Bab 32. OBATNYA ZIA

99 7 0
                                    

Ren langsung menghambur tubuhnya memeluk gadis nya begitu Zia membuka pintu kamarnya, ia memberikan ciuman bertubi-tubi diatas kepala Zia membuat gadis dengan dengan piama motif kelinci itu kebingungan.

"Maaf in aku sayang" ucap Ren penuh penyesalan. Ia menggapai tangan Zia lalu menciumi punggung tangan gadis itu.

Tadi pagi begitu terbangun, Ren langsung ingat bahwa dia punya janji pada Zia-nya.

Seharusnya mereka menghabiskan malam minggu di taman bermain semalam. Tapi Ren lupa datang karena kesibukannya.

Ren semakin merasa bersalah saat tau bahwa gadis cantik itu sekarang terserang flu. Badan Zia demam dari semalam. Bunda Zia yang memberitahu Ren tadi.

Awalnya Ren ingin meminta maaf dan mengajak Zia joging pagi ini, lalu menelpon gadis itu tetapi bunda Zia yang mengangkat teleponnya.

Bunda Zia memberi tahu bahwa Zia baru bisa tidur nyenyak setelah subuh tadi, karena semalam badannya panas.

Pasti gara-gara kehujanan semalam.

"Kamu kenapa Ren?" Tanya Zia bingung sekaligus heran dengan sikap yang menurut Zia itu berlebihan.

"Mana yang sakit Zi? Bilang ke aku! Kamu masih demam? Kita kedokter sekarang! Biar kamu diperiksa dokter terbaik ya, aku takut kamu kenapa-napa Zizi" dengan wajah panik Ren menelisik setiap inci wajah Zia-nya ia meraba kening gadis itu memastikan bahwa Zia sudah baik-baik saja.

Zia tersenyum lembut, lalu menggapai kedua tangan Ren dan memakai telapak tangan Ren untuk membingkai kedua pipinya sendiri.

"Aku gak papa Ren, tadi sudah makan dan minum obat. Istirahat bentar juga pasti sembuh" ujar Zia

"Tapi semua salah aku Zi, kamu sakit begini gara-gara aku. Aku gak datang tepatin janji aku. Sebagai ganti nya hari ini aku gak akan kemana-mana aku akan tetap disini jagain kamu ya? Please, jangan menolak ?" Mohon Ren

"Iya. Kamu boleh jagain aku Ren"

Ren tersenyum, setidaknya ia akan menebus kesalahan dan rasa bersalahnya dengan cara menjaga Zia untuk hari ini. Dia tidak mau diganggu.

Tentu saja Ren menjaga Zia atas seijin Ayah dan bundanya.

"Kamu istirahat lagi ya Zi" Ren memapah Zia kembali ke tempat tidurnya.

Tempat tidur paling sederhana yang pernah Ren lihat. Mata Ren beredar ke setiap sudut kamar Zia.

Ranjang yang tidak terlalu besar, hanya berisi satu bed ukuran single, meja belajar dari kayu jati, hasil karya ayah Zia sendiri dan sebuah lemari baju yang tidak terlalu besar juga serta sebuah lemari hias yang diatasnya terdapat beberapa piala dan piagam milik Zia yang berjajar rapih.

Semuanya bersih dan tertata rapih, walau bukan barang mewah tapi semuanya terlihat begitu indah dimata Ren, terlihat klasik.

Ini pertama kalinya Ren di ijinkan masuk ke kamar Zia-nya. Karena selama ini Zia tidak mengijinkan seorang laki-laki masuk ke kamarnya, kecuali Abi dan ayahnya, itu saja Abi selalu datang bersama Sofi. Jika Abi datang sendiri, jangan harap bisa masuk.

Lalu mata Ren tertuju pada sebuah bingkai foto yang berada tepat di tengah meja belajar Zia, senyum Ren langsung tercetak jelas.

Laki-laki itu bahagia bukan kepalang saat melihat isi bingkai itu. Ada Foto dirinya yang sedang memeluk Zia. Foto itu Zia dapatkan saat Ren mengantarkannya pulang dari acara keluarga di rumah kakek Ren.

Ya. Zia memajang foto mereka berdua.

"Zizi, aku bakal menebus semua kesalahanku ini, minggu depan kalo kamu udah sembuh kita jalan berdua ya, aku mau kasih kamu kejutan special" ucap Ren, ia berencana memberi kan sesuatu buat Zia. Agar Zia senang.

REN ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang