EXTRA PART REN ALEXANDER

164 6 0
                                    

Tadi pagi

"Kenapa jadi kita yang mual gak sembuh-sembuh sih Karl?" Gerutu Nicholas.

"Lain kali kalo mau ngajak gila jangan sama gue!"

"Gue gak ngajak elo, bukannya elo yang mau ikut sendiri?"

"Gue pikir kita balik masih besok Karl!"

"Mana mau Ren menunggu sampai besok Nic, lo lihat sendiri kan tadi bahkan bokongnya aja belum sempet nempel disofa empuknya di Singapura?"

"Emang sinting tuh sepupu elo!"

"Sepupu elo juga kan?"

"Sepupu elo!"

"Elo!"

"Gak sudi gue punya sepupu kaya kalian berdua!" Ucapan dingin dan datar itu membuat perdebatan Nicholas dan Karl terhenti. Mereka menoleh kearah pintu pemilik apartemen.

Setelah pulang tadi Ren mengijinkan mereka berdua tinggal di apartemennya karena mereka berdua tidak mungkin akan pulang dalam keadaan seperti itu atau orang tua mereka akan panik berlebihan.

Kalo kata Ren lebay.

Ren memperbolehkan kedua sepupunya beristirahat di sana, dengan syarat tidak diperbolehkan menyentuh apa pun disana. Karena hanya Zia yang boleh menyentuh barang-barang milik Ren. Ren sudah mengatakannya berkali-kali.

Tadi pagi setelah jet pribadi Ren baru saja mendarat di Jakarta dan Ren langsung berlari mencari taxi langsung kerumah Zia.

Ren berdiri di depan rumah Zia saat bundanya sedang membuat adonan.
Setelah membukakan pintu, bunda Zia mempersilahkan Ren masuk.

"Nak Ren?"

"Ada apa nak Ren datang kesini?" Seperti biasa bunda Zia bertanya lembut.

"Cari Zia!"

"Kan masih di sekolah nak!"
Sepertinya Ren sedang ling-lung karena bolak balik Indonesia Singapura dan Singapura Indonesia.

"Numpang tidur boleh bun? Sambil menunggu Zia pulang" pinta Ren sambil mengurut pangkal hidungnya.

"Kamu sakit nak?"

"Pusing bun"

"Sebentar ya bunda bikin kan teh anget!"

"Terimakasih bunda," Ren memijat kepalanya yang terasa pusing.

Bunda Zia kembali dengan segelas teh hangat di tangannya.

*

Bunda Zia mengijinkan Ren beristirahat di kamar tamu, Ren tampak kelelahan. Walau kamranya tidak sebesar dan sebagus kamar di tempat Ren, tapi kamar sederhana itu sangat nyaman. Ada dengkur halus yang keluar dari nafasnya membuat bunda Zia tersenyum tulus. Bunda Zia menyelimuti tubuh Ren dengan sayang.

"Semoga setelah ini kalian bahagia" ujarnya pelan lalu menutup pintu.

Siang itu Zia pulang dengan perasaan yang bercampur aduk bersamaan dengan penyesalan-penyesalan yang mengikutinya.

REN ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang