Senyum Zia mengembang saat melihat Rendi duduk sendiri di perpustakaan, selalu menarik untuk diperhatikan saat Rendi serius membaca, cowok tampan itu selalu memakai kacamata saat belajar, dan itu membuat Zia semakin terpesona. Cowok dengan kacamata terlihat lebih tampan dan menarik dimata Zia. Karena menurut Zia cowok itu akan terlihat lebih serius.
Niat Zia yang akan pergi ke balkon sekolah pun terhenti karena Rendi.
Tiba-tiba sekelebat ingatan Zia tentang Ren yang bilang kalo gak boleh senyum-senyum di depan cowok lain pun kembali mengambang di kepalanya, dan akhirnya ia memilih melanjutkan niat nya untuk makan bekal di balkon gedung sekolah.
Gadis itu tidak bersama kedua sahabatnya, karena Sofi sedang menemani Abi latihan karate. Dan Zia tadi bersama walinya menyipakan materi buat lomba Bahasa anak kelas X.
Rendi menoleh sesaat setelah Zia berlalu. Cowo itu melepas kaca matanya dan merapikan buku-bukunya, lalu bergegas keluar.
*
"Lo beneran suka sama babu lo itu Ren?" Tanya Anabella.
"Bukan urusan lo!"
"Tapi Ren, dia itu gak pantes buat lo!"
"Terus yang pentes siapa? Lo, gitu?"
"Ya gak gitu juga Ren"
"Lo bilang Zia gak pantes jadi cewek gue, Untung lo sadar diri juga ya kalo lo juga gak pantes jadi cewek gue"
Selalu begitu. Ren selalu mengucapkan kalimat yang menusuk jika ia merasa urusannya di campuri. Untung saja selama ini Zia tahan banting dengan sikap arogan dari Ren.
"Nih pesenan lo bos!" Cakra meletakkan minuman pesanan Ren.
Jangankan berterimakasih, dijawab aja gak.
"Kalian kenapa? Muka nya pada tegang gitu? Kaya habis lihat setan?" Tanya Sultan sambil menyedot es boba nya.
"Iya lihat elo. Setan!" Balas Ana menyebalkan.
"Sialan!"
"Pesenan gue mana?" Lanjut Ana.
"Ini boneka hantu" balas Sultan tak kalah kesal.
"Ren" Ucap Cakra tiba-tiba
"Ada yang mau gue bilang ke elo!"
Ren masih diam saja dan tidak peduli dengan ucapan Cakra. Tidak penting.
"Soal babu eh baby lo!"
Ren menoleh kearah Cakra. Kalo menyangkut soal babu nya semuanya mendadak jadi penting bagi Ren."Ngomong aja!"
"Lo harus gercep nih kaya nya"
"Soal?"
"Baby lo" ulang Cakra sedikit ngegas.
"Zizi?"
"Widih... emang ada babu baby yang lain?" Cakra melirik kearah Anabella.
"Ck" Ren hanya berdecak mendengar ucapan Cakra. Ia tau siapa yang di maksud.
"Gak usah bawa-bawa masa lalu"
"Ngapa lo lirik-lirik gue? Gue siram juga lo tepung roti!" Sentak Ana karena merasa dilirik oleh Cakra sambil tersenyum yang terlihat mengejek.
"Dih, ngambek.."
Cakra kembali mengalihkan pandangannya ke arah Ren yang sejak tadi sudah menatapnya datar. Menunggu apa yang akan Cakra ucapkan selanjutnya.
"Bentar Ren gue minum dulu" Cowok dengan rambut gaya ala oppa Korea itu meneguk minumannya.
"Tadi di kantin gue denger katanya kak Kanan Kiri itu mau nyatain perasaannya ke babu lo!"
"Kenan maksudnya?"
"Iya siapa lagi?"
Ren diam saja. Ia tampak memikirkan sesuatu. Kemudian senyum liciknya terbit.
"Lo tenang aja. Apa pun yang udah jadi milik seorang Ren Alexander gak bakal bisa dimilikin orang lain"
"Bener banget itu bos. Azia Dimitri Khatulistiwa itu jodoh gue. Tolong jagain bos" Ucap Sultan menggebu-gebu dan langsung mendapat tatapan horor dari Ren.
"Udah siap in kuburan di mana lo?"
*
Zia berdiri sesaat setelah membuka pintu, gadis dengan seragam khas anak SMA itu memejamkan matanya dan menghirup udara sebanyak-banyak nya lalu menghembuskannya. Melakukan itu selalu bisa membuatnya tenang.
Semilir angin bercampur hangatnya sinar matahari, menyapu lembut wajahnya dan menerbangkan rambut nya yang menjuntai.
Zia melangkah manju menuju tempat dimana ia biasa menghabiskan banyak waktunya sebelum badai bernama Ren Alexander menerpa hidupnya.
Tapi kenapa badai itu kini justru seperti sedang memperbaiki apa yang pernah ia hancurkan? Zia mengingat banyak hal bersama Ren. Bahkan rasa benci yang dulu selalu hadir saat melihat wajah Ren sekarang justru tergantikan dengan senyum Ren yang begitu menyebalkan tapi terlihat sangat tampan.
Ah... apa yang sedang ia pikirkan? Bukan kah selama ini Rendi yang Zia suka?
Zia kembali menarik nafas dalam.
"Rendi... Rendi.... Rendi..." ucapnya menyemangati dirinya sendiri. Berusaha mengingatkan diri bahwa seharusnya Rendi yang ia pikirkan. Tapi kenapa selalu wajah arogan Ren yang muncul.
"Lagi baca mantra ya?" Suara berat itu membuat Zia memelototkan matanya karena kaget dan malu secara bersamaan. Ia menoleh dan mendapati Rendi yang sedang berjalan kearahnya dengan kedua tangan masuk kedalam celananya. Senyum tipis tercetak jelas di bibir cowok yang selama ini terlihat datar dan kaku itu.
"Re... Rendi? Kok kamu ada disini?" Tanya Zia gugup
"Kan dipanggil sama kamu. Pake mantra"
"Hah?"
"Rendi, Rendi, Rendi. sebut namaku tiga kali maka aku akan langsung datang"
Zia tertawa, ternyata seorang Rendi yang terkenal dingin bisa juga bercanda.
Zia tidak tau saja jika Rendi bisa seperti itu hanya saat bersama Zia saja.
"Cantik" ucap Rendi membuat Zia berhenti tertawa.
"Aku?" Tanya Zia pe-de ia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga berusaha menghilangkan rasa gugupnya.
"Senyum kamu barusan"
"Eh?" Zia meringis garing dan menampilkan barisan giginya yang putih dan rapi.
"Kepedan ya aku?" Zia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena malu.
Tanpa Zia duga, Rendi mengacak rambut Zia. Tapi...
Ada yang aneh. Kenapa rasa biasa saja? Berbeda saat Ren yang menatapnya jahil, saat Ren menepuk pelan kepalanya atau saat Ren yang arogan itu mengucapkan kalimat gombalan garing sok posesif. Jantung Zia berdebar dan berdetak tak karuan.
"Eh bawa apa?"
Rendi melihat kotak warna merah yang berada di tangan Zia."Bekel"
"Lo selalu bawa?"
"Kadang-kadang"
"Boleh minta?"
"Hah?"
"Nyobain dikit aja deh"
Zia diam, ia merasa tak enak hati. Apa Rendi akan sudi makan makanan yang dibawanya.
"Sini"
Rendi meraih kotak bekal Zia dan langsung membukanya. Lalu dengan se enaknya memakannya begitu saja.
"Hah?" Kaget Zia karena Rendi memakannya selahap itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
REN ALEXANDER
Teen FictionAzia Dimitri Khatulistiwa penerima beasiswa di SMA GALAXY , Salah satu sebuah SMA ELITE. Berisi anak - anak kalangan orang - orang kaya. Karena prestasinya, Zia bisa masuk ke SMA itu dengan Full beasiswa. Kehidupan normal yang selama ini Zia jalan...