16.Larangan sang ayah✨

1.9K 311 54
                                    

PLAK!!

Tamparan dari sang ayah membuat Ervan diam seribu bahasa. Ini pertama kalinya, ia di tampar oleh ayah'nya sendiri, dan entah apa kesalahannya.

Tamparannya cukup membuat pipi Ervan merah luar biasa, karna tamparan seorang pria jauh lebih bertenaga ketibang dari seorang wanita.

"KENAPA DIAM? KAMU GAK SADAR APA KESALAHAN KAMU ERVAN?" Ervan menggeleng, dengan kepalanya yang masih menunduk. "Sekarang katakan, siapa gadis yang sedang kamu cintai?"

Degh!

Pertanyaan itu membuat Ervan bungkam. Ia merasa sepertinya sang ayah sudah mengetahui hubungan gelap-nya dengan Lala.

"KATAKAN DENGAN JUJUR ERVAN!"

"Lala."

Jawaban yang singkat, cukup dan jelas.

PLAK!!

Lagi dan lagi, pipi kanan'nya di serang oleh tamparan dari sang ayah.

"Saya kecewa, anak yang saya besarkan sepenuh jiwa dengan perjuangan yang luar biasa kini berdiri di hadapan saya dengan mengatakan bahwa dirinya mencintai yang sudah tak bernyawa. DIMANA LETAK KEWARASAN KAMU ERVAN?"

Sang ayah marah, karna firasatnya-lah yang membuatnya harus mencurigai hal itu.

"Ervan gak tahu, apa Ervan masih waras apa enggak. Tapi perasaan ngalir gitu aja pih"

"Apa kamu paham, suka dan cinta sama Jin hanya akan membawa kamu pada malapetaka dan kehancuran HAH?"

Ervan terdiam. Ia tak memahami itu, yang ia pahami, ia mencintai Lala.

"HENTIKAN KEGILAAN KAMU JIKA KAMU MASIH INGIN PAPIHMU INI MENGANGGAPMU ANAK!"

"Iya pih, Ervan janji bakalan coba jauhin Lala. Tapi Ervan mohon, jangan bikin Ervan jadi anak durhaka"

"Buktikan! Dan sekarang kamu boleh keluar dari ruangan papih"

Tak di sangka-sangka rupanya Abdul sangat tegas mendidik anak Laki-laki satu-satunya itu. Isterinya sendiripun sampai tercengang dan tak berani masuk ke dalam ruangan itu untuk menghentikan kemarahannya.

Memang harus seperti itu, anak Laki-laki harus di didik dengan ketegasan agar mengerti bahwa dirinya bersalah.

Ervan keluar dari ruangan, Siti hendak bertanya tapi Ervan sudah berlalu begitu saja. Sepertinya anak itu sedang membutuhkan waktu sendiri.

Siti sendiri tidak bisa protes apapun pada suaminya, karna memang apa yang suaminya lakukan itu benar. Tidak seharusnya Ervan mencintai yang bukan manusia, karna itu hanya akan mengundang kemusyrikan.

...

Setelah pulang sekolah Ervan memilih tidak pulang dulu ke rumah, ia mencoba mengalihkan rasa galaunya dengan berkumpul bersama kedua temannya seperti Jon dan Endi.

"Gua abis nembak si Humai" ucap Jon tiba-tiba.

"SERIUSAN? TERUS TERUS GIMANA?" tanya Endi antusias, sementara Ervan hanya menyimak saja.

"Gak di terima, kayanya levelan dia yang sholeh, sementara gua sama dia beda agama"

"Anjrit berat oge alur cerita cinta lu sama Humai. Mendingan si Humai sama gua aja Jon, kan se-agama hehe"

Tuk. Jon mentoyor kepala Endi kesal, bisa-bisanya Endi meminta izin untuk menikung!

"Anj temen gak ada etitude lu Jon!"

Jon memperhatikan Ervan yang mendadak diam, padahal tadi Ervan asik-asik saja mendengar ceritanya. Tapi mengapa mendadak diam seperti itu?

"Er, lu kenapa dah? Gua perhatiin lu tiba-tiba diem gitu? Bisul lu bucat?" tanya Jon.

"Tolol apa hubungannya sama bisul bucat?"

"Ya kan sakit Di, lu gak pernah rasain emang?"

"Kagalah! Lu udah emang?"

"Pernah di pertigaan selangkangan"

"Anj ngeri!"

"ER, LU KENAPA WOI?" tanya Jon lagi dengan sedikit berteriak.

Ervan bangun dari lamunannya, jujur saja ia masih memikirkan ucapan sang ayah. Semua yang di katakan ayah-nya begitu sulit untuk ia terima, karna sungguh cintanya pada Lala benar-benar sudah sedalam sumur ceu Wawah.

"APAAN SIH?" jawab Ervan sewot.

"Lu kenapa ganteng, ngelamunin apaan?"

"Lu inget kan kalau gua pernah bilang bahwa gua suka dan cinta sama seseorang?" Jon dan Endi mengangguk. "Sebenernya bukan orang, tapi..."

"SETAN? LU SUKA DAN SAYANG SAMA SETAN? SIAPA ER? GENDERUWO?" teriak Endi penasaran.

"Gay dong si Ervan suka dan sayang pak Wowo gimana si lu!" Protes Jon.

"Maksud gua kuntilanak. Lu suka dan sayang sama kunti Er?"

"Bukan. Dia itu hantu yang dari gua pertama kali lahir udah nemenin gua, sampe gua sekarang umur 15 tahun, tapi gimana kita beda alam. Bokap larang itu"

Sungguh demi kantong doraemon berubah menjadi kantong bunda sarimurni, Jon dan Endi di buat melongo tak menyangka dengan apa yang Ervan nyatakan.

"LU SERIUS ER?" Jon masih tidak percaya rupanya. Ervan hanya menjawabnya dengan anggukan kepala.

"Gila temen-temen gua pada kaga jelas anjim. Yang satu cinta beda agama, yang satu beda alam. Yarob, kalian rajin-rajin bersedekah ngapa, biar gak salah nempatin hati"

"LU GAK PAHAM" jawab Jon dan Ervan bersamaan.

"Gua paham. Tapi gak semua perasaan harus di benarkan, lu berdua jelas punya perasaan yang gak seharusnya. Coba lu Jon, bayangin kalau lu beda agama gitu, apa gak bebanin orangtua nantinya? Dan lu Er, gila kali lu suka sama setan, coba gimana kalau nanti lu di bawa ke alamnya? Lu kan anak satu-satunya Er, nanti kalau lu di bawa ke alam gaib, orangtua gak punya anak seganteng lu lagi dong? Masa harus adopsi gua yang seimut ini si? Kalau gua sih mau-mau aja di adopsi, nah ortu lu mau gak adopsi gua? Mereka pasti nangis kejer Er semisal lu di ambil setan itu. Udahlah kalian tuh yang normal-normal aja kalau naro perasaan. Daripada serba salah mending jomblo kek gua"

"BACOT!" keduanya menjawab secara beraamaan lagi.

Sia-sia saja Endi memberikan tanggapan yang jelas dan benar. Karna kebenarannya cinta memang menutup penolakan apapun.

Cinta memang datang dari hati, tapi seharusnya tau dimana tempat yang pas untuk berlabuh.

"Ervan aku mencarimu kemana-mana, kamu disini huh!" Lala datang duduk di samping Ervan. Pria itu sempat melirik sekilas namun detik kemudian ia berpamitan pada kedua temannya untuk pulang.

Sikap Ervan yang acuh tak biasanya itu membuat Lala tak mengerti, mengapa tiba-tiba Ervan seolah menjauhinya seperti itu?

"Ervan sedang bertengkar dengan seseorang mungkin, jadi badmood seperti itu. Hem, gimana ya caranya biar mood Ervan balik lagi? Lala harus bisa membuatnya tertawa kembali."

MATA BATIN 3 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang