumah.

"Setelah bersih-bersih, gue bakalan lanjut baca novel itu lagi, deh. Seru banget sih," ucap Nesya sambil tersenyum. Dia mulai suka baca buku genre horror sejak kelas VIII SMP.

Sedikit lagi Nesya akan sampai di rumah. Dia berjalan kaki dari simpang tiga menuju rumah. Waktu sudah menunjukkan pukul 18.45 WIB.

"Alhamdulillah sepi," batin Nesya tersenyum senang.

Dia langsung meletakkan tasnya di dalam kamar dan segera mencuci tangan. Semuanya sudah beres, hanya mandi lah yang belum Nesya lakukan karena sibuk dengan urusan di rumah.

"Hufft. Kenapa aku mulai ketakutan sendiri sih? Ini kan rumahku sekarang. Kenapa malah aku yang cemas?"

Nesya tidak jadi mandi sore karena keburu malam. Dia juga enggan untuk mandi malam karena takut sakit. Dia lebih memilih untuk melanjutkan membaca novelnya yang ia dapat dari tangan Dewa.

***

"Pembantaian."

Tak ada suara yang menemani langkah Gibran. Bahkan, sang Mama pun tidak tahu jika Gibran sama sekali belum makan. Sejak pulang dari sekolah, dia terus saja berkutat dengan semua buku bahasa, globe, dll asalkan berhubungan langsung dengan hatinya.

"Btw, kok ini ngeri banget sih? Dan anehnya, giliran gue keanehan, kok teman-teman malah ngira ini buku gak ada istimewanya sih?"

Gibran mengambil secarik kertas dari dalam tasnya. Kertas itu seperti baru saja diremas oleh pemilik kertas itu.

"Dan lagi, ini benar-benar bikin gue penasaran. Sorry ya, Pak. Gue sengaja merobek kertas ini karena gue penasaran banget," ucap Gibran sambil membak balik kertas itu.

Ya, saat buku besar itu jatuh ketika Gibran ingin mengembalikannya di perpustakaan sekolah, tak sengaja Gibran membaca judul di lembaran yang terbuka itu.

TEKA-TEKI.

Dikarenakan Gibran yang sudah beberapa Minggu ini memiliki jiwa keingintahuan yang tinggi, dia memutuskan untuk merobek kertas itu dan menyimpannya di rumah sendirian.

*✯ ípípápáàpá 32:8 ▽ ⊡*

Gibran memelototi kertas itu. Dia terkejut dengan isi yang ada di dalam kertas.

"Hanya itu? Yang benar saja," tanya Gibran meremeh.

Gibran terkekeh pelan. Dia mengambil pulpen bersamaan dengan notebook kecil yang sudah lama tak ia gunakan.

"Kalau ini sih, pastinya gue bisa mecahin," ujar Gibran bangga.

Perlahan dia mencoba untuk memecahkannya, tapi tetap saja tidak ada jawaban yang berhasil ia pecahkan. Sudah 4 jam dia berkutat memecahkan itu. Dan lagi-lagi semuanya nihil hingga akhirnya dia mencampakkan kertas itu ke tong sampah.

"Teka-teki apaan itu? Sama sekali gak bisa dijawab," gerutu Gibran.

Dia bersandar pada bantal tidurnya. Tak lama kemudian, kepalanya jatuh ke tempat tidur, membuatnya semakin ingin tidur saja tanpa memikirkan jawaban teka-tekinya.

Namun, saat baru saja Gibran ingin memejamkan matanya, tiba-tiba kertas yang ia buang sudah ada di sampingnya. Seolah menuntut Gibran untuk tetap menyelesaikan teka-teki itu.

"Astaghfirullah, apa-apaan ini?" tanya Gibran terkejut.

Dia kembali membuang kertas itu ke dalam tempat sampah, tapi berulangkali pula kertas itu kembali ke tangannya.

Sampai akhirnya, Gibran mengalah dan tetap akan melanjutkan menyelesaikan teka-teki itu. Salah dia juga, kenapa harus terlalu penasaran.

"Oke, gue bakalan nyelesaikan teka-teki lo, tapi dengan syarat, gue mau tidur dulu. Lo baik-baik disitu. Bhay," ucap Gibran serasa mengambil posisi nyaman untuk tidur.

***

Nesya lari terbirit-birit menuju kelasnya. Peluh keringat sudah membanjiri wajahnya. Dia sangat tampak lelah dan ketakutan. Nafasnya ia atur sedemikian tenang karena sedari tadi tersengal-sengal.

"Innalilahi, sampe juga ternyata," ucap Nesya syukur.

"Alhamdulillah, dodol," perbaiki Wira sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Eh, iya. Alhamdulillah, sampai juga," perbaiki Nesya.

Nesya beranjak ke tempat duduknya. Dia menyandarkan badannya di kursi itu sambil memejamkan matanya. Hari ini sungguh sangat melelahkan. Dia tidak menyangka jika paman dan bibinya pulang satu hari lebih cepat dari jadwal seharusnya.

Saat Nesya sedang asyik menyegarkan pikiran, tiba-tiba kursinya bergoyang-goyang dari arah belakang. Nesya langsung memperbaiki posisinya dan menoleh ke belakang.

"Nes, ada yang mau gue omongin," ucap Gibran pelan.

"Paan?" tanya Nesya penasaran.

"Bentar."

Gibran mengambil kertas teka-teki itu dari dalam tasnya. Dia menyodorkan kepada Nesya. Ya, mau bagaimana lagi. Salah dia sih, ngapain seenaknya merobek kertas itu dari bukunya dan mencari gara-gara.

"Nih," ucap Gibran lesu.

"Apa ini?"

"Buka aja."

Nesya mengerutkan keningnya. Dia bingung dengan dua tulisan di kertas itu.

"Apa maksudnya?" Batin Nesya.

"Lo bisa jawab, gak?" tanya Gibran cemas.

"Bentar-bentar. Lo udah coba selesaikan belom?" tanya Nesya dengan perhatian yang sama sekali tidak beralih dari kertas itu.

"Udah, tampak gambarnya susah banget dipecahin" jelas Gibran.

"Gambar? Gambar apa? Coba lo lihat deh," Nesya menyodorkan kertas itu kembali pada Gibran.

Gerbang neraka terbuka. Portal gaib menipis tergorok oleh angka kematian menuju the moon frog akan keberuntungan, kekayaan serta kemakmuran.

Clue: china

Mata Gibran terbelalak sempurna. Dia terkejut bukan main. Padahal, kemarin hanya satu teka-tekinya. Lah, sekarang malah ada dua.

"Nggak, Nesya. Gak mungkin gue salah lihat. Sumpah, kemarin itu cuma ada gambar yang ini," jawab Gibran sambil menunjuk gambar bintang di sana.

"Gatau, ah. Ngeri gue bacanya," ucap Nesya sambil mengidikkan bahunya.

"Ayo dong. Bantuin gue," bujuk Gibran.

"Gibran, Nesya ... Maju ke depan."

Mereka berdua sontak langsung melihat ke arah papan tulis. Ternyata pak Budi sudah ada di sana.

"Mampus gue," batin Nesya dan Gibran bersamaan dalam diamnya.

[( Bersambung )]

***

Secrets RevealedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang