BAB 55

5.3K 361 78
                                    

Gerald baru saja pulang dari kantornya, dan memasuki kamarnya. Kini, hari sudah menunjukkan pukul 8 malam dan Gerald baru saja pulang.

Saat, membuka pintu kamar yang Gerald dapati pertama kali adalah Lovia yang berdiri di depannya dengan senyuman manis yang ia tunjukkan padanya.

"Selamat malam suamiku," sapa Lovia ramah dengan senyuman manisnya. Gerald mengernyitkan dahinya, tumben sekali Lovia seperti ini. Semenjak tinggal bersama Lovia, baru kali ini Gerald mendapati Lovia yang seperti ini.

"Apa yang terjadi padamu, Lovia?" tanya Gerald sambil berjalan meninggalkan istrinya yang masih berdiri di depan pintu kamar.

"Tidak ada," jawab Lovia berjalan mendekati Gerald yang sudah terduduk di atas kasur tempat tidur.

Gerald memandangi Lovia curiga, "Dirimu terlihat aneh,"

"Apanya yang aneh Gerald? Apakah aku salah menyapamu saat pulang berkerja?"

"Tidak salah, tapi tumben sekali kau melakukan itu padaku,"

"Aku hanya ingin menjadi istri yang baik," jawabnya tersenyum.

"Tidak melakukan itu kau juga sudah menjadi istri yang baik bagiku," Jawaban Gerald sungguh membuat Lovia salah tingkah sendiri, sehingga senyumannya tadi terlihat malu-malu.

"Cih," Lovia berdecih, lalu duduk di samping Gerald, dan membuka ikatan dasi yang tergantung di leher suaminya. Gerald terus menatapi Lovia yang sedang fokus membuka ikatan dasinya. Tatapan pria itu tak lepas dari wajah istrinya.

"Berjanjilah tidak akan meninggalkanku," Ucapan Gerald seketika membuat tangan Lovia berhenti bergerak.

Lovia mendongakkan kepalanya menatap wajah Gerald, "Apa yang dirimu katakan?"

"Aku takut kau meninggalkanku," lirih Gerald menundukkan kepala.

Lovia melihat itu menaikkan kepala Gerald agar kembali menatapnya, "Tidak ada yang ingin meninggalkanmu, aku akan selalu bersamamu,"

"Tapi, bagaimana jika kau mengingkari itu?"

"Gerald apa yang kau ucapkan?"

"Aku takut Lovia..." Jantung Lovia berdebar kencang melihat tatapan sendu yang Gerald berikan padanya. Bahkan suaranya melemah membuat jantung Lovia yang merasakan ikut melemah juga.

Tidak mau membalas ucapan Gerald, Lovia langsung memasukan Gerald ke dalam pelukannya, "Apa yang terjadi? Kenapa mengatakan hal itu? Tumben sekali," Gerald menggeleng, Kemudian semakin menggelamkan kepalanya di jenjang leher Lovia.

Bukan karena apa Gerald mengatakan hal itu pada Lovia. Tadi di kantor Erland memberikan sebuah surat lagi yang mana isinya bahwa seseorang yang ingin berbalas dendam padanya ingin membunuh orang terdekatnya. Pikiran Gerald langsung jatuh pada Lovia dan anaknya. Gerald tidak takut, tapi jika sudah membawa nama Lovia maka dia akan menjadi lemah, Lovia memang titik terlemahnya. Mencintai Lovia sungguh membuat dirinya menjadi lemah, dia sedikit menyesal terlalu mencintai wanita itu.

Mengenai siapa pengirim surat tersebut, Gerald sudah tahu siapa dia. Dia adalah Felix Xavier Wilson. Gerald sudah memcari tahu tentang pria itu. Dan Gerald sangat mengenali siapa Felix Xavier Wilson tersebut sebenarnya.
~~~

"Aku dengar-dengar bahwa Airel di temukan gantung diri di sebuah gedung tua. Apakah itu semua rencanamu?" tanya Erland pada Gerald yang sedang duduk di depannya. Jadi, Gerald dan Erland lagi pergi makan siang di cafe terdekat perusahaan Gerald.

"Apa yang kau katakan? Aku saja baru tahu dari kau bahwa gadis itu gantung diri," jawab Gerald.

"Jadi, ini bukan ulahmu? Aku pikir itu kau," Erland sedikit kaget bahwa ini semua bukan ulah dari Gerald.

In Psycho PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang