***
Di balik helmnya, kedua mata Radena menyipit saat menangkap sebuah mobil sedan hitam yang terparkir di depan rumah Nona. Mobil siapa?
Dengan pikiran yang penasaran, ia membawa motornya melenggang masuk melewati garis pagar.
"Sore Kak," sapanya saat menghampiri Calvin yang sibuk dengan peralatan bengkelnya.
"Eh Rad," balasnya dengan menoleh sebentar.
"Ini, gue bawain makanan." Tangannya menyodorkan sebuah paper bag berisikan makanan dari coffee shop-nya.
"Wihh," Calvin semringah, "lo langganan di Kopi Marahan, Rad? Perasaan yang lo bawa dari sini mulu. Apa jangan-jangan ini coffee shop lo ya?"
"Bukan. Ya kali."
Calvin menatapnya dengan tidak percaya.
"Tapi emang enak sih makanannya. Apalagi kopinya. Thanks, ya," katanya dengan sedikit mengangkat paper bag itu.
Radena hanya tersenyum tipis. "Lagi ada tamu Kak?"
Calvin mengangguk. "Iya. Gurunya Nona."
"Guru? Dari SMA Berlian?"
Dia mengangguk lagi. "Tuh orangnya," katanya saat mendapati sosok yang dibicarakan dan Nona melangkah keluar rumah.
Radena menoleh kepada objek yang Calvin arahkan.
Bu Anna?
"Kamu harus semangat ya Na. Inget pesan dari saya." Guru itu menekan kedua bahu muridnya untuk memberi kekuatan.
Nona menarik kedua sudut bibirnya ke atas, lalu mengangguk. "Iya Bu. Terima kasih udah jenguk saya."
Bu Anna tersenyum hangat. "Besok kamu harus masuk sekolah lagi. Saya tunggu. Kalau gitu saya pamit dulu ya. Dah." Tangannya melambai-lambai beberapa kali sebagai tanda perpisahan.
Saat dirinya berbalik, ia sudah disuguhi tatapan dingin dari 2 pasang mata laki-laki di depannya.
"Radena. Kok kamu ada di sini?" tanyanya dengan kaget. "Eh iya lupa. Kamu sama Nona kan pa---"
"Ibu ngapain di sini?" potongnya dengan gesit. Wajahnya tampak panik dan gugup. Kalau Calvin tahu apa yang akan guru itu ucapkan, dirinya belum siap untuk menjelaskan.
"Uhm, saya habis jenguk Nona. Ya udah saya pamit dulu ya. Masih banyak kerjaan. Mari." Badannya sedikit membungkuk. Sudut matanya melirik Calvin yang terus menatapnya dengan perasaan curiga. Dia memang selalu seperti itu bila bertemu orang baru yang menarik kecurigaannya. Sampai-sampai perilakunya yang demikian itu, memberikan first impression yang buruk bagi orang lain terhadapnya.
Badan Nataline bergidik setelah mendapati tatapan Calvin yang menusuk. Itu orang kenapa sih? Kayak psychopath aja ngelihatinnya.
"Ayo masuk Rad," ajaknya seraya mendahului Radena.
Nona yang masih berdiri di depan pintu, menatap kedua laki-laki yang sedang berjalan ke arahnya.
"Gue masuk dulu ya. Mau naro ini," katanya pada Radena. "Na, kamu ajak ngobrol tuh si Radena. Kayaknya kangen banget sama kamu." Calvin terdengar cekikikan.
"Apa sih Kak," balasnya dengan lesu. Dia sama sekali belum bergairah.
Calvin tertawa renyah. "Kakak masuk dulu." Tangan kirinya mengacak-acak rambut sang adik sebelum memasuki rumah.
"Lo sibuk nggak?" tanya Radena kemudian.
Dengan mata yang masih sembap, Nona membalas tatapannya.
"Nggak. Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CIRCLE OF LIES - SHADOW IN THE DARK
Mystery / ThrillerCocok untuk kamu peminat cerita dengan genre #misteri dan penuh #tekateki, juga berbalut #action serta #scifi yang dilatarbelakangi #balasdendam. Kasus yang menyeret nama sang papa membuat Nona terpaksa keluar dari sekolahnya di Jakarta, dan harus m...