Bab 9. BABY

184 12 0
                                    

Azia berdiri didepan cermin kamarnya saat bundanya tiba-tiba masuk kedalam kamar Zia. Bundanya tersenyum melihat tingkah Zia, wajar saja karena baru kali ini Zia memakai gaun yang cukup mahal. Zia tidak tau saja jika gaun yang ia pakai sekarang harganya cukup untuk memberi makan orang se RT. Ia tidak tau karena Ren, si majikannya itu langsung membuang bandrol yang telah disobeknya. Jika Zia tau sudah pasti Zia tidak akan mau memakainya.

"Zi Cantik ya bun?" Tanya Zia menoleh pada bundanya yang masih menyunggingkan senyum nya.

"Tentu saja cantik. Putri ayah dan bunda" Jawab bunda Zia.

"Sini Nak!" Bunda Zia melambaikan tangannya, lalu menepuk tempat disebelahnya. Zia datang menghampiri bundanya dan langsung duduk disebelahnya.

"Kalau kamu mau tau cantik yang sesungguhnya, itu disini nak!" Kata bunda Zia sambil menunjuk dada Zia. Tepatnya hati Zia.

Zia memandang takjub wanita yang telah melahirkannya itu. Ia begitu mengagumi sosok bundanya. Walau ia di besarkan dengan kehidupan yang sederhana tapi Azia Dimitri Khatulistiwa tidak pernah kekurangan apa pun, sehingga ia tumbuh menjadi gadis yang selalu terlihat bahagia.

"Zi, ada tamu nak" ucap Ayah Zia yang sudah berada di didepan pintu kamarnya membuat kedua wanita beda usia itu menoleh bersamaan.

"Siapa yah?" Tanya Zia kepo. Tidak mungkin kan Ren Alexander si majikan sombongnya itu mau datang kerumah Zia dan meninggalkan mobil mewahnya di gang ujung sana. Si ayam tiRen itu pasti tidak akan rela meninggalkan mobil mewahnya.

"Pangeran tampan" jawab Ayah Zia, membuat Zia bertanya tanya.

Zia baru saja keluar dari kamarnya, membuat sosok laki-laki tampan itu menoleh. Laki-laki itu hanya diam terpaku melihat Zia yang sudah memakai dres mahal pilihannya. Ia masih tak mengucapkan sepatah kata pun saat Zia sudah berada di depan nya sambil berkacak pinggang dan melambaikan tangannya di depan wajah laki-laki itu.

"Dia kenapa yah?" Tanya Zia pada ayahnya yang sudah tersenyum bersama bundanya.

"Bos!!" Seru Zia sambil bertepuk tangan di depan wajah Ren membuat Ren gelagapan.

"Dasar ba..!!" umpatan Ren tertahan saat ia sadar bahwa ia sedang berada di rumah Zia dan ada orang tua Zia yang sedang memperhatikannya.

"Ba..?" Tanya Ayah Zia bingung karena Ren tidak melanjutkan ucapannya.

"Ba... Baby.. ah iya Baby om" ucap Ren tergagap.

"Dia kaget yah" jawab Zia sekenanya, membuat Ren tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

"Silahkan duduk nak!" Ucap Bunda Zia lembut mempersilahkan tamunya duduk. Kemudian ayah Zia merangkul pundak Ren akrab layaknya seorang teman. Zia menganga. Bisa habis dia setelah ini nanti di damprat oleh sang majikan arogannya.

"Kok Yu bisa sampai disini sih?" Zia bertanya sambil bersedekap.

"Zi.." tegur ayah Zia " gak boleh gitu sama tamu"

"Maaf yah.." Zia terlihat patuh kepada ayahnya, membuat Ren tersenyum puas.

"Tumben Yu mau ninggalin mobil mahal Yu di depan gang? Kalo ilang Ai gak tanggung jawab ya. Emang Yu ikhlas?"

"Siapa bilang gue ikhlas. Kalo mobil gue ilang, tenang aja lo gak perlu ganti. Cukup jadi pacar gue!" Ucap Ren menirukan ucapan Zia waktu itu. Zia mendengus.

"Dih ogah!" Balas Zia. Ia merutuki dirinya sendiri karena ucapannya waktu itu. Dan Zia menyesal karena pernah mengucapkannya.

"Mau minum apa nak...?" Lanjut bunda Zia. Ucapannya mengambang karena Ren belum memperkenalkan diri.

REN ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang