Bab 2. PINDAH KELAS

216 16 0
                                    

Zia berjalan seperti biasanya menuju kelas, tapi tatapan orang – orang yang ia temui disepanjang perjalanan tampak berubah, tatapan yang biasanya terlihat meremehkan, sekarang terlihat berbeda. Bahkan kalau boleh Zia berpendapat ia sudah seperti orang terkenal saja di SMA Galaxy. Hampir setiap langkahnya selalu menjadi pusat perhatian.

Langkah Zia terhenti saat Cakra, Rendi, Sultan dan Anabella mensejajari langkahmya,

" Pagi Zia..." Sapa Cakra sok kenal sok dekat. Zia memilih diam saja. Lagi pula sejak kapan mereka berubah menjadi ramah kalau tidak ada maunya

" Pagi pacar Ren..." Ucap Sultan tak kalah menyebalkan. Sudah Zia duga, mereka pasti hanya ingin meledek saja.Zia kembali melanjutkan jalannya menuju kelas,

" Bukan pacar Ren sih, lebih tepatnya pembokat alias pembantu." Ujar Anabella sambil tersenyum meremehkan, dan terdengar sangat amat menyebalkan ditelinga Zia. Zia menghentikan langkah nya lalu menoleh kearah Anabella,

" Apa lo lihatin gue kaya gitu? Gak suka gue sebut pembokatnya Ren?!" Sentak Anabella justru terlihat menantang. Zia tidak mau menanggapi geng itu, lagi pula apa – apaan si boneka hantu bersikap seperti itu? Dasar Anabell. Zia hanya menggelengkan kepalanya pelan ia ingin segera pergi menjauh dari mereka, tapi kenapa hatinya berhianat, Zia justru menoleh kembali untuk melihat Rendi yang bersikap datar dan hanya diam saja. Sabar Zia, sabar...

"Bruk" tiba – tiba Ren melemparkan tasnya tepat dihadapan Zia, entah muncul dari mana. Zia yang tidak siap pun sedikit terlonjak kebelakang.

"Tugas pertama lo. Bawa in tas gue sampai ketempat duduk gue!" Perintah Ren.

"Tapi,.."

"Buruan! Gue gak suka sama orang banyak protes" Zia hanya memanyunkan bibirnya membuat wajahnya terlihat lucu. Banyak orang yang memperhatikannya kemudian berbisik. Entah apa yang mereka pikirkan. Sementara Cakra, Sultan dan Anabella cengengesan menertawakan Zia dari belakang. Hanya Rendi yang ikut berjalan tanpa ekspresi.

Ren melirik setiap orang yang terlihat menggunjingkan Zia yang mengekori geng anak Sultan itu sambil membawa tas milik Ren,ada tatapan mengejek yang terlihat jelas dari beberapa pasang mata. Mungkin mereka tim orang – orang julid yang tidak menyukai Zia. Sigadis berprestasi itu.

Ren sengaja menghentikan langkahnya menunggu langkah Zia, begitu Zia berada di sebelahnya, Ren merangkul pundak Zia dan menyamakan langkah nya dengan Zia, membuat gadis itu menatap Ren dengan tatapan horor, seolah memberi peringatan pada Ren supaya jangan dekat – dekat karena ada Rendi disini. Tapi Ren tidak peduli.

"Sudah sampai. Nih tas nya" Zia memberikan tas milik Ren ketika mereka sampai didepan pintu. Semua mata memandang kearah mereka.

Tanpa mau mendengar kalimat selanjutnya yang akan Ren katakan, Zia memilih mlipir dan kabur dari depan kelas anak – anak Sultan itu. Zia ngibrit ke kelasnya, melihat tingkah Zia yang kekanakan itu justru membuat Ren tersenyum Smirk. Ia semakin suka untuk mengerjai Zia.

* * *

"Zi yang ini gimana caranya?" Sofi bertanya pada Zia, mereka sedang diberi tugas Matematika karena guru mereka sedang ada rapat. Dengan sabar Zia menjelaskan kepada Sofi, sementara Abi yang sudah selesai mengerjakan tugasnya sibuk bermain game diponselnya.

"Tugas lo udah selesai Bi?" tanya Sofi

"Udah dong, gini doang ma kecil" jawab Abi tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Sombong..."

Suasana yang tenang dan damai itu tiba – tiba berubah gaduh saat geng Ren masuk kedalam kelas Zia, Seketika tatapan mereka focus pada lima orang beruntung itu, apa lagi sekarang? Kenapa mereka datang ke kelas Zia?

"Pacar lo ganteng banget Zi" Ujar Sofi yang ikut terbius dengan kehadiran mereka berlima tapi focusnya pada Ren Alexander. Berbeda dengan Zia yang hanya menoleh sesaat untuk memasitikan bahwa Rendi ikut berada disana.

"Ngarang aja lo Sof. Mau lanjutin belajar gak nih?"Zia bersikap tidak peduli dengan kehadiran mereka. Zia tidak mau terpengaruh karena Zia tidak mau berurusan dengan mereka.

"Mau dong Zi, yok belajar lagi" Ujar Abi yang juga sama sekali tidak antusias dengan kedatangan mereka.

"Lah bukannya tugas lo udah selesai semua ya Bi?"Protes Sofi

"Belajar lagi boleh dong" Abi mencoba membela diri.

"BRAK" Ren melempar tas nya dan mendarat tepat diatas meja Zia. Zia yang tau betul tas itu milih Ren, langsung menoleh sang empunya dengan tatapan kesal, tapi ia tetap diam saja. Karena Zia benar – benar malas berurusan dengan cowok arogan seperti Ren.

"Minggir !" Seru Ren saat berada disamping Zia. Tapi tatapannya tertuju pada Sofi. Sofi tidak bergeming karena beradadekat dengan Ren dari jarak sedekat ini membuat jantungnya serasa ingin lepas dari tempatnya.

"Minggir Woy!" Seru Ren sekali lagi membuat Sofi tergagap dan sadar. Zia segera membereskan peralatannya dan memasukkan buku– bukunya kedalam tas " Ayo Sof kita pindah, yang punya sekolahan mau duduk disini !" Zia hendak pergi saat tiba – tiba tangannya dicekal oleh Ren.

"Siapa suruh lo pergi?"

"Ck" Zia hanya berdecak menjawab pertanyaan Ren, Zia merasa apa pun yang dilakukan Zia selalu salah dimata si tiRen ini.

"Duduk!" Perintah Ren. Zia menurut saja

Sofi yang tadinya sudah ikut berdiri pun kembali duduk disamping Zia. " Siapa suruh lo duduk lagi?lo aja yang pindah! dia gak!" Kali ini kalimat Ren terdengar seperti mengusir.

"Mau lo apa sih Ren, Nyebelin banget" Seru Sofi yang sudah berpindah ke bangku belakang Zia, ia mengambil duduk disebelah Abi yang kebetulan kosong, karena Abi memang tidak mau tempat itu ada yang menempati.

"Brisik"

"Heh Ren. Jangan mentang – mentang lo cucu dari pemilik yayasan ya bisa langsung se enaknya sendiri. Asal lo tau ya Ren, gue, Sofi dan anak – anak lainnya itu sekolah disini bayar!"Seru Abi tak suka dengan sikap Ren

"Gue gak peduli! Kalo mau pindah ya silahkan!" balas Ren Acuh dan memancing amarah Abi. Ia berdiri sambil berkacak pinggang di depan Ren.

"Bi..." Zia menggapai tangan Abimanyu sambil menggeleng memberikan isyarat untuk tidak meladeni Ren. Melihat Zia memegang lengan Abi, Ren segera menepis tangan Zia. "Lo pacar gue. Ngapain pegang – pegang tangan cowok lain di depan gue!" Seru Ren yang langsung mendapat gelak sorak dari teman – teman mereka. Zia mendelik tak percaya. Si ayam tiRen ini memang benar – benar sudah tidak waras rupanya.

"Dengar kalian semua, mulai hari ini gue bakal pindah di kelas ini dan duduk disini sama pacar gue!" Ucap Ren dan langsung disambut antusias dan tepuk tangan oleh seluruh penghuni kelas. Kecuali Zia dan Abi, mereka memilih diam dan saling pandang. Zia membolakan matanya seperti menantang ke arah Ren. Tapi cowok itu justru tersenyum yang menurut Zia senyum paling menyebalkan.

Ucapan Ren barusan terdengar seperti syok terapi bagi Zia, bagaimana hidupnya nanti jika ia harus duduk satu bangku dengan makhluk menyebalkan bernama Ren Alexander itu? Jujur Zia sangat kesal, tapi apa dia punya hak untuk melawan si ayam tiRen yang terlalu berkuasa itu? Salah – salah Zia akan kehilangan beasiswanya nanti. Untuk saat ini Zia hanya bisa pasrah.

***24 Maret 2021***

REN ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang