Sembilanbelas

30 3 13
                                    

Malam itu Tag sudah pergi dari rumah Jangjun. Jangjun tampak sibuk dengan beberapa persiapan yang sudah Tag minta.

Sementara Tag yang hanya berdiam duduk di rumah usang tempat awal nya di kurung itu mencoba menyibukkan fikirannya agar tidak mengingat rencana yang sudah dia atur agar bisa menyelamatkan Jangjun, Jibeom, Joowi bahkan dirinya sendiri.

Ia menyanyikan beberapa lagu dengan alunan piano miliknya itu sebelum ia tahu pasti bahwa roh jahat itu akan datang dan merasuki tubuhnya untuk membaca fikirannya.

Sementara Sungyoon hanya duduk berhadapan dengan Jibeom dan meletakkan Joowi duduk diantara mereka berdua, seperti alih-alih menjadi bodyguardnya.

"Sedang apa kalian? Tidakkah satupun dari kalian yang ingin membantu persiapan ritual sialan ini?" ,Jangjun dengan suara lantang menegur mereka yang hanya duduk bersantai.

"Tidak perlu, aku yakin ujung dari ritual itu pasti gagal!" ,Sungyoon menyeringai kesal.

"Jadi kau yakin dan ingin semua dari kita mati dan hanya kau yang hidup? Cih! Licik sekali kau Sungyoon. Sejak kapan kau berubah jadi pengkhianat?" , Jangjun meludahi Sungyoon karena sangat kesal.

Sungyoon memaksa tubuhnya berdiri karena sangat ingin memukul sepupunya itu, Lee Jangjun. Namun Jibeom menghentikan mereka berdua.

"Tidak bisakah jika Tag saja yang jadi tumbal? Kenapa semua jadi rumit?" ,Joowi tiba-tiba bersuara.

Mereka bertiga spontan saja sependapat dengan perkataan Joowi itu, namun Jangjun tahu pasti itu tidak mungkin.

"Tidak bisa. Karena di dalam diri mu mengalir darah reinkarnasi dari Sujeong ku. Aku tahu pasti, Tag mengorbankan Sujeong untuk tumbalnya. Dan entah bagaimana kau lah yang bisa menggantikan posisi Sujeong." ,ucap Jangjun dengan nada gemetar saat mengenang momen menyakitkan itu.

Semua orang lagi-lagi terdiam, seakan apa yang dikatakan Jangjun adalah sebuah drama bohong, seperti suatu komedi yang selalu ia katakan dahulu saat masih keadaan belum separah sekarang.

"Sial!!"

Kali ini Jibeom dan Sungyoon sangat kesal sampai mengucapkan kata yang sama dan secara bersamaan. Mereka ingin menyerang Jangjun namun Joowi malah tiba-tiba berlari keluar rumah.

Jibeom yang menyadari pergerakan kekasihnya itu segera berlari untuk menahanya. Ia menarik tangan Joowi dan mendekapnya di dadanya.

"Jangan menangis, kau pasti akan selamat, kau harus hidup aku janji."

Jibeom memeluknya sangat erat seperti ini adalah yang terakhir kalinya bertemu kekasihnya itu. Joowi membalas pelukan Jibeom karena ia merasa sangat sedih mendapatkan nasib sial seperti ini.

"Apa boleh aku pergi jalan-jalan dengan Joowi sebentar? Berapa lama waktu yang tersisa sampai ritual itu?" ,Jibeom seperti meminta izin kepada Jangjun.

"Pergilah, kembalilah sebelum pukul sepuluh malam. Kita akan berangkat ke hutan pukul sebelas." ,Sungyoon seolah-olah mengizinkan mereka berdua untuk pergi sementara Jangjun memasang ekspresi seperti marah.

"Sudahlah berilah mereka sedikit waktu. Ayo apa yang perlu ku bantu?" ,Sungyoon membujuk Jangjun agar Jibeom dan Joowi bisa pergi.

****
Jibeom mengajak Joowi ke suatu tempat, mereka berdua mengendarai motor milik Sungyoon.

"Sudah sampai... Ayo turun."

Joowi hanya menganggukan kepalanya, ia turun dan mengikuti langkah Jibeom yang memimpinnya.

Dilihat nya sebuah taman yang sangat indah di balik semak-semak tinggi di suatu tempat terpencil di kota itu. Joowi sangat terkagum-kagum karena keindahannya. Berkali-kali ia mengerjapkan matanya seakan tak percaya ada tempat seindah ini.

(1) LULLABY 🔚☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang