~Ingatan~

310 287 57
                                    


"Kenapa aku lebih memilihmu dari miliar'an manusia di dunia ini? Karena hanya dengan kamu, hatiku merasa bahagia. "

~Langit&Bulan

📖{Happy Reading}📖

"La-Langit," cicitnya.

Langit menatap Tasya dingin lalu menghempaskan tangan wanita itu. Langit melirik Bulan yang nampak tercengang.

"Minggir! Lo halangin jalan gue," ucapnya menatap tajam pada semua orang di hadapan-nya.

Iqbal dan Kenzo melongo tidak percaya. Pasalnya ia sudah berteman selama 3 tahun! Dan itu bukan waktu yang sebentar untuk mengenal karakteristik seorang Langit Putra Deandara.

Langit yang notabenya paling anti dengan ikut campur urusan orang lain, kini mereka melihat sendiri bagaimana seorang Langit membela murid yang bahkan belum genap sebulan.

Apa katanya? Menghalangi jalan?? benar-benar tidak masuk akal. Bahkan luas koridor saja mencapai belasan hektare bagaimana mungkin Langit beralasan menghalangi jalannya?

Murid-murid langsung berbisik-bisik melihat kejadian yang termasuk dalam kategori langka. bahkan ada yang sampai mem-vidiokannya sebagai kenang-kenangan. Kapan lagi seorang Langit seperti ini? Sebut saja limited edition!

Tasya mengepalkan kedua tangannya menahan amarah. Lihat saja bagaimana ia akan membuat siswi baru itu menderita ditangannya.

"Cabut guys!" Tasya melambai ke belakang, memberi isyarat kepada kedua temannya untuk pergi sekarang juga.

Setelah antek-anteknya Tasya pergi, Kenzo dan Iqbal datang menghampiri Langit. Kenzo meletakkan punggung tangannya dikening Langit lalu berguman, "Tidak panas," Kenzo mengelus dagunya seperti sedang berpikir.

Langit yang melihat itu hanya menatapnya sedingin es lalu, beralih menatap Bulan yang hanya memperhatikan dirinya.

"Saya mencium bau-bau keanehan di sini, apa perlu kita ruqyah terlebih dahulu?" Kenzo mengendus-enduskan hidung meniru seorang paranormal yang bernama Roy Kiyoshi gadungan.

"Bunuh boleh kagak ya?" sahut Iqbal kesal.

Langit menoleh, melirik Iqbal sebentar. "Boleh, gue ikhlas kalo lo mau bunuh tuh makhluk. Terserah mau dipotong berapa bagian, lebih banyak lebih baik."

Langit melengos pergi setelah berucap dengan santainya. Kenzo menelan ludahnya kasar, Iqbal tersenyum miring, telunjuknya bergerak ke-arah lehernya lalu menarik sebuah pola garis, mengisyaratkan ingin menggorok leher Kenzo.

"Setelah itu potongannya lo kasih anjing tetanggan gue!" teriak Langit yang belum terlalu jauh.

"SIAP!" sahut Iqbal membuat Kenzo semakin gemetar.

"Langit, tunggu!" Bulan berlari mengejar Langit yang sudah nampak jauh.

"BULAN LO MAU KEMANA?!" teriak Fiona. Vania menutup telinga sebelum telinganya kembali berdengung.

LANGIT & BULAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang