BAB 37

7.7K 658 175
                                    

Gerald mulai menyayat tangan Lovia dari belakang ketika dia masih mengunci tangan wanita itu.

Merasakan tangannya yang dilukai oleh benda tajam, tak membuat Lovia meringis kesakitan. Ia hanya menahannya dengan tutupan mata.

"Masih mau mencoba bermain di belakangku ha?" tanya Gerald.

"A-aku tidak ada me--mencoba untuk bermain di belakangmu," jawab Lovia dengan nada putus-putus.

Mendengar jawaban Lovia membuat Gerald semakin marah. Dia tidak percaya sama omongan wanita ini. Sehingga, dia langsung mendorong Lovia dengan sangat kuat.

Bruk!

"Jangan coba berbohong padaku, Lovia! Sekarang jujur padaku sebelum aku benar-benar melukaimu!" bentak Gerald.

Lovia hanya diam dengan air matanya. Sudahlah dilukai secara batin sekarang dilukai secara fisik. Bukankah penderitaan ini tidak pernah habis dari hidupnya semenjak dia di kurung di sini?

"A-aku tidak berbohong," jawab Lovia dengan jawaban yang masih sama.

Gerald membawa Lovia ke hadapannya. Lalu, dia langsung menampar pipi Lovia dengan sangat keras sehingga sudut bibir Lovia mengeluarkan darah segar.

Kemudian, Gerald menjabak kuat rambut Lovia, "Pisau ini akan menancap di pipimu jika kau masih berbohong padaku!" Gerald menunjukkan pisau bagian runcingnya ke pipi Lovia sebagai ancaman.

"Aku tidak berbohong Gerald! Tapi kau yang berbohong padaku!" jawab Lovia yang berusaha mengeluarkan nada tingginya.

Mendengar ucapan Lovia, Gerald melepaskan jambakannya secara kasar sehingga kepala Lovia terbentur ke lantai.

"Berani sekali kau menuduhku berbohong, Sialan!"

Lovia memandangi Gerald dengan mata yang berair, "Aku tidak menuduhmu! Tapi itu, memang benar. Bahwa, ternyata kau berbohong dengan sifat lembutmu kepadaku!" Lovia mulai meneriakki Gerald.

Gerald seketika terdiam mendengarkan lontaran kata yang keluar dari mulut Lovia.

"Kenapa kau terdiam ha? Aku benarkan? Kau pikir aku tidak tahu Gerald rencana licik kau itu? Aku sudah tahu semuanya. Bahwa, kau menikahiku hanya untuk membunuh anakku!" Lanjut Lovia semakin meneriaki Gerald.

Gerald terdiam, lalu detik berikutnya ia tersenyum miring.

"Iya, kau benar Lovia bahwa aku menikahimu hanya untuk membunuh anakmu. Bagaimana? Kau terkejut? Kau merasa sakit di hatimu?" ujar Gerald dengan nada tanpa rasa bersalah sedikit pun.

"K-kau!"

"Apa?!"

"K-kau BAJINGAN! KAU BRENGSEK! AKU MEMBENCIMU, GERALD SIALAN! KAU PIKIR AKU INI APA HA?! KAU PIKIR AKU INI MAINANMU YANG BISA KAU MAINKAN?! AKU BUKAN MAINANMU, SIALAN! KENAPA KAU SELALU MEMPERMAINKAN KU HA?! AKU MENCINTAIMU DENGAN TULUS TAPI KAU MEMPERMAINKAN HATIKU! Di MANA HATI NURANIMU, GERALD?!! APAKAH KAU TAK SADAR BAHWA KAU TELAH MENYAKITIKU?! KAU MENYAKITIKU SECARA FISIK MAUPUN BATIN! APA KAU TAK SADAR AKAN ITU HA?!!!" teriak Lovia kuat dengan air matanya yang mengalir sangat deras.

"Sudah? Sudah teriakkan dramamu itu?" ujar Gerald yang tak perduli sama sekali dengan teriakkan Lovia.

Lovia yang mendengarkan balasan Gerald seperti itu hanya diam menundukkan kepalanya. Ia menangis di bawah tundukkannya. Ya Tuhan kenapa ini sangat menyakitkan?

"Mari obati lukamu," ujar Gerald dengan tiba-tiba sambil memegang tangan Lovia.

Lovia menatap Gerald kembali. Lalu, ia langsung membuang tangan Gerald dari tangannya.

"Aku tak mau di obati sama pria iblis seperti kau!" ucap Lovia menekan ucapannya.

"Lovia, pria iblis ini adalah suamimu," jawab Gerald dengan senyum miringnya.

"Aku tak mau punya suami sepertimu!"

Gerald kembali memegang tangan Lovia. Namun, kali ini lebih kuat.

"Lovia, apapun yang kau katakan aku ini tetap suamimu! Selama aku tak bilang kata pisah padamu, aku tetap menjadi suamimu! Kau mengerti tidak?!"

"Jadi, ayo obati lukamu tanpa banyak protes!"

"Aku, Lovia tak akan mau di obati sama pria sepertimu! Kau mengerti tidak!"

"Kau tidak kasihan sama baby di perutmu itu? Dia kesakitan."

"Apa perdulimu ha?! Bukankah kau ingin membunuhnya? Lalu, kenapa kau berkata seperti itu? Ingat, Gerald aku tak akan percaya lagi sama omonganmu itu!"

Gerald menutup matanya menahan kegeraman menghadapi sikap Lovia yang sangat keras kepala.

"Ayo, obati lukamu!" ulang Gerald sekali lagi dengan nada yang tidak mau dibantah.

"Aku tidak mau!" tegas Lovia menjawab.

"Sepertinya kau ingin dengan cara paksaan, ya?" Gerald menunjukkan senyuman smiriknya.

Lovia diam. Namun, tiba-tiba tangannya seperti ditusuk sesuatu, Lovia melihat tangannya itu, ternyata tangannya disuntik oleh Gerald.

"Ge--gerald apa yang ka--"

Ucapan Lovia terhenti, karena kini dia telah jatuh pingsan. Iya, Gerald menyuntik Lovia dengan suntik bius. Ntah, sejak kapan suntik itu ada di tangan Gerald.

Gerald tersenyum memandangi Lovia yang sudah pingsan.

"Dasar keras kepala!" ucap Gerald sambil mengangkat tubuh Lovia.

~~~

Kini, hari telah pagi. Gerald yang terlihat seperti baru pulang langsung saja pergi ke kamarnya. Kamar yang di dalamnya ada Lovia.

Gerald membuka pintu kamar itu. Saat masuk ke dalam, Gerald tidak melihat Lovia di atas kasur. Itu membuatnya sedikit merasa takut sekaligus terkejut. Namun, dia membuang rasa itu. Mungkin, Lovia sedang di kamar mandi. Dan akhirnya dia menuju ke kamar mandi untuk melihat Lovia ada di dalam atau tidak.

Namun, saat membuka pintu kamar mandi Gerald tidak menemui Lovia. Dan itu semakin membuatnya merasa takut. Takut bahwa wanita itu akan kabur.

Dengan cepat Gerald menutup pintu kamar mandi. Gerald melihat sekelilingnya untuk memastikan bahwa Lovia masih ada di kamar ini atau tidak.

"Lovia kau di mana?!" teriak Gerald di dalam kamar.

Tak ada sahutan dari orang yang ia teriakki membuat Gerald langsung ingin keluar untuk memastikan Lovia ada atau tidak.

Saat, ingin keluar Gerald melihat selembar kertas dan pulpen yang terletak di atas meja samping tempat tidur. Gerald mendekati meja itu. Ntah, kenapa perasaannya menjadi tidak enak.

Gerald mengambil kertas itu, dan mulai membaca tulisan yang ada di sana. Seketika jantung Gerald berdetag lebih cepat saat membaca tulisan tersebut.

Aku lelah dengan permainan yang kau berikan pada hidupku.

Aku pergi.

Jangan pernah mencariku!

Tbc...

Akhirnya Lovia kabur. Kira-kira Lovia kabur sendiri atau dibawa kabur sama seseorang?

Next? Kalau iya ayok vote dan spam next yang banyakkk di sini!!!!!

Terima kasih.

Sampai jumpa di bab penyesalannya seseorang........

See you<333

In Psycho PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang