Bab 41. PARTIME

96 7 5
                                    

Ren duduk dikantin tempat biasanya bersama dengan teman-temannya, lalu seorang gadis datang bernama Catrine datang menghampiri dengan sekotak bekal ditangannya.

"Ini buat kamu Ren" ujarnya membuat seluruh atensi penghuni kantin memandang kearah nya, belum tau saja gadis itu. Setelah ini bakal ada tragedi apa lagi?

Kenapa mereka semua tidak juga menyerah untuk mendekati Ren? Mungkin karena pesona Ren begitu luar biasa sehingga mereka semua mengabaikan ancaman Ren waktu itu, padahal ancaman Ren tidak pernah main-main.

Ren bersedekap tanpa melihat kehadiran Catrine di sebelahnya. Cowok itu justru sibuk memperhatikan gadis yang sejak tadi tidak berselera makan. Terbukti dari cara dia mengaduk aduk makanannya.

Zia. Ya tatapan memuja Ren tidak pernah berubah pada gadis itu, walau akhir-akhir ini ia terus mengabaikan gadis itu, tapi hati dan pikirannya tetap sama.

Semenjak hubungan Ren dan Zia merenggang memang banyak yang menggunakan kesempatan ini untuk mendekati Ren. Tapi tak satu pun yang mendapat sambuta dari Ren.

"Sebetulnya gue males ke kantin salah satunya ya karena hal kaya gini" ujar Cakra mulai jengah,

"Ini buat kamu Ren "Ulang Catrine membuat Ren menoleh dengan tatapan dingin.

"Lo tau gak, kita ini dimana?"

"Kantin!" Jawab Catrine terlihat bodoh.

"Kantin. Dan di sini itu banyak makanan, buat apa lo bawa-bawa makanan buat gue?!" Sentak Ren. Ia mengucapkannya dengan nada tinggi.

"Tapi ini aku yang bikin sendiri Ren"

"Begitu ya? Elo yang buat?"

"Ini kan yang lo mau?"Ren mengambil kotak bekal itu dari tangan Catrine. Gadis itu mengangguk sambil tersenyum senang.

"Dimakan ya Ren!"

"Elo yang sabar ya Zi!" Sofi mengusap punggung Zia. Gadis itu tersenyum kecut. Mereka bertiga sejak tadi melihat drama itu dan sekarang Ren menerima pemberian gadis lain, membuat hati Zia sedikit sesak melihatnya.

Bukankah seharusnya Zia senang karena Ren bisa lebih menghargai pemberian orang lain? Setidaknya ada sisi baik yang terlihat.

Ren membuka kotak bekal itu, ada spageti di dalamnya. Laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya, kemudian berjalan begitu saja dan dengan semaunya membuang isi kotak itu kedalam tong sampah membuat Catrine tercenang kaget.

"Udah gue terima, isinya juga udah habis kan? Jadi lo boleh pergi dari hadapan gue!" Usir Ren pada Cathrine. Meletakkan kotak bekalnya di atas meja begitu saja.

"Oh iya, kotak bekal lo emang kelihatan mahal. Tapi jelek dan warnanya norak." Semua orang memandang kearah kotak bekal tak berdosa berwarna merah itu.

Ren memang hanya senang dengan kotak bekal yang Zia kasih. Warna biru hitam. Zia sangat tau warna itu. Warna kesukaan Ren. Bahkan Zia merasa beruntung waktu itu karena mendapat kotak itu waktu diskon.

Semua orang memandang iba kepada Catrine, termasuk Zia dan teman-temannya.

Mata Catrine mulai memanas dan berkaca-kaca ingin menangis dipermalukan seperti itu.

"Lo udah usik ketenangan hidup gue!" Geram Ren menunjuk wajah Catrine.

"Mending lo jauh-jauh dari gue!"

"Kok elo bisa sih Zi ngadepin orang sombong dan arogan kaya dia?" Bisik Sofi menyenggol lengan Zia.

Zia tidak menjawab, ternyata Ren masih sama saja, bahkan sekarang menjadi semakin kejam.

REN ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang