Bab 7

1.3K 164 7
                                    

Sheila duduk tidak nyaman di samping mamanya. Ia tidak bisa fokus pada steik daging di piringnya karena ia merasakan sebuah tatapan dalam yang ditujukan padanya. Meski ia menunduk pura-pura sibuk memotok steik daging, tapi ia dengan jelas tahu siapa pelaku yang terus menatapnya. Dia adalah Brian Sagara, pria tinggi yang kini duduk tepat di depannya.

"Oh jadi kamu Haris temen Sheila yang dulu sempat mau melamar Sheila itu ya?" Suara Mamanya membuat Sheila mendongak. Ia baru tersadar jika di restoran barbequ ini tidak hanya ada dirinya dan Brian. Ada mamanya yang menjadi biang keladi pertemuannya dengan Brian, dan juga Haris sahabat baiknya.

"Iya tante. Tapi sayang banget Sheila dulu nggak mau, padahal dulu saya serius loh tan," jawab Haris dengan nada bercanda.

"Maklum aja lah, Sheila kan memang begitu, orangnya sok jual mahal," kata Mama Sheila sembari tersenyum.

"Itulah yang saya suka dari diri seorang Sheila tan." Sheila melirik Haris yang tengah tersenyum padanya. Ia tahu Haris orangnya suka bercanda, tapi benar-benar tidak lucu bercanda di saat sedang ada....

Dengan cepat ia menoleh ke arah Brian yang wajahnya sudah keras. Rahangnya mengetat dengan kaku seperti menahan sesuatu. Matanya pun ikut menyorot tajam pada Sheila bak seorang elang yang diliputi emosi. Tapi buat apa Brian emosi? Tidak ada urusannya sama dia kan?

"Oh iya, ini siapa ya tan? Peliharaan tante ya?" Canda Haris. Dari dulu hanya Haris yang berani bercanda dengan mama Sheila, bahkan Sheila sendiri tidak berani karena ia tahu mamanya tidak suka bercanda jika itu menyangkut kehidupannya.

"Sembarangan kamu. Kenalin ini Brian. Brian, kenalin ini Haris sahabat Sheila." Sheila melihat Haris mengulurkan tangan pada Brian, tapi Brian hanya melihat uluran tangan tersebut tanpa berniat menyambutnya. Mungkin dengan rasa malu, Haris menarik tangannya sambil tersenyum kaku. Sheila mengernyit, ada masalah hidup apa sih dia sama Haris? Heran, jadi orang kok tidak sopan, pikir Sheila.

"Oh ya tante sampai lupa, Brian ini adalah investor terbesar perusahaan tante dan sekaligus calon mantu," kata Mama Sheila dengan bangga.

"Mama, apaan sih?" Sungut Sheila kesal karena mamanya suka seenaknya pada hidupnya.
Haris terlihat terkejut, ia melihat ke arah Tante Heni, Brian dan Sheila bergantian.

"Serius ini calon suami Sheila?" Tanya Haris pelan.

"Iya."

"Bukan." Suara Sheila bersahutan bersamaan dengan suara Brian dan Tante Heni, mama Sheila.

"Mama aja yang nikah sama dia. Aku nggak mau!" Bentak Sheila lalu beranjak berdiri. Tanpa mempedulikan yang lainnya, ia berjalan meninggalkan restoran.
Haris sudah berdiri hendak mengejar Sheila, namun dengan langkah sigap, Brian berjalan ke arah Sheila berlari. Mau tidak mau, Haris harus mengalah.

Sheila berdiri di tepi jalan raya menunggu taksi lewat.  Rasa kesal pada mamanya belum juga surut. Bukan Sheila membenci mamanya. Tapi ia hanya tidak suka cara mamanya memperlakukannya. Dari dulu ia hanya ingin disayangi oleh kedua orang tuanya, tapi sikap mereka bisa dibilang terlalu egois.

Begitu taksi terlihat dari kejauhan, Sheila melambaikan tangan. Namun ia merasa terkejut saat tangannya dipegang oleh seseorang. Ia menoleh cepat dan mendapati Brian tengah menatapnya dengan sorot tajam, sorot mata yang membuat Sheila teringat masa-masa kuliah  dulu.

"Lepasin!" Berontak Sheila. Percuma. Gerakan Sheila terlalu lemah untuk ukuran seorang Brian.

"Kita perlu bicara Shei." Nada suara Brian yang tenang saat memanggil namanya membuat sesuatu di dalam diri Sheila bergetar.

"Nggak ada lagi yang perlu kita bicarakan Bri. Kita cuma dua orang asing yang kembali bertemu setelah sekian lama," jelas Sheila.

"Tapi masalah kita dulu belum selesai," ujar Brian.

Brian dan Sheila ( Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang