Prolog

3.3K 258 57
                                    

"Menurut laporan keuangan triwulan pertama, angka return on equity kita hanya berada di angka lima persen. Ini sangat mengkhawatir, Pak. Tidak menutup kemungkinan para investor akan menyatakan pengunduran diri mereka begitu kita mempublikasikannya."

Hari Senin, pukul sepuluh lebih lima belas menit. Wow. Padahal baru memasuki minggu pertama bulan Mei. Laporan keuangan triwulan pertama pun baru sampai di tangannya beberapa menit yang lalu. Kedua mata tertuju ke arah jendela. Cerah. Cuaca yang bagus untuk bunuh diri.

Tidak. Kalian jangan menyalahkan Seungcheol. Dia bukan pria dengan mental lemah. Juga bukan pria si tukang mengeluh. Apalagi pria gemulai yang hobinya menata kehidupan impian di atas kasur tanpa melakukan apa pun. Yang perlu diketahui di sini adalah, terlalu panjang.

Coba kita runut semuanya sejak awal: Choi Seungcheol, CEO S.Jet Express usia tiga puluh lima. Akibat cerewetnya sang istri, kemarin malam ia baru bisa tidur pada pukul tiga pagi. Dampak minimal, terlambat bangun. Tapi lagi-lagi si istri yang tengah hamil muda membuat keributan, minta dibelikan kue ikan. Seungcheol berhasil menemukannya setelah hampir sejam berkeliling kota. Menuju kantor, terjebak macet. Tiba di kantor, beberapa orang karyawan kedapatan tertidur. Tanpa segan Seungcheol memanggil mereka ke ruangannya dan memberi bonus surat peringat pertama tanpa pengecualian. Sebelum Seungcheol bernapas, pintu ruangannya sudah diketuk oleh kepala divisi finance. Laporan keuangan triwulan pertama telah selesai dibuat. Dengan angka minus di sana-sana hingga angka ROE turun drastis.

Siapa yang sanggup menjadi Seungcheol? Seungcheol yakin tidak ada. Maka dari itu, mohon dimaklumi jika kalian melihat Seungcheol tertawa sendiri, saking stresnya. Atau, jangan ganggu dia kalau kedapatan sedang berteriak. Senyaring apa pun itu. Sekencang apa pun itu. Seungcheol hanya berusaha kembali ke alam sadar.

Mengenai keinginannya untuk bunuh diri... Ah, nanti dulu. Tahan dulu. Seungcheol masih penasaran dengan fisik si anak pertama. Apakah gen Seungcheol berhasil mendominasi seperti saat proses pembuatannya? Tarik napas, hembuskan. Seungcheol tersandar dengan banyak beban di kepala, pundak, punggung, hingga ujung jari-jari kaki. Rasanya seperti ditusuk-tusuk tanpa jeda. Menimbulkan semakin banyak rasa nyeri di sekujur badan. Pejamkan mata. "Kamu boleh keluar. Panggilkan kepala dan wakil kepala divisi marketing."

Ruangan CEO, ruangan yang bahkan dua kali lipat lebih luas dibandingkan ruangan semua kepala divisi itu, terasa sangat sepi. Dua buah AC telah dinyalakan sejak sebelum Seungcheol tiba di sana. Yang anehnya, dinginnya ruangan itu terasa berlipat ganda dari hari-hari biasanya. Entah akibat banyaknya masalah Seungcheol hari ini, atau memang di-setting terlalu dingin. Masih dengan punggung yang menempel di kursi, Seungcheol memutar-mutar arahnya. Mencari posisi ternyaman. Sesekali mengetuk meja kerja hingga menimbulkan suara yang nyaring. Bahkan baginya, suara nyaring itu mampu mengalahkan nyarinya klakson mobil yang bersahutan di luar. Memang. Letak gedung perusahaan mereka tepat menghadap jalan raya.

Kurang dari lima menit, dua orang penanggung jawab terbesar dalam urusan marketing datang bersamaan. Seungcheol masih diam. Butuh waktu beberapa saat baginya untuk merangkai kata-kata. Setidaknya agar terdengar tetap profesional meskipun kepalanya terasa hendak pecah. Office boy masuk usai mengetuk pintu dan menyajikan kopi hangat. Sangat bagus. Setiap tegukannya berhasil melunturkan beban pikiran Seungcheol meskipun hanya sedikit. Dan, pria Choi itu mengambil jalan termudah. Langsung menyerahkan laporan keuangan triwulan kemarin kepada keduanya.

Dengan kompak badan Si Mancung dan Si Sipit condong ke depan.

"Kalian mengerti, kan?" tanya Seungcheol. Memandangi keduanya dengan intens.

Sialnya, Soonyoung malah menggelengkan kepala. Seungcheol meringis lagi. Ia sungguh malas menjelaskan dari awal.

"ROE-nya..." ucapan Seokmin berhasil menarik perhatian. Ah, Seungcheol baru ingat. Seokmin merupakan lulusan manajemen. Magister pula. Tidak seperti Soonyoung yang malah lulusan komunikasi. Meskipun mengambil fokus ke marketing, sesuai posisinya, sedikit banyak Seokmin pasti tahu mengenai laporan keuangan perusahaan. Termasuk cara membacanya. Seungcheol harus mensyukuri fakta yang satu ini. "Terlalu rendah."

Oh! My Mama (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang