22.Memberi pernyataan✨

1.8K 312 21
                                    

Rupanya yang menolong ibu melahirkan tadi menuju rumah sakit adalah Karin. Gadis itu mendapatkan penglihatan bahwa Lala melakukan sesuatu pada ibu itu, sementara dokter nampak aneh karna tidak ada darah dan tali ari-ari bayi mungil itu.

Lebih aneh lagi, sang bayi tetap terlihat baik-baik saja, lahir dengan selamat tanpa cacat sedikitpun, ukurannya pun sepada seperti bayi normal pada umumnya, padahal usia kandungan ibu itu masih 6 bulan.

"Terimakasih ya telah menolong saya, tadi itu...."

"Sama-sama bu, semoga anak ibu sehat selalu ya? Saya harus buru-buru pergi. Untuk biaya administrasi, dan biaya lainnya sudah saya bereskan. Saya pamit pulang, Assalamualaikum"

"Terimakasih banyak nak, semoga apapun yang kamu inginkan akan slalu terwujud dan di jaba oleh sang maha kuasa. Walaikumsalam"

Karin tersenyum, sesekali ia mengusap anak Laki-laki yang tersenyum juga padanya.

"Makasih ya aunty" ucap Faisal.

"Sama-sama sayang, jaga baik-baik ibu dan adik kamu ya. Kamu berbeda" lirih Karin dengan kalimat akhir yang ia bisikan.

Ya, anak itu berbeda, ia memiliki kemampuan seperti yang Karin punya, itulah sebabnya ia bisa melihat Lala sebelum Lala memperlihatkan wujudnya pada ibunya.

Karin berlalu pergi.

...

Tok.
Tok.
Tok.

Karin datang ke rumah Ervan di hari berikutnya, ia membutuhkan waktu untuk bicara berdua.

Ngomong-ngomong Lala masih sedang berusaha masuk ke dalam rumah Ervan tapi kenyataannya ia tidak bisa, rumah Ervan seperti di kurung oleh matra yang tidak bisa di masuki roh manapun.

Ceklek.

Kebetulan Ervan yang membuka pintunya. "Lu? Ngapain kesini?"

"Gue butuh waktu buat ngobrol sama lo!"

"Soal apaan? Lala? Udahlah lu gak usah ikut campur urusan gua"

"Tapi ini penting!"

BRAKK!!

Ervan menutup pintu kembali dengan kasarnya.

"ERVANNNNNN GUE MOHON INI PENTING, LALA PACAR HANTU LO ITU NGAMBIL ARI-ARI DAN BALI MANUSIA. DIA PASTI BAKALAN JADI SETAN YANG JAHATTTT ERVANN LO HARUS DENGERIN GUE!"

Mendengar Karin mengatakan itu, Ervan seketika langsung membuka kembali pintunya.

"Kita ngobrolnya di luar aja, gua siap-siap dulu"

Karin menghela nafasnya lega, akhirnya Ervan mau mendengarkannya dan bicara dengannya berdua.

Bukan maksud Karin ikut campur, tapi sungguh ia mengkhawatirkan Ervan. Bagaimapun Ervan adalah orang pertama yang membuatnya jatuh cinta, dari sekian banyak pria yang ingin memiliki Karin, hanya Ervanlah yang Karin mau. Tapi sayangnya ia terlalu munafik untuk membiarkan Ervan bersama Caca.

...

Di kafe, Karin mulai membuka obrolan, ia menceritakan tragedi tadi malam pada Ervan dengan se-detail-detailnya.

Ervan sendiri terkejut, rupanya Lala tidak bisa di nasehati. Padahal sebelumnya Ervan sudah memberi peringatan agar tidak memakan apapun yang menyangkut manusia, tapi hantu itu malah melakukannya lagi.

"Er, lo gak ada niatan buat lepasin dia?"

Jujur saja, semalam Ervan sudah melakukan ruqiyah, baik oleh papihnya maupun oleh dirinya sendiri. Hasilnya? Tetap sama. Perasaannya terhadap Lala tidak berubah, ia mencintai Lala. Sungguh!

"Gua belum bisa lepasin dia. Gua cinta Rin sama dia"

"Er, lo salah! Dia itu makhluk gaib yang gak boleh lo cintai, gak bisa lo gapai. Lala bisa jadi jahat Er kalau obsesinya buat dapetin lo gak tercapai"

"Gua sendiri gak tau Rin. Jujur dia udah terlalu lama sama gua. Gimanapun gua cowok normal Rin, yang bakalan baper juga kalau kelamaan sama cewek ya walaupun bukan manusia. Apalagi Lala itu beda dari hantu lainnya, fisiknya bener-bener bikin gua mabuk"

"Yang lo liat itu wajah pas dia idup, coba kalau dia lagi marah, gila ngeri banget Er,"

"Gua udah liat. Tapi gua gak takut sama sekali. Dia gak akan nyakitin gua,"

Karin mendengus. Rasanya lelah memberikan nasihat yang baik untuk kehidupan Ervan. Pria itu benar-benar keras kepala.

Sebaiknya Karin akhiri saja topik seputar tentang Lala dan ia memulai topik baru agar tidak garing.

"Lo seriusan mau tunangan sama Caca?"

"Gua gak tau, gua belum jawab ya atau enggak. Tapi gua udah bilang sama Lala kalau gua mau tunangan sama Caca, dia gak marah, dia bilang gapapa silahkan. Dia baik Rin, gua gak percaya kalau dia bisa jadi jahat"

"Skip soal Lala, yang gue tanyain ya atau enggak? Jawaban lo gak tau kan? Kalau lo mau nyoba jatuh cinta sama Caca, lo harus mulai dari seringnya komunikasi sama dia, sering ajak dia ketemu, jalan bareng. Gue yakin lama-lama lo cinta sama dia"

"Caca sahabat gua, gua gak bisa nyakitin dia. Gua takut dia tau kalau sebenernya gua cuman sayang sebagai sahabat aja ke dia. Sementara gua bisa rasain dia cinta banget sama gua lebih dari sahabat"

"Seperti yang gue bilang, lo harus belajar cinta sama dia. Btw lo udah beberapa hari gak ke sekolah, dan lo tau? Kedua kurcaci itu terus-terusan nanyain alamat rumah lo ke gue, mungkin nanti sore dia ke rumah lo"

"Gua di suruh home schooling Rin."

"WHAT?"

"Iya, bokap gak ngebolehin gua sekolah kaya biasanya dulu. Katanya sih bakalan di pindahin ke sekolah lain, sementara ini di rumah aja dulu sekolahnya, jadi tiap hari senin, kamis, jumat, sama sabtu gurunya dateng ke rumah."

Karin mengerti sepertinya itu memang keputusan terbaik selama Lala masih berada di sekitar Ervan.

Obrolan keduanya larut sampai tak tahu batas waktu.

Rupanya berbincang dengan Karin, tak seburuk yang Ervan kira.

MATA BATIN 3 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang