Bab 51. TITIP SALAM BUAT ZIA

115 6 1
                                    

Ren memandang paspor dan tiket pesawat yang berada diatas meja kamar unitnya. Laki-laki yang sudah lama meninggalkan kegiatan menghisab rokok itu pun malam ini melakukannya lagi.

Berbagai cara sudah ia lakukan untuk meluluhkan hati Zia, tapi gadis itu masih belum mau memaafkannya.

Semalam ia menunggu Zia di ujung gang rumahnya, tapi saat Zia pulang sudah ada Rendi yang mengantarkan Zia pulang sampai kerumah. Bahkan Zia tersenyum lebar bersama Rendi.

Ayah dan bunda Zia bilang, Rendi mengajak Zia nonton film yang baru diputar perdana.

Ren ingat betul saat itu Zia ingin sekali menonton film itu dan Ren berjanji akan mengajaknya nonton jika film itu sudah diputar di bioskop. Tapi nyatanya justru Rendi lah yang mengabulkan keinginan Zia.

Suara dan getar ponselnya membuat Ren melihat siapa yang menghubunginya. Dari Cakra.

"Gue tunggu lo di cafe Rich sekarang!" Suruh Cakra begitu tombol warna hijau itu di geser

"Siapa lo? Ngatur-ngatur gue?" Jawab Ren malas.

"Kita sahabat lo Ren!" Ujar Cakra lagi. Membuat Ren terdiam.

"Kalo lo juga anggap kita berempat sahabat. Lo datang sekarang!" Ucap Cakra lalu memetikan sambungan teleponnya.

"Sialan!"

Ren mendengus lalu melempar ponselnya ke atas kasur.
Kenudian menyusul menjatuhkan dirinya diatas kasurnya.

Ren menatap langit-langit kamarnya yang luas, lalu menoleh kekeranjang pakaian kotor miliknya, mendadak senyumnya terbit.

Semua ingatan tentang Zia kembali berputar didalam kepalanya, membuat senyumnya semakin lebar.

"Aku ingin lihat senyum itu terus menghias bibir indah kamu Zi. Cuma itu keinginan terbesar aku . Sejak pertama kali kita bertemu, wajah panik kamu, wajah polos kamu sudah masuk kedalam pikiranku"

Ren kembali menatap langit-langit kamarnya, lalu memejamkan matanya sambil menutupnya dengan lengan nya sendiri. Ia menghela nafas pelan.

Ingatannya tentang Zia terus mengusik pikiran dan hatinya, lalu ia kembali membuka matanya dan bangkit. Kemudian mengambil jaket kulit berwarna hitam itu dan menyambar kunci motornya lalu bergegas keluar.

*

"Lo yakin Kra, dia bakal datang?" Tanya Sultan

"Yakin!" Tegas Sultan sambil menyesap kopi pesanannya.

"Mau nambah pesanan lagi kak? Tanya Rani, ia menghampiri mereka tapi tatapannya tertuju pada Rendi yang sedari tadi diam saja.

Bahkan sama sekali ia belum mengeluarkan sepatah kata pun sejak kedatangan mereka satu jam yang lalu.

"Eh ada mbak Rani, enggak terimakasih mbak" ujar Sultan

"Nanti kami panggil lagi ya mbak kalo udah ada tambahan"

"Kalo kak Rendi udah tau mau pesen apa?" Tanya Rani pada Rendi.

Rendi hanya memandang Rani sekilas. Cowok itu menggeleng dambil melipat tangannya di depan dada dengan tatapan datar seperti biasanya.

"Ya udah, nanti kalo ada nambah pesanan panggil Rani ya kak!" Ucap Rani lalu mengundurkan diri.

"Selamat datang!" Sambutan itu langsung terdengar saat ada tamu yang datang.

Ren berjalan anggkuh menuju meja sahabatnya. Semua mata langsung tertuju padanya tapi cowok itu tidak peduli.

Dengan seenaknya Ren melempar kunci motornya tepat mengenai ke tengah meja.

REN ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang