Bab 38. EGOIS

78 5 0
                                    

"Zia mana sih Sof, lama banget ke toiletnya?" Tanya Abi pada Sofi yang duduk di sampingnya.

"Iya nih anak, jangan - jangan gak jadi nyusul"

"Telepon-telepon Zia!" Suruh Abi.

Tapi Sofi hanya cengengesan, "ponselnya gue yang bawa Bi. Tadi minjem buat selpi"

"Lo kan punya ponsel sendiri Shopee" geram Abi

"Habis kamera ponsel Zia itu kinclong kalo buat poto-poto. Keren"

"Terus nih anak kemana gak nyusul-nyusul?"

"Ya udah kita cari aja yuk!"

Abi dan Sofi bergegas keluar kantin meninggalkan makanan pesanannya, karena terburu-buru mereka tidak sengaja menabrak Ren yang akan masuk kedalam kantin.

Ren menatap Abi tajam, tapi Abi tidak peduli. Tidak takut sama sekali.

"Apa lo?! Mau pukul gue?!" Sentak Abi tak suka dengan tatapan Ren.

"Udah Bi, gak usah diladenin. Urusan Zia lebih penting" Ujar Sofi menyeret lengan Abi.

Mendengar nama Zia disebut, hati Ren mencelos. Jujur Ren masih sangat sayang pada Zia, tapi Ren sangat tidak suka dibohongi. Ren benci. Bahkan sifat eoisnya kini selalu mendominasi pikirannya.

Dalam hati kecilnya bertanya kenapa dengan Zia?

*

"Eh biarin aja tau rasa tuh anak! Emang enak kita kunci in" ujar salah satu dari tiga siswi itu.

"Iya, mandi-mandi deh biar gak bau sampah" timpal yang satunya lagi. Lalu ketiganya tertawa cengengesan.

Rendi yang sedang berjalan dari arah perpustakaan langsung menoleh pada mereka, membuat mereka bertiga hampir pingasan.

"Kak Rendi lihat in gue!" Ujar salah satu dari mereka senang.

"Bukan kali. Dia lihatin gue!" Timpal yang satunya.

"Dih, kalian ke ge-er an. Jelas-jelas lihatnya ke gue!" Tambah yang satunya.

"Kalian dari mana?" Tanya Rendi bernada datar.

"Saya kak?" Tanya siswi yang memakai bando merah.

"Kalian!"

"Toilet. Ada apa ya kak?" Tanya gadis itu senang karena di ajak bicara oleh Rendi.

Tanpa menjawab apa-apa Rendi langsung bergegas menuju toilet.

Toilet wanita sudah sepi karena jam istirahat sudah habis. Rendi mengetuk pintunya tapi tidak ada jawaban. Tidak ada siapa pun didalam sana.

Rendi berjalan dan membuka bilik satu persatu. Ada yang aneh saat Rendi sampai pada sebuah bilik yang terkunci dari luar.

Berkali-kali Rendi mengetuknya, tapi tidak ada jawaban. Rendi langsung membukanya dan menemukan Zia yang sudah tidak sadarkan diri dengan baju yang sudah basah.

"Zia!" Serunya sambil menepuk-nempuk pipi Zia yang sudah memucat.

"Bangun Zi!" Serunya, tapi Zia tak bergeming. Rendi melepas seragamnya, untuk menutup seragam Zia yang basah. Menyisakan kaos warna hitam polos yang melekat pas di badannya.

Rendi membopong Zia keluar dari toilet, saat itu juga histeris terjadi karena beberapa siswi yang melihatnya dari dalam kelas. Mereka berhambur keluar kelas untuk menyaksikannya langsung.

Sofi berlari bersama Abi, mendekati Rendi.

"Zia kenapa Ren?" Panik Sofi

"Pingsan"

REN ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang