BAB 7

17.4K 1K 15
                                    

"Karena dia..."

Gerald sengaja menggantungkan ucapannya agar membuat Erland kesal dan semakin penasaran. Dan benar saja pria itu memang terlihat kesal karena Gerald yang menggantungkan ucapannya.

"Tidak usah membuatku kesal Gerald! Katakan dia siapa?" ujar Erland dengan wajah kesalnya.

Bukannya menjawab Gerald malah menyuruh Erland untuk lebih dekat darinya, "Ck, sini kau!"

Karena, penasaran akhirnya Erland pun berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Gerald yang duduk di kursi kebanggaannya. Saat sudah sampai di depan Gerald, Erland mengeluarkan suaranya, "Cepat katakan siapa dia?"

Gerald menunjukan selembar foto kecil yang ia pegang tadi ke Erland. Erland melihat foto tersebut seketika terkejut tak percaya.

"Apakah ini beneran dia?" Erland masih belum lepas memandang foto kecil itu.

"Tentu saja," jawab Gerald sambil memangku wajahnya di tangan.

Erland mendongak melihat Gerald, ia memberi tatapan bertanya sama sahabatnya itu, "Jika begitu, kenapa kau tidak membunuh nya? Kenapa kau menyiksanya? Sedangkan mereka langsung kau bunuh. Kenapa dia tidak?" Erland semakin penasaran sama rencana Gerald tentang wanita yang ada di mansionnya itu.

Gerald memandang foto tersebut, lalu ia mengusap foto itu dengan lembut, "Aku ingin bermain dengannya dulu, aku ingin menyiksanya terlebih dahulu. Jika aku langsung membunuhnya pasti dia merasakan sakitnya hanya sekali, dan aku tidak mau itu. Dan Setelah, aku puas menyiksa dan bermain bersamanya baru aku membunuhnya,"

Jawaban Gerald membuat Erland paham. Lalu, Erland mengambil foto tersebut, ia memandang foto itu dengan sangat dalam, "Tapi, aku takut,"

Gerald mengernyikan keningnya, "Apa yang kau takutkan?"

Erland beralih memandang Gerald, ia memberi senyum tipis pada pria itu, "Aku takut kau jatuh cinta padanya hingga akhirnya kau tidak jadi membunuhnya,"

~~~

Gerald sedang berada di kamarnya. Ia duduk di kursi yang ada mejanya yang sengaja ia letak di kamar ini. Ia memandang 6 foto yang berukuran kecil yang ada di atas meja tersebut. Namun, matanya fokus pada foto yang di ujung sebelah kiri. Foto itu adalah foto yang ia tunjukan pada Erland di kantor tadi.

"Mungkinkah, aku akan jatuh cinta pada wanita ini?" tanya Gerald pada dirinya sendiri.

Ntah, kenapa Gerald memikirkan ucapan Erland yang di kantor tadi. Erland takut dirinya akan jatuh cinta pada wanita itu. Tapi, itu tidak mungkin. Tidak mungkin dirinya akan jatuh cinta pada wanita itu. Karena, dirinya akan tetap mencintai ibunya. Tidak ia biarkan dirinya mencintai wanita lain selain ibunya. Apalagi mencintai wanita itu sangat tidak mungkin bagi dirinya

"Apa yang kau pikirkan Gerald? Kau tidak akan mencintainya. Fokuslah pada tujuanmu," monolognya sambil mengusap wajanya kasar.

Kemudian, Gerald berhenti mengusap wajahnya, ia kembali memandang foto tersebut. Dari pandangan Gerald terlihat dia sedang menahan emosi. Tatapan kebencian begitu ia tunjukan pada foto tersebut "Kau akan mati seperti mereka!" tekannya.

Lalu Gerald langsung bangkit dari kursinya, ia memutuskan untuk pergi ke kamar Lovia. Selesai mengobati luka wanita itu dan membiusnya dengan obat lumpuh saat tadi malam, Gerald tidak ada menemui wanita itu sama sekali. Dan Gerald yakin bahwa wanita itu semakin membencinya karena kejadian semalam. Gerald tidak perduli, itu adalah salahnya. Salah karena telah mencoba kabur darinya.

~~~

Setelah sampai di kamar itu, Gerald melihat Lovia yang sedang tidur di atas ranjang. Lalu, Gerald berjalan ke arah Lovia tidur, setelah sampai Gerald langsung menarik kasar selimut yang menutupi tubuh Lovia.

"Bangun!"

Lovia tersentak membuka matanya karena mendengar suara yang besar memasuki pendengarannya. Ia melihat tubuhnya, ternyata tidak berselimut, lalu ia beralih memandang ke samping. Ia sedikit dikejutkan melihat Gerald yang berdiri di sampingnya seraya menatapnya tajam. Mengingat kejadian semalam rasanya Lovia ingin sekali mencaci Gerald, namun rasa itu hilang digantikan menjadi takut. Bahkan, keringat sudah sedikit keluar di dahinya. Ia takut Gerald akan kembali melukainya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Lovia memberanikan diri untuk bertanya.

Melihat Lovia yang telah mengeluarkan keringat di dahinya, membuat Gerald yakin kalau wanita itu pasti berpikir kalau dia ke sini untuk kembali melukainya.

"Tenang, sayang aku datang bukan untuk menyakitimu. Aku hanya ingin melihat keadaan kekasih cantikku ini," ujar Gerald seraya tersenyum pada Lovia.

"Aku bukan kekasihmu!" balas Lovia cepat.

Gerald menatap tak suka mendengar jawaban Lovia. Lalu tanpa aba-aba ia langsung menekan bekasan luka di pergelangan tangan wanita itu, hal itu membuat Lovia meringis kesakitan.

"Shitt!!"

"Apa yang kau ucapakan barusan?!" Lovia menggeleng lemah barengan dengan air matanya. Melihat itu Gerald semakin memperkuatkan tekanannya pada luka tersebut. Sehingga luka itu kembali mengeluarkan darah.

"Katakan aku kekasihmu dan aku milikmu!" paksa Gerald menatap Lovia tajam.

Lovia hanya diam tanda ia tak mau, dan itu semakin membuat Gerald gencar menekan luka di tangan Lovia.

"Sakit..." lirih Lovia pelan.

"Katakan!" Gerald semakin memperdalam tekanannya.

"A-aku kekasihmu dan a-aku milikkmu," Gerald tersenyum puas mendengar jawaban Lovia, lalu dia langsung melepaskan tangannya.

"Turuti kataku sayang, maka aku tak akan melukaimu,"

Cup.

Gerald mengecup kening Lovia, sedangkan Lovia hanya diam saja dengan tangisannya.

Kemudian, Gerald menghapus air mata Lovia yang masih terus turun, "Jangan nangis, sayang,"

Mungkin jika kekasih kita yang ucapkan itu kepada kita mungkin akan membuat kita senang. Tapi, jika Gerald yang bilang itu pada Lovia membuat Lovia jijik, padahal Gerald adalah kekasihnya.

"K-kau jahat, Gerald," tutur Lovia pelan.

Gerald tertawa mendengar tuturan kata Lovia, dan ia langsung melepaskan tangannya dari wajah wanita itu, "Haha, kau baru tau aku jahat?"

Lovia hanya diam dan terus menangis. Ya Tuhan kenapa dia dipertemukan sama pria iblis seperti Gerald?

Tak selang beberapa lama, Gerald tiba-tiba menatap Lovia dalam, "Aku ingin bertanya padamu, yang mana lebih sakit dirimu atau diriku?"

Tbc...

Jangan lupa vote&komen yang banyakkkkkkk!!
Aku maksaa kalian komennn!!!

Terima kasih.

Sampai jumpa di bab selanjutnya...

Seeyouu<33

Follow juga ig aku:@fiitriyaniee_

In Psycho PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang