~Time Together~

252 239 29
                                    


"Semesta punya banyak cara untuk buat kita bahagia. "

~Langit&Bulan

📖{Happy Reading}📖

Bulan segera melangkahkan kakinya menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Dalam hatinya ia bertanya-tanya, untuk apa Langit datang ke rumahnya?? Bukankah Langit sudah tidak sudi lagi untuk menginjakkan kakinya setelah kematian Papahnya?

Bulan melewati ruang tamu tempat Bundanya yang sedang asik menonton televisi sambil memakan camilan ditangannya.

Letta mengalihkan pandangannya menatap Bulan. "Sayang, kamu mau kemana? Kenapa buru-buru gitu?" Letta menatap putrinya heran.

Bulan menghentikan langkahnya lalu menatap Letta. "Um, anu Bun Bulan, anu Haish," Bulan memukul pelan bibirnya. Terlihat kebingungan untuk menjelaskannya.

Letta mengerutkan alisnya semakin kebingungan. "Kalau ngomong yang benar sayang," ujar Letta.

Terlihat Bulan mengambil napas lalu membuangnya pelan. "Langit dateng kesini Bun," ucap Bulan setengah berbisik.

Letta melebarkan matanya lalu bangkit menghampiri Bulan. "Langit disini?" Letta berbisik kepada Bulan, takut terdengar oleh Langit.

Ada-ada saja, rumah semewah ini tidak mungkin untuk terdengar sampai kehalaman rumah. Bahkan jika berteriak pun tidak akan jelas terdengar sampai keluar.

Bulan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Yaudah Bun, Bulan mau temuin dia dulu," ucap Bulan.

Saat kaki hendak melangkah kembali, suara Bundanya membuatnya kembali terhenti.

"Bulan?" Letta menatap gusar putrinya, sedangkan Bulan yang tau akan tatapan itu hanya tersenyum simpul.

"Bulan inget Bun, Bulan inget semuanya. Langit, Papah Harry dan status Bulan sebagai-pembunuh," tatapannya kembali sendu saat menyebut kata pembunuh.

"Sayang, kok ngomongnya gitu. Bulan liat Bunda, kamu bukan pembunuh sayang, itu semua udah takdir Tuhan. Berhenti bilang seperti itu atau Bunda nggak akan maafin Bulan?" Letta berkata dengan nada bergetar, hatinya sakit saat anaknya sendiri berkata seperti itu.

Bulan memeluk Bundanya erat, ingin menumpahkan segala kesedihannya tapi tidak ingin membuat Bundanya ikut bersedih. Cukup dirinya saja yang merasakan. Bulan kembali memasang senyumannya, berusaha untuk terlihat kuat.

Kaki jenjangnya membawa dirinya untuk kembali melangkah menuju halaman rumah mewahnya. Sampai di sana Bulan melihat sosok pemuda tengah duduk di atas motornya sambil menatap dirinya datar.

Bulan menghampiri pemuda itu, menatapnya dari atas sampai bawah. "Langit ngapain disini?" tanya Bulan menaikkan alisnya.

Bulan menatap kembali penampilan Langit. Penampilan pemuda itu terlihat berbada dari sebelumnya. Hari ini Langit memakai kaos hitam yang dibalut dengan jaket kulit ditubuhnya. tak lupa Langit menata rambut hitam legamnya sedikit lebih rapih.

LANGIT & BULAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang