07.Minta cium✨

2K 320 18
                                    

"Ervan suka Lala?"

Sialan! Pertanyaan itu terus membuat Ervan kepikiran, padahal saat ini ia sedang berada di tempat makan bersama Caca, akan tetapi pikirannya malah tertuju pada pertanyaan Lala.

Sempat tak terpikirkan, mengapa bisa Lala menanyakan hal itu? Seharusnya Lala tahu bukan bahwa Ervan manusia, tidak akan mungkin memiliki perasaan pada hantu.

Ervan tadi belum sempat menjawab, karna Caca sudah lebih dulu mengirimnya pesan chat bahwa jam pelajarannya sudah selesai, dan ia menunggu di depan gerbang sekolah.

"Ervan? Apa yang kamu pikirin?" tanya Caca yang memperhatikan Ervan sedari tadi melamun.

"Hah? Enggak kok, kamu mau nambah lagi makannya?"

"Ini aja belum abis Er, masih banyak. Kamu aneh deh, kamu yang ajak makan, tapi kamu gak makan? Malah pesen jus doang, emang kenyang?"

"Aku gak laper baby"

"Ervan gelang persahabatan kita masih ada?"

"Ini aku pake," Ervan menunjukannya. Ternyata benar pria itu menepati janji'nya, "kamu mana? Kok gak di pake?"

"Ada di rumah, aku kalau ke sekolah gak pake, soalnya nanti di gunting sama guru agama. Gak boleh pake gelang dari tali, apalagi perhiasan. Kalau pake gelang tali nanti di gunting gelangnya, kalau pake perhiasan di kasih peringatan aja besoknya jangan di pake lagi. Daripada nanti gelangnya di gunting, mending aku ikutin aja perintahnya"

"Dari dulu kamu gak pernah berubah Ca, slalu bikin aku... Nambah sayang" ucap Ervan dengan kalimat akhir yang hanya ia simpan dalam hati.

"Bikin kamu kenapa?"

"Gemesh!" Ervan mencubit hidung Caca.

"ISH ERVAN SAKIT!!"

"Biar mancung Ca"

"Ini udah mancung loh Er,"

"Mancungan aku"

"Masa sih?"

"Coba sini deketin idung kamu sama idung aku, sampe gak?"

Caca menurut, ia memajukan sedikit tubuh yang berhadapan dengan Ervan, lalu keduanya saling menempelkan hidung.

Aw, romantis sekali. Author jadi baper, apalagi para readers yang jomblowati pasti sudah gigit-gigit guling. Padahal daripada gigit guling, mending gigit daging ayam, lebih renyah dan mengenyangkan.

Keduanya saling menatap cukup lama, hingga saat itu...

"CACA? ERVAN?"

Keduanya segera kembali dalam posisi awal. Ervan terkejut mengapa ada Karin di kafe yang ia singgahi itu?

"Kak Karin? Kakak disini?" tanya Caca. "Aku udah lama gak ketemu kak Karin, kakak ngapain disini?"

"Gua kerja disini. Lo sama Ervan pacaran?"

"Hah enggak." jawab Caca jujur.

"Tadi apa?"

"Kak Karin kenal Ervan?"

"Enggak!"

"Kenapa kakak bisa tau namanya?"

"Satu sekolah"

Ervan tak menyangka rupanya Karin bekerja juga. Di balik sikap bar-bar'nya rupanya gadis itu sangat mandiri.

Setelah Ervan perhatikan, sepertinya Karin marah. Gadis itu bahkan tak lagi melirik Ervan.

Kenapa gua ngerasa bersalah gini sih?

"Er, kamu kenal kak Karin? Kak Karin kok gitu ya? Cuek banget sama aku. Padahal dulu pas aku cilik, dia tuh gemes banget sama aku"

"Dia kan satu sekolah sama aku, siapa yang gak kenal dia? Anak pemilik sekolah. Tapi kok dia bisa kerja disini Ca?"

"Dia emang gitu, mirip Mamah'nya yang mandiri. Dia itu gak mau ngandelin harta orangtua, walaupun keliatannya sombong, jutek, galak. Tapi kak Karin itu baik banget, mandiri"

Ervan baru tahu. Lalu sekarang apa yang harus ia lakukan? Karin pasti salahpaham. Tapi bukankah itu bagus untuk Ervan? Sebab nantinya gadis itu akan menjauhi Ervan?

...

Di parkiran, sambil menunggu Caca yang memesan makanan, Ervan berniat menghampiri Karin dan menariknya menuju parkiran.

Benar saja Ervan melakukannya, dan Karin tak mengerti apa maksud pria itu.

"Ngapain sih?" ketus Karin.

"Tadi gak kaya yang lu pikirin"

"Emang lo peduli sama apa yang gue pikirin hah? Kita baru kenal dua minggu, kemudian gue nyatain cinta berkali-kali dari awal gue ketemu lo, gue nyatain depan banyak orang kalau kita pacaran. Lo diem kan? Itu artinya lo menyetujui. Terus tadi apa? Lo tempel-tempelan idung sama sepupu gue? Sekarang buat apa lo narik gue kesini seolah lo peduli sama perasaan gue? JANGAN BIKIN GUE BERHARAP ER!"

"Gua sama sepupu lu gak pacaran. Gua bukan mau bikin lu berharap, gua cuman gak mau nanti Caca salahpaham, karna kan emang sebenernya gua sama lu gak ada apa-apa. Gua juga gak mau sampe Caca sama lu berantem gara-gara ke-salahpahaman ini"

"Udah kan ngebacotnya?" Karin melangkah pergi. Percayalah, saat ia melangkah pergi, saat itu pula airmatanya menetes deras.

Lalu Ervan? Pria itu nampak frustasi.

Kayanya gua salah ngomong tadi. Ck!

"Ervan, aku udah nih pesen makanannya. Eh kamu kenapa? Kok rambutnya berantakan?" Caca merapihkan rambut Ervan.

"Gapapa, yaudah yuk kita pulang"

"Mau ke rumah aku dulu gak mampir?"

"Gak mau ah ada adik lu yang julid si Tessa males!"

"Hahaha. Yaudah kamu anterin aku pulang, abis itu baru deh kamu pulang. Pulang loh Er, jangan nongkrong gak jelas. Boleh nongkrong, tapi ganti baju dulu ya?"

"Iya baby" Ervan memasangkan helm pada Caca. "Kamu cantik ca"

Blush. Pipi Caca merah merona di buatnya. Siapa yang tak baper di sebut cantik oleh pemuda tampan seperti Ervan?

"Ervan ih ayo pergi dari sini"

"Bentar, Ca kalau aku minta kamu cium aku kaya waktu dulu pas kecil, kamu mau gak?"

"Ya enggaklah. Kan sekarang udah dewasa!"

"Tapi aku mau Ca di cium lagi pipinya"

"ERVANNN MESUM!!"

"Hahahaha"

MATA BATIN 3 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang