Hai, terima kasih sudah ingin membaca sejauh ini, dan terima kasih apresiasinya<3
***
"Nih, buktiin kalau lo bisa nembak. Bidik dan tembak mereka. Peluru ini isinya 10 miliampere listrik yang bisa bikin sasaran pingsan seketika. Tapi itu cuma bakalan berfungsi di bagian sisi leher. Jadi, lo harus tepat sasaran. Tanpa jeda, tembak mereka semua."
"Bius yang lo maksud, nyetrum mereka?"
"Iya. Cepet."
Calvin salah mengira. "Okey. Let's shoot them," katanya sembari merapikan topi yang nangkring di kepalanya.
Jarak dirinya dan kelima orang itu kurang lebih 12 meter. Calvin tampak mengatur napas dan memokuskan pandangan sebelum membidik sasaran. Diarahkannya mata kiri ke aparture sight---teropong untuk membidik---sehingga pipinya menempel pada gagang shotgun yang telah bertengger di bahunya.
"Ini pelurunya nggak bakal bikin mereka mati kan?"
Nataline membuang napas kasar. "Calvin, peluru itu dirancang khusus buat nyetrum doang," jawabnya dengan gemas. "Cara kerjanya juga cuma nempel di kulit aja. Kayak magnet. Dan bakal langsung bereaksi waktu nyentuh kulit."
"Oke." Ia kembali memokuskan diri. Berusaha agar tetap tidak ketahuan. Posisinya sekarang setengah bersembunyi pada tembok. Hanya membiarkan pandangan dan senjatanya yang terekspos ke arah sasaran. Sebenarnya dia merasa tidak percaya diri karena ini pertama kali baginya membidik manusia. Sebelumnya, ia hanya membidik benda-benda mati di tempat latihannya. Apa dirinya bisa? Kedua tangannya mencengkram senjata begitu kuat saking gugupnya.
Come on, come on, come on.
Setelah dirasa bidikan sudah tepat, jarinya mulai bergerak, menekan pelatuk dalam satu entakan.
1---
2---
3---
4---
5---
Berhasil.
Tepat sasaran.
Dalam sekejap, lima penjaga itu mulai menunjukkan reaksi dari peluru yang menempel di kulit leher. Dalam jarak per satu detik, tubuh mereka menegang beberapa saat sebelum akhirnya terkapar tak berdaya.
Yes.
"Good job. Ayo cepetan. Reaksinya cuma bertahan maksimal 20 menit doang." Nataline menepuk bahunya sebelum menyusup lebih dahulu.
"Ini, dibawa?" Pertanyaannya membuat perempuan di depannya menoleh.
"Bawa aja. Kalau mau. Siapa tahu lo butuh."
Dari ekspresinya, Calvin memilih untuk membawa shotgun itu. Kakinya pun mulai bergerak, membuntuti perempuan di depannya dengan senyap.
***
Nataline berkacak pinggang selama memerhatikan kelima penjaga yang pingsan di hadapannya. "Sorry Men."
"Apa di dalem aman?"
Nataline meliriknya dengan tatapan sebal. "Menurut lo?"
"Menurut gue sih 100% nggak aman. Siapa tahu, pas kita buka pintunya, ada sambutan mengejutkan."
"Ngadepin keadaan kayak gini, kita cuma perlu cermat sama---"
"---tangkas." Calvin merebut satu kata yang akan Nataline keluarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CIRCLE OF LIES - SHADOW IN THE DARK
Misterio / SuspensoCocok untuk kamu peminat cerita dengan genre #misteri dan penuh #tekateki, juga berbalut #action serta #scifi yang dilatarbelakangi #balasdendam. Kasus yang menyeret nama sang papa membuat Nona terpaksa keluar dari sekolahnya di Jakarta, dan harus m...