Zia sedang mengeringkan rambut Ren yang basah karena tidak sengaja terguyur air. Dengan hati-hati Zia mengarahkan pengering rambut itu ke kepala Ren. Salah-salah bisa ngamuk majikan arogannya ini.
Tadi Ren menjemput Zia, lalu mengajaknya joging bersama di taman. Ren sangat tidak suka saat Zia tersenyum pada orang-orang yang memandang takjub pada Zia.
Tadi Zia sempat menolong seorang anak kecil yang menangis karena terjatuh.
Anak kecil itu pergi ke taman dengan kakak laki-lakinya, laki-laki bernama Rangga itu mengucapkan terimakasih pada Zia karena membantu menenangkan adiknya. Jia.
Tentu saja Zia tersenyum ramah saat Rangga berterimakasih, tapi Ren justru tidak suka. Alhasil cowok itu buru-buru menghampiri Zia dan berakhir menabrak penjual ikan cupang di taman, sehingga air nya mengguyur Ren.
"Ngapain senyum-senyum?" Tanya Ren terdengar sewot.
"Siapa juga yang senyum-senyum?" Balas Zia
"Elo!"
"Kapan?"
"Tadi. Mentang-mentang lihat orang ganteng dikit aja disenyumin. Gak tau apa kalo ada yang jauh lebih ganteng dari pada dia" Zia tidak menjawab komplain dari Ren . Ia hanya diam dan melanjutkan aktivitasnya mengeringkan rambut sang cowok yang selalu mengaku majikannya.
"Siapa?"
"Gue!" Ren berbalik menghadap Zia sambil menampilkan wajah datar nya. Tapi kali ini ada senyum tipis di bibir laki-laki ganteng itu. Zia hampir saja kelepasan tertawa ketika mendengar ucapan Ren. Tapi ia tahan takut kena hukuman.
"Lain kali jangan gitu lagi!" Ucap Ren membuat Zia mengerutkan keningnya karena bingung.
"Kaya gitu gimana?" Tanya Zia bingung.
"Senyum-senyum sama cowok!"
"Kenapa? Kan Ai cuma bersikap ramah sama orang?" Ucap Zia membela diri.
"Pokoknya gak boleh. Ya gak boleh !"
"Iya.. iya Ai tau. Yu mau bilang kalo senyum Ai jelek kan? Udah ketebak" Zia ingat betul saat Ren pernah mengucapkan kalimat yang sama beberapa waktu lalu. Gadis itu merengut sebal. Laki-laki yang kini memunggunginya itu selalu saja mampu membuat mood Zia memburuk.
"Gak!" Balas Ren terdengar serius.
Setelah menyatakan perasaannya waktu itu dan Rendi memberinya sedikit pencerahan sikap Ren memang sedikit ada perubahan. Ren juga lebih sering memperlihatkan rasa cemburunya, tapi Zia? Gadis itu tetap masih bersikap seperti biasanya.
"Terus?"
"Lo cuma boleh tersenyum didepan gue!" Mendengar jawaban Ren, Zia menganga tidak percaya. Zia menyipitkan matanya dan berlagak ingin memukul kepala Ren saat itu juga. Kesal sekali rasanya.
"Mau pukul gue, lo?"
"Iya biar hilang ingatan sekalian" Geram Zia berucap jujur.
"Sekalipun gue hilang ingatan, gue pasti akan tetap inget sama elo!"
Kali ini Zia benar-benar diam tidak bisa membalas ucapan Majikan Songongnya itu. Tangan Zia masih mengambang dengan pengering rambut yang masih mengarah pada kepala Ren.
"Panas Woy!"
***
Zia sedang membuat sop di apartemen Ren. Pagi-pagi sekali cowok itu sudah merecoki hidup Zia. Tadi sebelum subuh Ren menelpon dan bilang sedang tidak enak badan sehingga hari minggu Zia yang cerah ini berubah menjadi gelap dan suram.
Walau kesal setengah mati, Zia tetap berusaha memasak untuk Ren. Karena Zia tau Ren lebih suka masakan rumahan dari pada makan diluar. Padahal jika Ren mau, atau ingin makan direstoran manapun ia mampu membelinya. Hanya saja Ren lebih suka jika Zia yang diklaim sebagai pembantunya itu yang memasak untuknya. Lebih tepatnya Ren tidak ingin hidup Zia tenang.
Ren berdiri bersandar di samping pintu dapur unit milik nya sambil tersenyum miring dan memasukkan kedua tangannya di saku celana rumahan yang ia kenakan. Ren mengamati Zia yang sedang memotong sayur. Walau pintar dan cerdas dalam pelajaran, tapi Zia kadang-kadang suka ceroboh. Itu yang sering membuat seorang Ren Alexander kesal.
"Waaa!!!" seru Zia panik saat sedang memotong sebuah wortel.
Ren langsung ikut panik dan menghampiri Zia saat melihat sesuatu mirip jari yang jatuh ke lantai.
"Jari lo putus Zi !" Seru Ren bertambah panik dan langsung menggenggam jari Zia. membuat Zia ikut semakin panik.
Awalnya Zia berteriak karena bawang yang ia goreng sedikit gosong. Tapi ucapan Ren barusan benar-benar membuat Zia syok.
Ren menggenggam kuat jari Zia. Lalu keduanya menengok kearah benda yang terjatuh ke lantai. Zia bahkan menutup matanya karena tidak sanggup untuk melihat.
Perlahan Zia membuka matanya sendiri dan apa yang mereka lihat? Hanya potongan sebuah wortel yang miri jari. Lalu keduanya saling pandang. Kemudian bersama-sama memandang tangan Zia yang sejak tadi di genggam oleh Ren.
Zia melirik Ren yang masih betah memegang tangan Zia, lalu gadis itu menarik tangannya sendiri.
"Dasar modus" Ujar Zia lalu kembali ke aktivitasnya memotong sayuran.
"Berani lo ngatain gue?!" Sentak Ren mendelik ke arah Zia. Tapi Zia tidak peduli.
"Ai gak lagi ngatain Yu!" Ujar Zia sambil mencuci sayuran yang sudah selesai ia potong.
"Lo pikir gue budeg?!"
"Suka bener kalo ngomong" ujar Zia sibuk sendiri. Kali ini ia memasukkan sayurannya kedalam panci yang airnya sudah mendidih.
"Gue pegang tangan lo tadi karena gue khawatir sama pembantu gue yang bawel" ujar Ren menyentil pelan dahi Zia. Lalu laki-laki itu melenggang begitu saja meninggalkan Zia yang masih syok mendengar ucapan Ren.
Majikan arogan nya itu bilang khawatir padanya? Mana mungkin?***
"PR gue udah lo kerjain semua kan?"
Tanya Ren pada Zia yang duduk disebelahnya."Udah kok. Cek aja"
"Bagus" Ucap Ren sambil menepuk pelan kepala Zia.
Zia menepis tangan Ren, "Ih apa an sih Yu, bikin rambut Ai berantakan aja" gerutu Zia.
"Tapi suka kan?"
"Buat lo Zi" Sofi datang dan memberikan susu pisang kesukaan Zia.
"Gratis kan?" Tanya Zia menaik turunkan alisnya.
"Gratis dong, dikasih sama kak Kenan tadi" jawab Sofi.
Ren merebut kotak susu pisang itu dari tangan Zia, lalu membuka sedotan dan langsung meminumnya sampai habis, menyisakan kotaknya saja.
"Ih Yu apa an sih Ren?" Protes Zia
"Sorry gue haus banget dari pagi belum minum. Nanti gue ganti. Lo bebas pilih minuman yang mana aja yang lo mau!"
"Kan Yu udah bawa minuman sendiri? Tuh di tas lo" Zia menunjuk botol air mineral yang Ren bawa dari unitnya dengan dagunya.
"Ya... Ya gue lagi pengen susu pisang"
Jawab Ren berkilah."Sejak kapan Yu suka susu pisang?"
"Sejak suka sama lo!"
"Cieeeeeeeeee..." seruan itu serentak menggema diruang kelas mereka.
Pertengkaran Majikan dan babu berkedok pacar itu memang sering terjadi dan menjadi hal yang justru membuat mereka terhibur.
Sejak waktu itu, Ren memang sedikit berubah. Ia tidak semenyebalkan seperti biasanya. Tapi bagi Zia ia tetaplah majikan songong yang menyebalkan.
"Nih buat lo aja Zi" Abi memberikan coklat milo kesukaannya pada Zia, menjadi sahabat Zia sejak SMP, Abi sangat tau jika selain susu pisang, Zia juga suka coklat.
"Makasih deh Bi, gak usah" tolak Zia
"Ambil aja Zi" saran Sofi
"Gak usah, gue minum punya dia aja" Zia memgambil botol minum dari ransel Ren
"Punya gue!" Seru Ren,
"Bodo Amat"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
REN ALEXANDER
Novela JuvenilAzia Dimitri Khatulistiwa penerima beasiswa di SMA GALAXY , Salah satu sebuah SMA ELITE. Berisi anak - anak kalangan orang - orang kaya. Karena prestasinya, Zia bisa masuk ke SMA itu dengan Full beasiswa. Kehidupan normal yang selama ini Zia jalan...