"Lo utang penjelasan sama gue"Rina datang ke meja kerjaku dengan marah,dan nafas ngos-ngosan.
Kalo sudah pake bahasa 'lo gue' gini berarti lagi emosi parah.Aku sudah tahu alasan dia marah,tapi aku bingung harus menjelaskannya kaya gimana.
Dia tadi mergoki aku turun dari mobil Pak Raka. Ya,Raka tadi pagi jemput ke rumah.
Sebenarnya aku enggan untuk ikut,tapi karena mama yang maksa dan mata dingin Raka yang memerintah tanpa bersuara itu mau tidak mau aku akhirnya ngikut juga."Ini nggak seperti yang kamu pikirkan Rin"ucapku ketakutan. Sungguh aku gemetaran mencari kata-kata untuk bohong.
"Maksud lo apa,jelas-jelas gue lihat lo turun dari mobil Pak Raka . Untung gue bawa motor jadi mergokin elo di parkiran."dia berkacak pinggang dengan muka merah ,menahan marah.
"I...itu tadi aku ketemu di halte busway,te_terus dia kasih tumpangan"
semoga kebohongan ini meyakinkan."Terus gue harus percaya gitu??,tumben-tumbenan lo naek busway dari rumah lo!!!!"nada suaranya tidak berubah,tetap ngegas.
"Iya,kan lagi ngirit"jawabku selanjutnya sambil menunduk.
"Lo jangan coba-coba bohongin gue ya.....kayanya gue nyium bau-bau pengkhianatan deh"
"Rin...."
Dia mendengus .
"Okelah gue maafin lo kali ini,dan inget jangan jadi pengkhianat."Julukan baru ku sebentar lagi pengkhianat mungkin.
Aduuuh. Gimana cara ngomong sama si Rina ya,biar dia nggak marah ? Mana tadi di mobil nggak sempet ngomongin masalah pembatalan lamaran sama Raka lagi.Tuh kan buntutnya jadi panjang gini. Meskipun Rina bilang sudah maafin tapi mukanya masih kelihatan jutek gitu. Berarti dia masih kesel mode on.
Trus gimana kalo sampe dia tahu kenyataannya ya???mana dia temen satu-satunya lagi.....Aduuuh pusing.
Aku mengerjakan laporan hari ini tak ada semangat sama sekali,begitu banyak persoalan hidup yang aku alami . Rasanya kepalaku sudah setengah mendidih,bahkan saat pak Wit kepala marketing minta laporan yang harusnya hari ini aku serahkan ,malah laporannya belum beres juga. Akhirnya aku ke pantry untuk membuat secangkir kopi biar pikiranku sedikit fresh. Selanjutnya aku kembali ke mejaku,menyelesaikan kerjaan yang menumpuk.
Sepertinya aku tidak usah makan siang saja biar kerjaannya beres. Lagian si Rina lagi kesel juga, tidak ada temen makan jadi mager.Jam istirahat akhirnya tiba. Aku masih fokus pada kertas dan laptop di depanku ,tiba-tiba Rina datang ke meja ku.
"Kamu nggak makan?"tanyanya
Wahh sudah nggak marah sepertinya. Sudah pake 'aku kamu'"Nggak laper aku Rin,kerjaannya numpuk,tadi di tegor sama pak Wit"
"Ayok temenin makan bentaran aja"rengeknya sambil mengetuk-ngetuk pensil di meja. Kulihat mukanya yang memohon ,tapi kerjaan ku harus segera selesai.
"Kamu sendiri aja ya? Aku nitip jus jambu"jawabku sambil tersenyum manis
"Nggak ,nanti kamu sakit,"dia menarik tanganku
"ayoook tar kalo sudah makan aku ban......"seketika ucapannya terhenti bersamaan dengan bayangan tinggi di samping mejaku. Otomatis aku mendongok ke arah kanan. Dan Rina melepaskan tanganku yang barusan dia tarik.
Astaga baru juga aku baikan sama Rina , Si biang masalah malah dateng.
Raka."Ayo makan bareng saya"ucap Raka sambil memasukan tangan di saku celana. Terlihat wajah dingin tanpa ekspresi seperti biasanya.
"Ta _tapi pak"ucapku terbata.sempat kulihat muka Rina yang kaget dan kesal.
"Saya tidak terima penolakan"jawabnya sambil menarik tanganku.
Mau tak mau aku mengikuti langkah kakinya. Mukaku sudah pias pasi,terlebih melihat wajah kecewa Rina, Rasanya aku sudah hampir mau menangis jika tak ingat malu. Persahabatan ku jadi taruhan disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBELET KAWIN ( Lengkap)
Short Story"Katanya kamu udah dikawinin ama pohon randu di deket kuburan. itu alasan kamu nggak kawin-kawin" "yaampun mama ngapain dengerin kata tetangga sihhh???." Ini juga mamaku maen iyak iyak aja pas disuruh dateng ke tempat mbah jambrong buat...