"Goblok!" Seru Sultan lalu tertawa kencang saat Ren telah selesai bercerita tentang kejadian yang belum genap sepuluh menit ia alami.
Kejadian yang benar-benar menurunkan egonya hanya untuk bilang ke pembantunya bahwa dia menyukainya."Berani lo ngatain gue?!" Sentak nya kesal
"Sorry boss"
"Masa dia bilang gitu Ren?" Tanya Cakra
"Iya!" Ren mengangguk, lalu menegak kembali minuman kaleng yang sudah tinggal setengah.
"Jadi elo di tolak sama pembantu lo?"
"Bukan di tolak, tapi dia bilang belum tau perasaannya" Ren meremas kaleng soda yang berada di tangannya
"Sama aja "
"Gimana gak di tolak, lo nembak dia asal. Dia pasti merasa kalo dia sama sekali gak berharga buat lo" kalimat itu keluar dari mulut Rendi yang sejak tadi memilih diam saja dipojokan.
Ke empat orang itu menoleh, saat tiba-tiba lampu padam. Ren langsung membuang kaleng nya kearah Sultan.
"Sialan!" Serunya.
"Mau kemana lo Boss?"
"Baby gue takut gelap!" Seruan itu terdengar samar bersamaan dengan Ren yang terus berlari kearah dimana Zia-nya berada.
"Hah, baby katanya? Gue gak salah denger?" Seru Sultan heboh.
"Masih bagus pendengaran lo Tan, cuma si Ren aja yang udah gak waras" Cletuk Anabella tak suka.
"Cie, bau-bau cemburu nih" balas Cakra sambil menepuk-nepuk pundak Ana.
"Sialan" Ana menepisnya.
***
Ren melihat Kenan yang tengah menyalakan light pada ponselnya,
"Kamu takut gelap kan?" Tanya nya berada disebelah Zia.
Zia hanya tertawa kecil menanggapinya.
"Nih gue bawa in senter besar" kata Sofi yang sudah datang bersama Abi.
"Dari mana kalian?" Tanya Zia
"Cari in senter buat lo"
"Gue udah gak takut gelap lagi kali Sof"
"Masa?"
"Iya"
"Kok bisa?"
Zia tersenyum, ia mengingat kembali kejadian waktu bersama Ren, saat itu mereka sedang berada di sebuah panti asuhan yang kerap Ren kunjungi, lalu tiba-tiba lampu padam. Zia sangat ketakutan.
"Kenapa lo?"
"Ai takut gelap" Suara Zia terdengar sedikit menggigil.
"Oh takut gelap, emang pantas sih. Lo tau gak kalo di pojokan sana ada yang lagi merhatiin lo" Ucap Ren bernada jahil, Zia yang ketakutan berusaha mencari perlindungan, ia ingsut merapatkan dirinya pada Ren.
"Lo modus ya bilang takut gelap. Biar bisa deket-deket sama gue kan?"
"Enggak Ren, Ai beneran takut gelap" Suara Zia makin menggigil dan bergetar, ia bahkan hampir menangis. Ren dapat mendengarnya saat isakan kecil mulai terdengar dari gadis yang berada tepat dihadapnnya sekarang.
Ren merengkuh tubuh mungil Zia kedalam dekapannya.
"Gelap itu gak semenakutkan yang lo bayangin kok. Kalo lo takut, coba lo pejamin mata lo sebentar, lalu buka lagi pelan-pelan! Akan ada ribuan hal indah yang bisa lo lihat di dalam kegelapan itu Zi"
Ujar Ren menatap wajah Zia dalam kegelapan dan Zia mengikutinya.
Perlahan gadis itu membuka matanya, benar saja ia bahkan bisa jelas melihat wajah Ren berada tepat di hadapannya walau dia harus sedikit mendongak."Lo bener Ren" Ucapnya tersenyum.
"Coba lo pejamin mata lo agak lama lagi" perintah Ren
"Kenapa?"
"Udah ikutin aja"
Ren semakin mengeratkan dekapannya saat lampu sudah menyala. Lalu menumpukan dagunya diatas kepala Zia.
"Udah boleh dibuka belum mata Ai?"
"Belum!"
"Kapan bukanya?"
"Sebentar lagi"
"Oh" Zia masih menurut
"Udah belum?"
"Belum"
Merasa ada yang aneh, Zia membuka matanya sendiri tanpa aba-aba dari Ren, betapa kaget nya gadis itu saat ia berada dalam dekapan Ren dengan keadaan lampu menyala dan ibu panti sedang menatap mereka sambil tersenyum dengan sebuah lilin di tangannya.
Zia mendorong tubuh Ren membuat cowok itu ingsut mundur kebelakang.
"Yu modus ya bos?" Serunya sambil malu-malu
"Maaf tadi ibu bawa kan lilin, tapi ternyata lampunya sudah menyala pas ibu sampai disini"
"Modus nih bu" ucap Zia meninggalkan Ren yang hanya tersenyum melihat tingkah Zia yang semakin menggemaskan menurut Ren.
Bukan tanpa alasan Zia sangat takut gelap, karena keadaan ekonomi keluarganya, saat SD ia sering di bully teman-temannya di kurung di gudang sekolahnya sampai hari menjelang magrib dia baru di temukan.
Zia kecil menangis sendirian di gudang gelap itu tanpa ada yang tau. Sampai akhirnya orang tuanya datang kesekolah dan dibantu penjaga sekolah mencari Zia kecil. Karena traumanya akhirnya Zia sampai jatuh sakit dan tidak masuk sampai beberapa hari. Sejak saat itu Zia benar-benar tidak suka gelap.
Tapi bersama Ren, ia bisa melaluinya dan ia tidak lagi takut gelap.
Seperti yang boss arogannya itu bilang, bahwa ada ribuan, bahkan jutaan hal indah yang berada di kegelapan.
"Seriusan lo udah gak takut gelap Zi?" Tanya Abi memastikan
"Beneran Bi"
"Kok bisa?" Tanya Sofi
"Ada yang bilang ke gue bahwa ada ribuan hal indah didalam kegelapan"
"Wah, gue wajib berterimakasih pada tuh orang. Kalo cewek gue jadi in sodara, kalo cowok gue jadi in pacar" kata Sofi membuat mereka tertawa.
"Mau lo gue jual di aplikasi belanja Shopee?" Abi mengacak gemas Sofi.
"Sadis amat"
Ada orang lain yang sedang memperhatikan mereka dari jarak yang tidak dekat, tapi ia mendengar ucapan Zia dengan sangat jelas. Bibirnya mengukir senyum begitu saja tanpa dapat ia kendalikan.
Di sisi lain Zia dapat melihat senyum tulus itu saat tanpa sengaja menoleh kearah cowok tampan itu. Dan Zia ingin selalu bisa melihatnya. Ya Azia Dimitri Khatulistiwa telah diluluhkan hatinya oleh sang majikan Arogannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
REN ALEXANDER
Teen FictionAzia Dimitri Khatulistiwa penerima beasiswa di SMA GALAXY , Salah satu sebuah SMA ELITE. Berisi anak - anak kalangan orang - orang kaya. Karena prestasinya, Zia bisa masuk ke SMA itu dengan Full beasiswa. Kehidupan normal yang selama ini Zia jalan...