***
"Selamat siang Pak Adi." Para penjaga yang kebagian shift pertama menyambut kedatangan pria berjaket hitam itu.
"Siang. Pak Setyo ada di dalam?"
Salah satunya mengangguk. "Ada. Beliau sudah memberitahukan kalau Bapak akan datang kemari."
Adiguna manggut-manggut.
Suara bel menerobos masuk ke telinga Setyo yang terduduk di depan meja kerjanya.
"Ada apa?" sahutnya setelah menekan tombol pada benda kecil yang menempel di atas mejanya.
"Pak Adiguna sudah datang."
Salah satu alisnya sedikit naik.
"Selamat siang Pak," timpal Adiguna di balik lubang-lubang kecil itu.
"Tunggu sebentar."
Dia beranjak dan menghampiri pintu untuk membukanya secara manual. Jarak meja kerja dan sofa ke pintu kurang lebih lima meter. Membutuhkan beberapa detik untuk membuka pintu. Tak ketinggalan, dia menempelkan sidik jari jempolnya sebagai kunci utama.
Dua pasang mata di balik masing-masing kacamatanya saling menyapa.
"Mari masuk."
Adiguna mengangguk sebelum menerobos ke dalam ruangan. Tangan kanannya lekas menutup pintu setelah seluruh tubuhnya berhasil melewati perbatasan.
"Ada hal penting tentang apa?"
"Kita perlu bicara di dalam." Wajahnya mengarah ke lukisan besar di sampingnya.
"Oke." Kakinya maju beberapa langkah, mendekati lukisan untuk membuka akses masuk.
"Ayo."
Mereka seperti masuk ke dimensi lain, melalui pintu ajaib yang menghubungkan dua dunia yang berbeda.
Setyo menghela napas menuju duduknya. "Ada hal penting tentang apa?"
"Kacau." Dia tampak geleng-geleng kepala. Kalut sejak kemarin. Dirinya pun tak bisa tidur nyenyak dan tak berselera makan.
"Kacau kenapa?"
"Ada orang yang mengawasi saya selama beberapa hari ini. Dia memanipulasi penyadap." Tangannya merogoh sesuatu dari dalam saku jaketnya. "Ini." Ia menunjukkan benda tak karuan yang terbungkus di dalam plastik bening.
"Apa ini?" Setyo meraihnya untuk mengamati dengan seksama.
"Itu pemantik."
Dua bulatan yang dilapisi kornea itu kembali menatapnya. "Maksudnya, pemantik ini... penyadap?"
"Iya. Dan sial, perihal pertambangan ilegal yang selama ini telah dipoles semolek mungkin di mata media, kini berada diambang kehancuran." Kepalanya digaruk kasar. "Entah apa yang akan terjadi. Semoga Andre berhasil melacak perempuan itu."
"Perempuan?"
"Dia orang yang memberikan pemantik itu ketika saya makan malam bersama Pak Rama di restoran."
Terkejut. Lawan bicaranya tak mampu berkata-kata. Panik. Kecemasan mulai menyerangnya.
"Tunggu, apa... penyusup waktu itu berhubungan dengan masalah ini? Apa mungkin perempuan yang memberi pemantik kepadamu itu adalah perempuan yang sama dengan orang yang menyusup ke sini?"
Kepalanya memiring, meyakinkan perkiraan dan kemungkinan.
"Tapi, penampilannya berbeda. Kalau benar wanita di restoran dan si penyusup itu satu orang yang sama, sepertinya kita memang sedang diawasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
CIRCLE OF LIES - SHADOW IN THE DARK
Mystery / ThrillerCocok untuk kamu peminat cerita dengan genre #misteri dan penuh #tekateki, juga berbalut #action serta #scifi yang dilatarbelakangi #balasdendam. Kasus yang menyeret nama sang papa membuat Nona terpaksa keluar dari sekolahnya di Jakarta, dan harus m...