Bab 3. POINT PERTAMA

193 14 0
                                    

Zia tidak habis pikir dengan jalan pikiran orang kaya yang dengan se enaknya bisa berbuat semaunya sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain. Seperti Ren saat ini misalnya, yang dengan mudahnya pindah dari kelas yang satu ke kelas yang lain tanpa syarat dan no debat langusng di acc.

Jika Zia diberi hak untuk memilih sudah pasti ia akan memilih tidak pernah bertemu dengan spesies tampan tapi menyebalkan dan terkesan arogan bernama Ren Alexander ini, tapi tidak bisa dipungkiri oleh batin dan mata Zia bahwa Ren itu memang tampan dan indah serta sangat sedap dipandang mata. Zia tidak berbohong.

Apa lagi dari arah samping dan jarak sedekat ini. Benar – benar membuat Zia kehilangan focusnya untuk belajar. Rahang yang tegas, hidung yang mancung, rambut hitam yang indah dan terlihat sangat lembut, alis yang tertata rapi dan bagus serta memiliki tatapan mata yang begitu tajam dan dalam. Tapi kadang terlihat menakutkan menurut Zia. Dan lihat saja kulitnya yang putih, bersih untuk ukuran seorang cowok.

Zia memukul pelan kepalanya sendiri untuk menepis segala pemikirannya yang mulai kurang ajar karena telah berani berhianat mengagumi sosok menyebalkan cowok tampan yang ia juluki ayam tiRen tanpa sepengetahuan orangnya.

"Jangan lihatin terus, nanti jatuh cinta" Ujar Ren yang ternyata sejak tadi sadar akan tingkah Zia.

Zia mendadak salah tingkah dan merutuki dirinya sendiri karena melakukan hal bodoh dengan memperhatikan cowok menyebalkan itu. Tiba – tiba sekelebat bayangan Rendi muncul dikepalanya dan Zia merasa bersalah.

"Siapa juga yang lihatin. GR" Elak Zia kemudian melanjutkan kembali mencatat tugasnya. Sekarang giliran Ren yang melihat kearah Zia. Ia sengaja menumpukan dagunya dengan kedua tangan dan terus memandangi Zia. Zia hanya melirik, jujur ia merasa risih diperhatikan seperti itu. Tapi Zia berpura – pura tidak peduli.

"Tangan gue pegel. Capek nulis" Ucap Ren yang sama sekali tidak Zia jawab. Lalu Ren mengambil buku Zia dan memberikan buku miliknya pada Zia.

"Ren balikin!" Seru Zia tapi dengan nada berbisik karena ia tidak mau kena masalah dengan bu Malika.

"Lo catetin buku gue!"

"Tapi Ren,,"

"Kenapa? Mau ngebantah? Lo pembantu gue. Harus nurut kata majikan!"

"Tapi..."

"Gue gak terima protes apa pun!"

Akhirnya Zia memilih mengalah dengan hati yang dongkol  ia mengambil buku catatan Ren yang jelas ketinggalan banyak. Zia menghela nafas pelan " Dasar ayam tiRen" Gerutunya pelan tapi naas Ren masih bisa mendengarnya dan melotot kearah Zia.

"Apa lo bilang?" Tanya Ren

"Hah?Apa?" Zia ber pura – pura bingung.

Bel panjang berbunyi, lega sekali rasanya Zia bersyukur setidaknya penderitaannya akan berakhir hari ini itu yang Zia pikirkan.

Ia segera membereskan buku – bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Ren hanya mengamati kegiatan Zia itu tanpa mengucapkan apa pun.

"Karena gue lagi baik, lo boleh pinjem buku gue!" Lagi – lagi Zia hanya bisa mendesah pelan karena kesal. Memangnya gara – gara siapa sampai Zia tidak mencatat.

"Zi, jadi bareng gak?"tawar Abi

"Ja.."

"Dia pulang bareng gue!"potong Ren cepat. Zia mendengus kesal, sementara Sofi tersenyum.

"lo yakin Zi mau bareng dia?" Abi menunjuk Ren dengan dagunya

"Yakin lah. Gue kan pacarnya" lagi – lagi Ren manjawab dengan kalimat yang menurut Zia sangat menyebalkan.

"Cie..."Sofi justru cengar – cengir.

"Zi..." Sekali lagi Abi memastikan. Zia melirik Ren. Dan Ren tersenyum menyebalkan.

"Iya Bi, gue bareng Ren"

"Ok. Kalo ada apa – apa kasih tau gue ya Zi!"

"Sip" Zia mengacungkan jempolnya.

"Lo tenang aja Abimanyu Santosa. Zizi aman pulang sama gue" Ucap Ren

"Justru karena Zia pulang sama lo, makannya gue khawatir" dengus Abi

"Zia hati – hati ya dianterin pacar ganteng. Jangan khilaf" bisik Shofi yang terus saja selalu mencuri pandang kearah Ren.

"Ish Sofi ih..." Zia mencubit gemas pinggang Sofi.

Sofi dan Abi berjalan lebih dulu meninggalkan Zia dan Ren, jujur Abi tidak suka jika Zia harus selalu bersama dengan Ren. Abi pikir Ren itu bukan cowok yang baik.

"Bawa in tas gue ke mobil" Suruh Ren. Astaga. Ingin rasanya Zia mencekik makhluk yang kini sudah berjalan mendahului dihadapannya ini.

Jika saja di negara ini membunuh orang tidak kena pasal dan masuk penjara, mungkin hal itu yang ingin Zia lakukan sekarang juga. Baru bersama Ren tiga hari saja sudah membuatnya hampir gila.

Sudah ada Sultan, Cakra dan Ana bella di samping mobil mereka masing – masing. Hanya Rendi yang membawa motor vespa kesayangnnya, Rendi memang lebih simple dari pada teman – temannya. Dan itu salah satu yang membuat Zia menyukainya.

"Nih!" Zia memberikan tas nya pada Ren. Tapi tatapan Zia mengarah penuh cinta kepada Rendi. Dan Ren terus saja memperhatikannya.

Tanpa aba – aba Ren membuka pintu mobilnya " Masuk!"Serunya dengan sedikit mendorong Zia masuk ke mobil mewahnya. Membuat semua orang disana menatap bingung dengan tindakan Ren.

"Eh, apa an sih?" Zia berusaha menolak.

"Gue bilang masuk ya masuk!" Ren menatap Zia tajam,membuat gadis itu merengut sebal. Ren masih tidak mengalihkan tatapannya, nyali Zia menciut begitu saja. Dan dia menurut.

"Mau culik anak orang lo Ren?" tanya Cakra sambil tertawa geli. mereka tau betul seperti apa sifat Ren. Sepertinya Zia yang malang akan menjadi mainan baru untuk Ren.

"Brisik!" Sahut Ren menoleh kearah Cakra.

"Santai bro..."Sultan merangkul pundak Ren dan menepuk – nepuk nya pelan.

"Kalian semua kumpul di markas sekarang!" Perintah Ren mutlak. Tapi justru membuat ke empat temannya kebingungan.

Markas? Markas apa? Mereka saling melempar pandang dan semuanya hanya menjawabnya dengan saling menghedikkan bahu masing –masing.

"Dimana?" tanya Rendi datar. Sepertinya hanya Rendi yang selalu paham dengan maksud Ren yang sulit di tebak itu.

"Apartemen gue!"

"Owh, apartemen" Seru Sultan.

"Eh, Ai ( I ) gak mau ikut ke apartemen Yu (You)"Protes Zia. Semua orang menoleh ke arahnya secara bersamaan.

"Ngomong apa barusan? Coba diulang!" Tanya Ren menatap Zia tajam

"Ai bilang gak mau ikut ke apartemen Yu!" tegas Zia mengulang kalimatnya, Zia langsung paham maksud Ren.

Zia memenghela nafas pelan sepertinya si ayam tiRen ini sudah lupa dan harus di ingatkan " Pasal pertama : saya tidak boleh menggunakan kata lo – gue saat berbicara dengan anda, tuan Ren Alexander yang terhormat" Ucap Zia yang langsung disambut gelak tawa oleh teman – teman Ren. Bahkan Rendi pun ikut tersenyum mendengar barisan kalimat yang Zia pilih untuk di  ucapkan, Zia melihat kearah Rendi yang sedang tersenyum membuat jantung Zia berdebar dan menghangat.

Ren hanya memasang mode datar pada wajah tampannya, tapi kenapa justru terlihat semakin tampan? Lalu Ren mengitari bagian depan mobil nya kemudian masuk dan duduk di belakang kemudi "Masuk Zizi, apa perlu gue paksa masuk!"Perintah Ren yang langsung dituruti Zia dengan tidak ikhlas.

*** 26 Maret 2021***

REN ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang