BAB 42

7.8K 636 164
                                    

"Lo_lovia?"

Falcia mendengar Gerald menyebut nama Lovia dengan nada yang aneh langsung melepaskan pelukkannya.

"Gerald, kau kenapa?" tanya Falcia menatap mata Gerald yang sedang memandang lurus ke ke depan.

Gerald tidak menjawab ucapan Falcia, malah dia langsung pergi ke arah sosok yang tengah berdiri tidak jauh darinya.

Falcia yang merasa aneh sama Gerald karena pria itu langsung pergi lurus ke depan saat ia bertanya akhirnya memutuskan untuk memutarkan tubuhnya melihat ke depan. Detik itu juga mata Falcia membulat karena tidak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang.

Kini, Gerald sudah di depan sosok yang dia rindukan itu. Ia menatap sosok itu dengan binar di matanya karena tidak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang.

"K-kau Lovia, istriku, kan?" Dengan gemetar Gerald mengeluarkan suaranya. Dia juga berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah.

Sosok itu menganggukan kepalanya sambil tersenyum dengan air mata yang jatuh di pipinya.

"Iya, aku Lovia, istrimu," Gerald tak kuasa mendengar jawaban dari sosok itu. Di depannya memang istrinya, Lovia, wanita yang selalu dia tunggu kedatangannya, wanita yang membuatnya jadi gila.

Gerald kembali meneteskan air matanya mendengar jawaban Lovia. Kemudian, dia dengan segera memeluk tubuh Lovia dengan sangat erat, dan menyandarkan kepalanya di pundak wanita itu.

"Aku sangat merindukanmu. Kenapa kau pergi meninggalkanku. Jangan pergi lagi aku mohon,"

Lovia mengangguk kecil dipelukan itu, "Aku juga merindukanmu, sangat merindukanmu,"

Gerald melepaskan pelukkanya dari tubuh Lovia. Lalu, dia menunjukkan kedua tangannya yang terluka akibat perbuatannya tadi.

"Tanganku sakit," ujar Gerald mengadu pada Lovia.

Lovia tersenyum mendengar aduhan dari mulut Gerald. Lalu, dia menghapus bekasan air mata yang masih menempel di wajah suaminya itu.

"Sejak kapan Geraldku ini menjadi cengeng?" Gerald Lagi-lagi meneteskan air matanya. Ntahlah, dia menjadi semakin cengeng saat Lovia sudah di depannya.

"Jangan pergi lagi, Lovia. Aku tidak mau kehilanganmu dan baby. Aku-aku mencintai kalian berdua,"

Dengan air mata yang masih jatuh, Lovia tersenyum mendengar lontaran kata Gerald barusan. Dia mengelus pipi Gerald yang berair akibat air matanya.

"Aku tidak akan pergi lagi bersama baby. Kau bisa memotong kakiku jika aku beneran pergi," Gerald mengambil tangan Lovia yang mengelus pipinya, lalu dia mencium tangan itu dengan sangat lembut.

"Aku mencintaimu. Sungguh, aku mencintaimu, Sayang," Perasaan tulus itu, akhirnya Lovia dengarkan. Gerald nya akhirnya mencintainya.

"Aku juga mencintaimu, Gerald," Gerald tersenyum mendengar jawaban Lovia, lalu dia membawa istri mungilnya ke dalam dekapannya.

Hari ini adalah hari bahagia untuk Gerald, akhirnya Lovia menemuinya setelah sebulan pergi meninggalkannya. Gerald berjanji dia tidak akan membiarkan istrinya ini pergi meninggalkannya lagi.

Falcia melihat adegan itu semua. Adegan di mana Gerald dan Lovia melepaskan rasa rindunya. Falcia menatap mereka berdua dengan perasaan terharu. Sehingga, tanpa dia sadari dia telah ikut menangis.

Tiba-tiba ada yang menyenggol bahu Falcia. Falcia pun melihat orang yang menyenggol bahunya. Ternyata orang itu, adalah Erland yang kini telah berdiri di sampingnya.

"Sejak kapan kau di sini?"

Erland hanya diam tidak menjawab ucapan Falcia, hal itu membuat Falcia mendengus kecil. Lalu, dia kembali memandang Gerald yang masih memeluk Lovia.

"Aku tidak menyangka bahwa Lovia kembali datang," ucap Falcia pada Erland.

"Iya, aku juga tidak menyangka. Aku pikir dia tidak akan kembali lagi," jawab Erland.

Kemudian, Falcia tidak bertanya lagi. Dia kembali fokus memandangi Gerald dengan senyum yang terukir di bibirnya. Hingga tiba-tiba Falcia merasa ada yang memegang tangannya.

"Erland?" kaget Falcia saat tahu bahwa Erland yang memegang tangannya, bahkan kini telah menggenggamnya.

Erland memberi senyuman kepada Falcia, senyuman yang tidak pernah Falcia lihat selama ini. Senyuman yang membuat jantung Falcia berdetag tak karuan.

"Aku tidak ingin seperti Gerald yang merasa hancur saat Lovia pergi meninggalkannya," Erland menatap Falcia dengan sangat serius, membuat yang ditatap merasa gugup.

"Ma-maksudmu apa, Erland?"

"Maksudku, aku mencintaimu, Falcia. Maukah kau menjadi istriku?" Dan detik itu jantung Falcia seketika berhenti berdetag mendengar ucapan Erland.

~~~

Di dalam mansion Lovia kini tengah mengobati luka yang ada di tangan Gerald secara hati-hati. Dan semua orang yang ada di sana memandang terharu melihat tuannya yang telah membaik karena kembalinya nona Lovia. Mereka semua merasa bahagia akan kembali nya Lovia. Mereka pikir Lovia memang tidak akan kembali.

Gerald sedari tadi tak henti-hentinya memandangi wajah Lovia yang tengah mengobati luka di tangannya. Dia masih tak menyangka bahwa di depannya ini, yang mengobati lukanya adalah Lovia, istrinya.

"Aku masih tidak percaya bahwa di depanku, yang lagi mengobati diriku ini adalah istriku," Lovia mendongakkan kepalanya melihat Gerald.

"Kenapa masih tidak percaya?" tanya Lovia.

"Aku pikir kau akan meninggalkanku selamanya,"

"Bagaimana mungkin aku bisa meninggalkanmu selamatnya, bukankah aku sudah terikat olehmu?" Gerald mengangguk cepat, lalu dia memasukan Lovia ke dalam pelukannya.

"Aku merindukanmu,"

"Kau sudah hampir mengatakannya dari seratus kali, Gerald," jengah Lovia.

"Biarkan saja, sampai beribu kalipun aku akan mengatakan bahwa aku memang merindukanmu,"

Lovia hanya diam, dia terharu mendengar ucapan Gerald, sehingga tangannya kini telah mengusap punggung besar suaminya itu.

"Jangan pergi lagi..."

"Aku tidak akan pergi, aku akan selalu di sini bersamamu,"

Gerald lagi-lagi merasa tenang mendengar ucapan Lovia. Lalu, dia menghirup aroma tubuh istrinya, aroma yang sangat dia rindukan, aroma yang membuatnya candu untuk selalu di dekat Lovia.

"Lovia?" panggil Gerald.

"Hm?"

"Dirimu ke mana selama ini? Kenapa aku tidak bisa menemukanmu? Padahal aku sudah mencarimu di mana-mana. Tapi, tetap saja aku tidak menemukanmu." perkataan Gerald membuat Lovia terdiam sejenak.

"Hm..aku.."

"Kau ke mana selama ini, sayang?" tanya Gerald sekali lagi sambil melepaskan pelukkanya, dan kini lebih menatap Lovia serius.

"Kenapa diam?"

"Gerald, sebenarnya ak-"

"Aku yang membawanya pergi."



Tbc..

Lovia nya telah kembali,ya. Ada yang senang gak? Atau masih ada yang ingin lihat Gerald menderita lagi????

Kira-kira siapa ya yang bawak Lovia pergi? Aku yakin kalian semua pasti bisa menebaknya.

Masih mau lanjut gak, ni? Kalau iya ayok vote&spam komen yang banyak agar aku semangat terus lanjutin ceritanya.

Terima kasih.

Sampai jumpa di bab selanjutnya. Bab yang akan kita lihat sikap tulusnya Gerald pada Lovia. Ada yang nantikan bab itu gak????

Sekian dari aku, aku pamit pergi. See you para cintaku<3

In Psycho PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang