Bab 28. IKAN TERBANG

98 4 0
                                    

Sore itu Ren mengajak Zia ke apartemennya, mereka berjanji akan memasak berdua. Menggantikan memasak dan makan bersama yang sempat tertunda.

Ren ingin sekali makan romantis berdua bersama Zia. Hasil masakan mereka sendiri. Ren sangat bahagia menjalani hari-harinya bersama Zia. Ia tidak menyangka gadis sederhana ini mampu merubah seluruh duania nya.

Zia terus tertawa saat Ren membantunya memasak. Pasti baru pertama kali. Pikir Zia.

Cowok itu sedang menggoreng ikan, tapi lihat saja tingkahnya. Dengan berbekal apron melekat di bajunya, Ren bersiap siaga semangat 45, dengan tutup panci sebagai perisainya.

 Dengan berbekal apron melekat di bajunya, Ren bersiap siaga semangat 45, dengan tutup panci sebagai perisainya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sayang, ikannya terbang!" Serunya panik. Ada letupan saat ikan-ikan itu dimasukkan kedalam penggorengan.

"Mana bisa ikan terbang Ren? Kamu kira simbol stasiun TV ?" Guman Zia menimpali. Senyum Zia kembali mengembang melihat tingkah Ren.

Eh, tadi apa Ren bilang? Sayang katanya. Wajah Zia bersemu merah hanya karena mendengar Ren memanggilnya sayang. Apa Zia sudah gila? Atau telinganya yang sudah mulai tidak normal. Mana mungkin Ren memanggilnya sayang, pasti karena akhir-akhir ini Sofi mengajaknya nobar drakor jadi otaknya mulai terganggu dengan sindrom bucin.

"Mau aku bantuin Ren?" Tawar Zia

"Gak usah sayang. Kamu lanjutin potong sayurnya saja. Hati-hati jarinya jangan sampai tergores pisau"

Zia kembali diam, tapi hatinya berdebar tidak karuan. Sepertinya bukan pendengarannya yang bermasalah, tapi memang Ren tadi memanggilnya sayang. Sekarang lelakinya benar-benar sebucin itu.

"Kok ngelamun sih, lagi mikirin aku ya?" Laki-laki tampan itu tiba-tiba sudah berada di belakang Zia, ia melingkarkan tangannya di perut gadis mungil itu.

Zia tersentak kaget, lagi-lagi jantungnya berdetak tak karuan. Ren pasti mendengar detak jantungnya yang menggila sekarang.

"Jangan kaya gini Ren, aku lagi motong sayur nih"

"Gak apa-apa sama pacar sendiri juga!"

"Au!" Seru Zia saat jarinya benar-benar tergores pisau. Tidak terlalu dalam, dan juga tidak banyak mengeluarkan darah. Hanya goresan kecil tapi membuat Ren sangat khawatir dan panik.

"Kamu kenapa Zi?"

"Kena pisau Ren!"

"Mana tangan kamu, aku liat"

Ren menggapai tangan Zia, lalu memeriksa jari gadis itu yang tergores. Dengan sigap Ren langsung menghisab jari Zia.

Zia diam dan hanya bisa memandang kegiatan yang dilakukan oleh Ren, bagi Zia itu sangat romantis. Hatinya menghangat diperlakukan seperti itu.

"Masih sakit?" Ren memandang Zia masih dengan tatapan khawatir.

"Udah enggak"

"Bentar ya" Ren berlalu meninggalkan Zia, lalu kembali dengan kotak p3k sudah berada di tangannya.

REN ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang