Eps. 07

43 20 23
                                    


Happy reading~
.
.
.

Devan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Devan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia dan Kayla sama-sama terdiam tak ada yang mengoceh satu sama lain. Kayla sibuk memainkan ponselnya melihat-lihat insta story.

  "Tumben lo mau tidur di rumah gue?" tanya Devan yang menciptakan obrolan.

Kayla menoleh. "Kan kasur lo sama kaya punya gue. Atas bawah," jawabnya. Kemudian, melanjutkan melihat ponselnya lagi.

  "Lagi kesambet apaan lo?"

  "Udah. Tinggal nyetir aja!"

Devan hanya mendengus kesal dan beralih menatap depan. Namun, baru tiga detik terdiam. Devan langsung menoleh lagi ke arah Kayla.

  "Lo udah ijin sama bonyok lo belom?"

Kayla menoleh lagi dengan garis tipis di dahinya. "Bonyok? Apanya yang bonyok?" tanya Kayla yang pura-pura polos atau memang dirinya benar-benar polos.

Devan menghela napasnya panjang. Sepertinya dia harus membeli sebidang tanah lapang untuk dipakai di dalam dadanya agar bisa bersabar menghadapi kepolosan gadis yang ada di sampingnya itu.

  "Bokap Nyokap, bego!" ketus Devan.

Kayla menyunggingkan bibirnya ke atas tanda kekesalannya. "Gak usah bego-begoin gue dong!"

  "Ya karena lo itu emang bego! Makanya bergaul! Jangan cuma bersemedi di kamar doang pacaran sama hp!"

Kayla tak menggubris ucapan Devan. Karena pikirannya sekarang sedang bertumpuk menjadi satu dan tidak mood untuk berdebat dengan Devan. Ia mengalihkan pandangannya menatap keluar dari balik jendela mobilnya. Melihat rumah-rumah yang ada di sekitar gang nya. Namun, tatapan matanya kosong. Entah melamunkan apa.

Devan melirik ke arah Kayla. Dia menemukan raut wajah yang sudah lama tak ia lihat sejak kematian kakaknya tiga tahun yang lalu. Ya, sekarang ia melihat raut kesedihan terpancar dari wajahnya. Walaupun, ia hanya menatapnya dari samping. Namun, dirinya paham jika Kayla sekarang sedang merasa terpukul. Devan tau perasaan itu dari wajah Kayla, karena dia sudah mengenalnya sejak kecil. Seorang Kayla tidak akan mudah menampakkan kesedihannya. Kecuali, jika itu memang benar-benar memukul hatinya.

Ada masalah apa kira-kira dia ya?

Devan hanya terdiam tak ingin bertanya apapun dan tetap fokus kepada jalanan nya.

Devan memarkirkan mobilnya di pekarangan rumahnya. Kayla pun langsung turun dan masuk ke dalam rumah Devan.

  "Auntyy.. ." panggil Kayla yang sudah membuka pintunya masuk.

Sarah yang sedang berada di dapur pun mendengar suara Kayla dan bergegas untuk ke ruang depan.

  "Eh, Kayla. Lama atuh gak main kesini?"

ARKANA || KAYLA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang