BAB 22

9.6K 622 34
                                    

Lovia baru saja selesai mandi, dan dia juga sudah menggunakan pakaian yang lengkap. Saat, keluar dari kamar mandi Lovia melihat Gerald yang sedang duduk di atas kasur tempat tidur.

Sebenarnya, Lovia malas untuk melihat Gerald saat ini karena mengingat isi surat tersebut. Namun karena, melihat Gerald yang masih di kamarnya membuat Lovia terpaksa menghampirinya.

"Aku pikir kau sudah pergi," ucap Lovia di belakang Gerald.

Gerald menoleh, dia menatap Lovia lekat, "Ada yang kau sembunyikan dariku?" tanya Gerald langsung.

"Apa maksudmu?" tanya Lovia yang berusaha terlihat biasa. Padahal dia sedang menahan kegugupannya karena pertanyaan Gerald itu.

"Aku tahu ada yang menganggu pikiranmu, Lovia," Gerald berjalan mendekati Lovia membuat Lovia semakin menjadi gugup.

"Tidak ada yang menganggu pikiranku," Lovia berusaha menahan kegugupannya. Takut kalau Gerald akan curiga padanya.

"Bisakah berkata jujur padaku?" Gerald tetap memaksa Lovia untuk jujur. Dia tahu bahwa Lovia sedang menyembunyikan sesuatu padanya.

Lovia menghebuskan nafasnya sebelum mengeluarkan suara, "Aku sudah jujur. Tidak ada yang aku sembunyikan darimu,"

Melihat Lovia yang masih belum jujur membuat Gerald harus sabar agar dia tidak memaksa Lovia, dan berakhir menyakiti wanita itu. Sepertinya sekarang dia harus lebih sering menahan kesabarannya menghadapi Lovia.

Gerald mengangguk-anggukan kepalanya, "Baiklah jika begitu,"

"Bisakah kau keluar? Aku ingin tidur," Gerald menatap Lovia tak percaya. Wanita ini mengusirnya? Berani sekali.

"Kau mengusirku?" tanya Gerald.

"Bukan, a-aku ingin ber--"

"Baiklah aku pergi," putus Gerald, "Sampai nanti aku datang kau tidak tidur jangan salahkan aku untuk menghukummu," lanjut Gerald memberi peringatan pada Lovia.

Lovia meneguk ludahnya kasar. Sepertinya Gerald marah padanya. Tanpa menunggu balasan Lovia, Gerald segera pergi dari kamar dan meninggalkan Lovia yang masih terdiam di tempat.

Setelah, Gerald sudah keluar dari kamar, Lovia menjatuhkan dirinya di atas kasur. Lovia menundukkan kepala seraya mengusap wajahnya kasar. Dia bigung. Siapa yang harus dia percayai sekarang. Surat itu atau Gerald?

~~~

Pagi kembali lagi. Saat, membuka mata Lovia dikejutkan mendapati Gerald yang tengah duduk di sampingnya seraya menatapnya dalam.

"Pagi," sapa Gerald melihat Lovia yang sudah membuka mata.

Lovia memilih untuk menyadarkan dirinya di sandaran ranjang terlebih dahulu, "Ada apa, Gerald?" tanya Lovia. Lovia merasa aneh. Bukannya Gerald semalam marah padanya?

Cukup lama memandang Lovia, dan akhirnya Gerald mengeluarkan suaranya, "Maafkan aku," lirihnya pelan.

Mendengar kata maaf yang keluar dari mulut Gerald semakin membuat Lovia merasa aneh, "Untuk apa?"

"Sama ucapanku semalam. Aku tahu ucapan ku semalam seperti mengancammu. Aku merasa bersalah. Tidak seharusnya aku mengancammu. Maafkan aku, Lovia," ucap Gerald terdengar nada penyesalan.

In Psycho PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang