BAB 9

15.6K 1K 14
                                    

Di kamar Gerald sekarang ia terduduk di bawah tempat tidur, ia memegang kepalanya karena telah melalukan hal bodoh, yaitu memeluk Lovia. Pelukan Lovia sangat nyaman hingga rasa rindu pada ibunya sedikit berkurang. Tapi, tetap saja seharusnya Gerald tidak melakukan itu.

"Sial! Kenapa aku harus memeluknya tadi?!" gerutu Gerald pada dirinya.

"Dasar Gerald bodoh!" umpatnya sendiri sambil memukul kepalanya. Ia marah pada dirinya kenapa ia harus melakukan hal sebodoh itu.

Kemudian, Gerald memandang dirinya di pantulan cermin. Yang dilihatnya bukanlah dirinya, melainkan seorang wanita yang tersenyum mengejeknya. Gerald marah diberi senyuman seperti itu, sehingga ia mengambil gucci kecil di atas meja lampu dan melemparnya kepantulan cermin tersebut hingga membuat cermin itu pecah berkeping-keping.

"ARGHH!! SIALAN KAU, LOVIA!!" teriaknya di ruangan tersebut.

Lalu setelah itu, Gerald memandang kaca yang pecah itu dengan sorot yang tajam. "Kau penghancur hidupku! Maka aku harus mengahancurkan dirimu seperti cermin itu!"

~~~

Pagi hari telah tiba. Lovia terbangun dari tidurnya karena suara berisik burung-burung yang kerkicau di luar jendela kamar ini.

Kemudian, Lovia menduduki dirinya pada sandaran ranjang. Karena dirinya yang masih belum bisa berjalan, sehingga Lovia menunggu pelayan yang masuk ke kamar ini untuk membantu dirinya membersihkan diri.

Lovia tiba-tiba termenung memikirkan kejadian tadi malam ketika Gerald memeluk dirinya. Hampir 15 menit Gerald memeluk dirinya tadi malam. Kalau boleh jujur pelukan pria itu sangat nyaman dan juga hangat. Pelukannya seperti sebuah ketulusan. Tapi dirinya bisa merasakan kalau Gerald, pria itu memeluknya bukan karena keinginannya, tapi karena merindukan ibunya. Lalu, kemana ibunya? Apakah sudah meninggal?

Pikirannya itu terhenti saat, pintu kamar terbuka, dan menampilkan bi rosie yang membawa kursi roda dan dua pelayan yang membawa nampan yang berisi makanan, yang ia yakin makanan itu untuk dirinya.

"Selamat pagi Nona," sapa bi Rosie sambil berjalan ke arah dirinya dan diikuti oleh dua pelayan yang berjalan di belakangnya.

"Pagi juga, Bi," balas Lovia sambil tersenyum.

Kemudian, bi Rosie menyuruh dua pelayan tadi untuk meletakan nampan yang berisi makanan itu ke meja yang ada di kamar ini, pelayan itu pun mengangguk, dan meletakan nampan yang berisi makanan tersebut di atas meja.

"Makasih, sekarang kalian boleh pergi," ucap bi Rosie, dan akhirnya pelayan tersebut pergi meninggalkan bi Rosie dan Lovia di kamar ini.

"Bibi, ke sini ingin membantuku untuk membersihkan diri, kan?" tebak Lovia.

"Iya Nona, aku ke sini untuk membantumu, dan ini kursi roda untuk membantu Nona duduk," jawab bi Rosie dengan menunjukan kursi roda yang di pegangnya.

Lovia tersenyum, "Makasih, bi,"

"Iya Non, ayo, Non Bibi bantu agar Nona bisa duduk di kursi roda ini,"

"Sekali lagi makasih ya, Bi,"

"Iya, Nona Lovia."

kemudian, bi Rosie pun membantu Lovia untuk bisa duduk di kursi roda itu. Hingga akhirnya Lovia sudah terduduk di kursi roda tersebut dengan bantuan bi Rosie. Lalu, bi Rosie menjalankan kursi roda itu ke arah kamar mandi yang ada di kamar ini.

Setelah masuk, bi Rosie mulai membantu Lovia untuk membersikan dirinya. Selang 30 menit lamanya Lovia membersihkan diri dengan bantuan bi Rosie akhirnya mereka keluar dengan Lovia yang sudah memakai pakaian yang lengkap.

In Psycho PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang