BAB 41

7.9K 612 138
                                    

Sudah satu bulan Lovia menghilang dan itu semakin membuat Gerald menjadi gila. Sudah banyak hal yang Gerald lakukan untuk mengembalikan Lovia. Salah-satunya percobaan bunuh diri. Gerald melakukan hal itu agar Lovia nanti datang di hari kematiannya. Namun, setiap dia ingin mencoba bunuh diri selalu ada orang di sekitarnya yang menghalangi dan mencegahnya.

Gerald mungkin juga sudah mencari Lovia di seluruh dunia dengan orang suruhannya. Namun, tetap saja Lovia tidak ditemukan. Wanita itu hilang seperti ditelan bumi.

Kehancuran Gerald kehilangan Lovia ini seperti dia kehilangan ibunya dulu. Yang membedakannya, saat kehilangan ibunya Gerald menutupi rasa kehancurannya. Sedangkan saat, kehilangan Lovia Gerald sangat menunjukkan rasa kehancurannya, seperti sekarang ini.

Mungkin dari kita pasti ada yang bertanya dan merasa heran. Kenapa Gerald tidak mendatangi masa lalu Lovia yang bernama Noel itu untuk memastikan Lovia bersama dia atau tidak. Dan Kenapa Gerald tidak pernah berpikir bahwa Lovia di bawa kabur sama Noel? Jawabanya adalah, karena Gerald telah membunuh Noel. Makanya, dia tidak mendatangi pria itu atau berpikir Lovia bersamanya.
Masih ingat waktu Gerald baru pulang dari pagi hari setelah melukai Lovia? Pada saat itu, dia baru saja membereskan urusannya bersama Noel setelah ia selesai mengobati luka Lovia.

Flasback on.

Ting.. tong..

Suara bel apartemen Noel berbunyi di tengah malam. Noel yang belum tidur karena asik menonton sebuah film berhenti untuk mengecek siapa yang mengunjunginya di tengah malam seperti ini.

Tidak melihat dulu siapa yang mengunjunginya Noel langsung membuka pintu apartemennya.

Saat, pintu apartemen terbuka menampilkan seorang pria yang berpakain serba hitam dengan kepalanya yang menunduk ke bawah. Pria itu, adalah Gerald.

"Siapa kau?" tanya Noel penasaran sama pria di depannya ini.

Gerald langsung menegakkan kepalanya untuk memperlihatkan wajahnya pada pria di depannya ini.

Gerald tersenyum memandang Noel. Senyumannya itu diartikan adalah senyuman saat ia ingin membunuh korbannya. Tapi saat, ini ia tidak ingin membunuh korbannya, melainkan musuhnya.

Saat melihat wajah Gerald, Noel merasa tidak asing dengan wajah tersebut. Bukankah pria di depannya ini adalah CEO dari perusahaan terkenal di Italia yang di kabarkan menikah 2 bulan yang lalu? Jika iya, untuk apa dia datang di tengah malam seperti ini?

"Bukankah kau CEO dari perusahan AL.Libertix?"tanya Noel untuk memastikan.

"Hm, kau benar," jawab Gerald.

"Kalau boleh tahu untuk apa kau datang di tengah malam ke apartemenku?" tanya Noel penasaran. Ntah, kenapa Noel merasa ada yang tidak beres dengan CEO dari perusahaan AL.Libertix ini.

"Kau ingin tahu maksud tujuanku datang kemari?" ujar Gerald pada Noel.

"Iya, apa maksud tujuanmu?"

"Tentu saja untuk membawamu ke neraka!"

Jawaban dari Gerald membuat Noel sangat terkejut. Apa kesalahan yang dia perbuat pada pria ini sehingga dia ingin mengirimnya ke neraka? Bahkan, Noel tidak pernah mengusik kehidupan seorang Gerald.

Noel tiba-tiba merasa sangat takut. Bagaimana tidak, satu Italia juga tahu siapa pria ini, yaitu pria kejam tanpa belas kasihan, yang akan membunuh seseorang jika ada yang mengusiknya.

"Ma-maksudmu apa?" ujar Noel dengan gugup.

Gerald tersenyum smirk, lalu dia langsung mendorong tubuh Noel dengan kuat. Sehingga Noel langsung jatuh tersungkur ke dalam lantai apartemennya. Gerald melangkahkan kakinya masuk, dan langsung mengunci pintu apartemen itu.

In Psycho PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang