BAB 12

14K 963 21
                                    

Lovia rasanya ingin muntah saat Gerald, pria gila itu benar-benar memeluknya. Mana pelukannya sangat erat membuatnya sedikit tak bisa bernafas. Bajunya yang bersih tadi kini ikutan kotor karena pria gila ini.

"Gerald, lepaskan. Aku sudah tak tahan," ucap Lovia disela pelukan Gerald.

Gerald tak merespon apapun ucapan dari Lovia, membuat Lovia sedikit merasa heran. Tubuh Gerald juga semakin berat seperti mengimpitnya. Lalu, Lovia coba memanggil Gerald.

"Gerald," Masih sama, Gerald juga tidak merespon.

Karena, penasaran mengapa Gerald tak menjawab, Lovia mencoba mendorong Gerald, detik itu, ia langsung terkejut melihat Gerald yang langsung terjatuh ke lantai dengan mata yang tertutup rapat.

Lovia membukam mulutnya tak percaya melihat Gerald yang tak sadarkan diri. Setelah habis membunuh orang, dia langsung jatuh pingsan, sangat lucu sekali.

"Hai," panggil Lovia lagi sambil menyenggol bahu Gerald dengan kakinya. Ntah, kenapa Lovia mulai merasa cemas melihat Gerald yang tidak sadarkan diri seperti ini.

Melihat Gerald yang pingsan, Lovia jadi sedikit yakin kalau Gerald masih benar-benar manusia, bukan iblis.

Karena tak tau harus berbuat apa dengan keadaan dirinya yang hanya bisa duduk di kursi roda, lovia memilih untuk keluar memanggil pelayan untuk membawa Gerald ke kamarnya.

Sesampai di luar Lovia langsung berteriak memanggil para pelayan dari atas dengan wajah terlihat cemas.

"Pelayan!!"

"Pelayan!!"

Teriakan yang kuat dari Lovia dari atas membuat semua para pelayan naik ke atas menghampirinya secepat mungkin.

"Iya, Nona kenapa?" panik mereka takut kalau Lovia kenapa-kenapa.

"G-gerald dia pingsan di dalam kamar," jawab Lovia menunjuk di dalam kamar dengan jari yang gemetar.

"Apa tuan Gerald pingsan?!" Pelayan-pelayan yang menghampiri Lovia serentak menjawab dengan memasang wajah terkejut. Lovia menganggukkan kepalanya cepat sebagai jawaban.

"Cepat bawa dia ke kamarnya, dan segera panggilkan dokter!" desak Lovia yang masih terlihat cemas.

Semua pelayan itu mengangguk cepat dan masuk ke kamar untuk melihat dan membawa tuannya ke kamar.

Setelah masuk, mereka melihat tuannya yang tergelatak di lantai dengan mata terpejam. Meski Gerald adalah tuan yang kejam. Tapi, melihatnya tidak sadarkan diri seperti ini membuat mereka semua khawatir.

"Cepat ambil kursi roda, dan panggil dokter!" titah pelayan tersebut kepada temannya. Temannya itu mengangguk, lalu segera pergi dari kamar tersebut.

Lovia melihat Gerald merasa sangat cemas. Ia tak tau perasaan apa yang terjadi padanya kenapa bisa secemas ini. Tiba-tiba ada yang menepuk bahu Lovia di belakang, membuatnya menolehkan kepala.

"Bi Rosie?" Sejak kapan bi Rosie ada di sini? Iya, yang menepuk bahu Lovia adalah bi Rosie. Bi Rosie ada di sini karena seorang pelayan memberitahunya bahwa Gerald, tuan mereka jatuh pingsan di kamar Lovia.

Bi Rosie sedikit memberi senyuman pada Lovia, "Tuan baik-baik saja Nona, tidak perlu khawatir," Mendengar ucapan bi Rosie tersebut membuat Lovia mengulumkan bibirnya tipis.

Tak lama setelah itu, datang pelayan yang membawa kursi roda untuk Gerald, dengan segera mereka mengangkat Gerald ke kursi roda tersebut dan membawanya ke kamar.

Lovia hanya diam melihat mereka membawa Gerald sambil menggigit kuku jarinya. Sebenarnya, dia ingin ikut mengantar Gerald ke kamarnya. Namun, dia berpikir sepertinya tidak perlu ikut.

"Nona, tunggu di kamar. Nanti setelah selesai tuan ditangani, aku akan membawa Nona kepada Tuan," ujar bi Rosie sebelum keluar dari kamar.

"Terima kasih, Bi," jawab Lovia sambil memegang tangan wanita tua itu.

"Baik, Nona. Saya pamit pergi," Bi Rosie membungkukan tubuhnya, lalu setelah itu dia pergi dari kamar Lovia.

Setelah kepergian bi Rosie, Lovia menghembuskan nafas sambil melihat ke atas, dia memegang dadanya. Lovia masih bertanya pada perasaanya. Kenapa dia bisa khawatir sama Gerald? Seharusnya, dia senang bukan melihat Gerald seperti ini?

"Ada apa dengan diriku? Kenapa aku bisa secemas ini padanya?" Lovia bertanya pada dirinya sendiri. Kemudian, dia menutup wajahnya dengan tangan, lalu kembali menghebuskan nafasnya kasar, "Ya Tuhan jangan sampai aku menyukainya,"

~~~

Sudah sekitar 2 jam Lovia menunggu kedatangan bi Rosie di kamar seorang diri. Dan selang beberapa menit, akhirnya bi Rosie datang. Lovia langsung cepat menghampiri bi Rosie yang baru saja masuk.

"Gimana, bi? Gimana keadaan Gerald?" Lovia langsung bertanya.

Bi Rosie memegang tangan Lovia yang terasa dingin, "Tuan baik-baik saja, Nona. Tidak perlu khawatir, tuan hanya kelelahan," Mendengar jawaban bi Rosie membuat Lovia tenang dari kegelisahannya.

"Mari saya antar ke kamar tuan, Nona," lanjut bi Rosie.

"Makasih, Bi," Bi Rosie hanya membalas dengan senyumnya.
Lalu, mereka pun pergi ke kamar Gerald, dengan bi Rosie yang
mendorong kursi roda Lovia.

~~~

Lovia memasuki kamar Gerald seorang diri. Bi Rosie hanya mengantarnya sampai di depan pintu masuk kamar saja. Di kamar ini hanya ada dirinya dan Gerald, karena yang lain sudah pada keluar. Untuk pertama kalinya ia mendatangi kamar ini. Kamar Gerald begitu luas di banding kamar yang ia tepati. Bentuk motif dari kamarnya sama dengan kamar yang ia tetapi, dan isi kamar Gerald bisa di katakan lengkap, ada ranjang tempat tidur, lemari baju yang begitu besar, meja dan kursi, meja lampu, kursi santai dan meja yang berisi peralalatan Gerald. Bukankah, itu sangat lengkap untuk isi kamar?

Setelah melihat-lihat kamar ini, Lovia menjalankan kursi rodanya ke tempat tidur Gerald. Saat, sudah sampai di dekat Gerald, Lovia melihat pakaian Gerald yang sudah diganti dengan pakaian yang lebih bersih. Lovia memandang wajah itu, wajah yang terlihat damai dengan mata tertutup. Wajah yang tidak terlihat menyeramkan. Jika, seperti ini Gerald terlihat lebih tampan. Lovia tersenyum melihat wajah itu.

Tanpa, Lovia sadari tangannya telah menyentuh wajah itu, ia sedikit mengusapnya. Cukup lama menyentuh wajah Gerald tersebut, Lovia tersadar dan langsung menjauhkan tangannya dari wajah pria itu.

"Kau tau aku mencemaskanmu, sialan," ujar Lovia pada Gerald yang masih tertidur.

"Aku juga heran pada diriku kenapa aku bisa mencemaskan pria iblis sepertimu," lanjutnya.

"Kau tau tidak, Gerald? Melihatmu pingsan tadi membuat aku sangat yakin kalau benar-benar manusia,"

Setelah mengatakan itu, Lovia tiba-tiba terdiam memandang wajah Gerald yang masih terlihat damai. Matanya tak lepas sedari tadi melihat pandangan wajah pria di depannya ini.

"Gerald, apakah aku menyukaimu?"

Tbc...

Keknya Lovia udah suka sama Gerald, ya. Kira-kira Gerald udah suka belum sama Lovia?? Atau dia gak akan pernah suka atau jatuh cinta sama Lovia? Penasaran, ngga???

Ayok, vote&komen yang banyakkkkkkk!!! Setidaknya vote-,

Okedeh, makasih.

Sampai jumpa di bab selanjutnya...

See you<33333

In Psycho PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang