° Eps. 15 °

145 70 22
                                    

"Perkenalkan, aku Huang Renjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Perkenalkan, aku Huang Renjun."

Huang Renjun? Kok ga asing ya ...

"Aku yang mengasuh Bahiyyih selama ini. Ya kan Bahiyyih?" Lanjutnya lalu melihat ke adikku.

"Njun oppa, orang yang tinggi itu namanya oppa tampan," katanya sambil menunjuk ke Beomgyu hyung.

Tunjukkan tangannya berpindah ke arah ku, "Lalu yang itu, Ningkai oppa. Kakak kandung ku," di balas anggukan oleh laki-laki bernama Renjun tadi.

"Masker nya ga bisa di buka dulu?" Tanya bahiyyih di balas Renjun, "Oppa lagi flu."

Dia berjalan menuju Beomgyu hyung bersama genggaman adikku dan mereka bersapa. Baru mau berangkat untuk bersapa, dia sudah berpaling ke arahku dan kami saling pandang. Lalu masker dibuka karna paksaan Bahiyyih.

Wow kejutan apa lagi ini?

Hey, tidak dapat ku percaya dia adalah orang itu.

Ku lihat dia meneguk saliva kaku,"Hai? Udah lama ya."

Benci. Benci. Ku dekatkan jarak ku dengannya dan merebut pergelangan adikku dari genggamannya.

"Kalian saling kenal?" Tanya Beomgyu hyung merubah posisinya menjadi duduk.

"Ga," singkatku dan membawa keluar Bahiyyih dari sini.

Ku lebarkan langkah kakiku dan pergi dari gedung ini. Harus menjauh dulu.

Selama perjalanan, ingatan tentang kejadian itu terulang kembali. Semua janji yang dia katakan hanya angin lalu. Halah bacot ga bisa pegang pendirian.

Tidak peduli dengan Bahiyyih yang berteriak kesal. Aku tetap membawanya pergi.

"Katakan, kok bisa kamu bertemu dengannya?" Tanya ku dengan mengontrol emosi agar tidak kelepasan marah. Saat ini kami sedang di taman, di sore hari.

"Oppa kenapa sih? Ngapain keluar dari ruangan tadi?"

"Bahiyyih ... tolong jangan dekat-dekat sama dia, paham?"

"Kan dia sudah memberiku tempat tinggal harusnya oppa berterima kasih!" Bentaknya. Haah, benar-benar ..

"Aku juga punya teman selama tinggal di rumahnya. Ren--"

"Jangan sebut namanya!" Kesal ku dengan balas membentak. Cukup aku tidak mau di remehkan lagi.

"Dari tadi oppa bertingkah aneh! Apa-apaan .. itu kan salah oppa ninggalin aku sendiri!" Bentaknya tidak kalah besar dengan mata yang siap menurunkan air. Untung taman lagi sepi.

"Untuk waktu itu aku minta maaf. Waktu itu aku sedang mencari ibu untuk dirimu juga. Kau mau menjadi anak tanpa ibu? Aku tidak setega itu!" Suaraku mulai meninggi membuatnya takut. Aku tidak terlalu sering memarahinya. Makanya ini menjadi hal yang mengejutkan.

BAD DIARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang