Bab 7. NASI KUCING

154 10 2
                                    

Zia benar – benar mengajak Ren untuk pulang, mereka duduk di mobil dalam diam. Ren diam karena menahan lapar sedangkan Zia diam tapi matanya celingukan seperti mencari sesuatu diluar sana. Dan Zia tadi juga meminta Ren untuk melewati jalan yang berbeda untuk diantar pulang. Pembantu banyak maunya.

"Heh, pembantu. Bener – bener ya lo kebangetan,majikan lapar lo malah ngajak muter – muter gak jelas" Gerutu Ren.

Zia menoleh. Lalu melihat isi dompet di dalam tasnya yang isinya tidak seberapa itu.

"Nah, belok kiri masuk gang itu!" Seru Zia memberi perintah. Dengan kesal Ren menurut saja karena ia penasaran dengan apa yang akan Zia lakukan selanjutnya. Ren segera menepikan mobilnya lalu turun dan mereka berjalan sampai disebuah warung tenda, Ren mengikuti Zia masuk walau sebenarnya ragu – ragu. Mereka disambut dengan penerangan yang remang – remang, tapi Ren tetap duduk menurut pada Zia.

"Gue laper dan lo ngajakin gue ke tempat beginian?"Bisik Ren dengan suara tertahan, namun terdengar kesal.

Zia hanya diam saja. "Teh manis anget dua ya bu"pesan Zia yang disambut senyum oleh pemilik warung. Zia memilih beberapa gorengan dan lauk lainnya kemudian meletakkannya pada piring plastik yang bersih.

"Ini neng teh nya" Ujar ibu pemilik warung pada Zia lalu menoleh kearah Ren dan tersenyum. Ren membalasnya dengan senyum yang terlihat kaku.

"Terimakasih bu. Sama minta tolong ini dibakar ya bu"Pinta Zia. Ibu pemilik warung menerimanya.

Zia menggeser satu gelasnya untuk Ren "Teh anget manis" ujar Zia. Ren menerimanya walau dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"Kalo kurang manis liat in aja Ai" Canda Zia sambil menyedot teh nya. Ren tersedak minumannya sendiri.

Ibu pemilik Warung memberikan makanan yang tadi Zia minta untuk dibakar. Kemudian meninggalkan mereka sambil tersenyum dan kembali melayani pembeli lainnya.

"Wah lo emang ya pembantu kurang ajar? Gue laper masa iya diajakin makan beginian," Bisik Ren.

"Sekali – kali merakyat boss" Balas Zia

Zia lalu mengambil sendok dan sebuah bungkusan. Lalu mengelap sendoknya dengan tisu. Zia membuka bungkusan nasi, tanpa mengucapkan apa pun ia langsung menyuapkan satu suapan kedalam mulut Ren yang sejak tadi terus saja mengomel dan nerocos protes tidak jelas.

"Heh ini makanan higinis gak?bisa sakit perut gue"Ucap Ren yang langsung mendapatkan tatapan horor dari pemilik warung.

Zia tetap hanya diam saja menerima komplain dari Ren. Ia kembali menyuapkan sendokan ke duanya kemulut Ren. Cowok tampan itu sekarang diam saja mengunyah dan menikmati makanan yang berada didalam mulutnya. Rasanya enak, bahkan Ren baru sekali ini merasakan makanan yang menurut Ren ini sangat enak. Hanya nasi putih yang terasa masih hangat dan sedikit potongan ikan sama sambel saja membuat perut Ren semakin keroncongan minta nambah. Ren menunggu suapan ke tiga, tapi Zia diam saja. "Lagi Zi" bisik Ren

Zia menggeser bungkusan makanan yang tersisa tepat didepan Ren. "Nih makan sendiri, Ai juga lapar " Ucap Zia. Ren baru sadar jika mereka menjadi pusat perhatian semua orang di dalam warung tenda itu karena adegan kelewat romantis mereka dengan Zia menyuapi Ren.

"Yang, mau dong disuapi kaya mas ganteng itu" Ujar salah satu pembeli. Membuat Zia merah padam karena malu.

Melihat wajah Zia yang memerah menahan malu seperti itu kenapa justru terlihat menggemaskan dimata Ren? Ren suka itu. Akhirnya Ren kembali memakan nasinya sendiri dan tanpa sadar ia menghabiskan tiga bungkus. Membuat Zia tertawa puas. Ia senang ternyata seorang Ren Alexander bisa juga makan makanan rakyat biasa yang disebut nasi kucing.

Mereka sudah berada didalam mobil mewah Ren dan kembali melajutkan perjalanan pulang, Zia bersenandung pelan tanpa mau mengganggu konsentrasi Ren saat menyetir.

"Itu tadi apa namanya?" Tanya Ren sambil tetap Focus pada jalanan yang terlihat ramai. Tentu saja, karena ini malam minggu.

"Nasi kucing" Jawab Zia Jujur

"Hah?! Lo kasih gue makanan kucing?! Lo emang ya pembantu kurang ajar! Gak ada akhlak?!" Sentak Ren tak Terima. Ia melayangkan tatapan kesal pada Zia. Zia mendengus kesal.

"Bukan makanan kucing tapi nasi kucing. Itu beda ya tuan Ren Alexander yang terhormat"

"Uang Ai gak bakal cukup buat traktir Yu di restoran mahal" Lanjut Zia

"Gimana rasanya?" Tanya Zia yang sebenarnya sudah tau jawabannya. Pasti Ren akan menjawab 'biasa aja, atau gak enak'dan dia akan mengucapkan kalimatnya dengan songong dan menyebalkan.

"Enak. Mulai besok lo bawain gue makanan kucing!"Ucap Ren tanpa menolah. Membuat Zia menganga lebar tak percaya dengan pendengarannya.

"Whiskas?" Tanya Zia polos

Ren menatap Zia tajam " Azia Dimitri Khatulistiwa!"

"Iya Saya" Jawab Zia sengaja.

***

Setelah mengantar Zia pulang entah kenapa Ren tidak bisa berhenti memikirkan Zia, senyumnya, tawanya, gurauannya yang kadang - kadang terdengar narsis, wajah cemberutnya dan yang paling Ren suka saat ia melihat Zia malu tadi wajah memerah dan terlihat sangat lucu dan menggemaskan.

Sambil bersenandung Ren masuk kedalam unit apartemannya,tapi ia sangat terkejut saat melihat kakeknya sudah duduk disofa.

"Kakek? Kapan datang?" Seru Ren dan langsung berhambur memeluk kakeknya.

"Dari mana malam minggu jam segini sudah pulang?"tanya Kakek Ren.

"Jalan keluar sebentar kek"

"Oh ya kakek mau minum apa?"

"Tidak perlu. Kakek sudah melihat isi dalam lemari es kamu. Sejak kapan kamu suka susu coklat pisang?"

"Hah?" Ren baru sadar jika ia selalu membeli susuc oklat pisang walau ia tidak meminumnya. Atau mungkin sebentar lagi ia akan mulai belajar meminumnya.

"Kakek kesini mau meminta kamu untuk datang diacara keluarga besok lusa"

"Dan bertemu para penghiat itu? Ren tidak akan datang"

"Ren Alexander!"

Ren mendengus "Ok Fine! Ren datang. Ini semua demi kakek. Kalau bukan karena permintaan kakek, Ren tidak akan sudi menginjakkan kaki Ren di rumah para penghianat itu" Ucap Ren.

"Ren capek mau istirahat" Ren berjalan melewati kakeknya. Ia sedang malas untuk berdebat lagi. Jika kakeknya sudah menyebut lengkap namanya maka alasan apapun tidak akan bisa diterima.

***08 April 2021***





REN ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang