14 • Puisi Teman Sebangku🌵

876 221 105
                                    

Halo kawan-kawan!





.













Hari ini pelajaran Bahasa Indonesia. Nicholas suka pelajaran ini karena nggak perlu pakai mikir. Tinggal nahan ngantuk aja pas guru khotbah. Selesai deh.

Tapi kali ini alasan dia suka Bahasa Indonesia adalah karena Bu Jieun minta mereka untuk bikin puisi buat siapapun orang yang special untuk mereka. Dan Bu Jieun nggak akan ngebaca itu yang artinya, puisi itu 100% privasi!

"Saya cuma akan liat puisi kalian dalam bentuk sudah terlipat. Untuk penilaiannya sih ya terserah saya aja nanti lah ya... Yang penting kalian jujur beneran ngerjain. Okay?" ucap Bu Jieun sambil ngeberesin bukunya, mau keluar kelas karena jam pelajarannya udah selesai.

"Oke Bu!!"

Begitu Bu Jieun pergi, anak sekelas pada heboh sendiri. 90% sambat karena nggak nyastra, 10% excited bisa sepik ke doi dengan tugas Bahasa sebagai alibi.












"JEK JEK JEK!!!" Nicholas heboh sendiri nyamperin meja Jake. "Bantu gueee!! Lo juga Noo. Kalian sebagai Red Partij kudu bantu gue!"

"Bantu what?" tanya Jake antusias.

"Tuman. Nyusahin." -Sunoo, sinis as usually

"Bantu gue bikin puisi. Ayooo!" Nicholas ngatupin kedua tangannya di depan dada, pasang ekspresi semelas mungkin lalu agak berbisik, "Gue mau bikin puisi... Gue kan nggak jago gitu-gituan anjir. Bukan gue banget. Makanya gue butuh bantuan banget. Plissss~"

"Owalah. Nek puisi ojo takon aku," sahut Sunoo sambil melirik malas khasnya. "Takon Sunghoon. De'e paling jago urusan galau-galauan koyo cah indie gendeng ngono."

(Owalah. Kalau puisi jangan tanya aku. Tanya Sunghoon. Dia paling jago urusan galau-galauan kayak anak indie gendeng gitu.)

Nicholas agak nggak yakin sama saran Sunoo, tapi oke lah. Dia akan nyamperin Sunghoon. Demi Hanbin.





.










"HUN!! SOLIHUN! WOY!"

Sunghoon yang lagi masak noleh slow motion ke suara cablak yang manggil dia. Inget kan kalo Sunghoon ini anak bu kantin? Kerjaan dia sehari-hari ya begini nih kalo ga ada jadwal home schooling. Masak, kadang bersih-bersih, nyapu sekitar kantin, atau nggak ya belajar di sana. Lumayan buat nyegerin view sekolah yang kelewat burik.

"Sebentar Kol, ini saya teh lagi masak pesenan Ibu Guru..." jawab Sunghoon lalu senyum manis ke Bu Tiffany.

Nicholas mendengus malas lalu duduk di salah satu bangku di sana. Tangannya cekatan ngeluarin kertas sobekan buku Sinar Dunia punya Sunoo sama pulpen gel yang dia pinjem dari entah siapa tadi waktu asal malak (buat gebetan harus pake yang bagus dong).

"Nak Sunghoon nggak mau pindah sekolah ke sini le? Nanti kan biar belajar sama Ibu. Pindah yuk?" tanya Bu Tiffany basa-basi.

Sunghoon menghidangkan pesanan Bu Tiffany di atas piring dengan plating seadanya lalu menyajikan makanan itu di meja si Ibu dengan senyum manis yang masih awet dipasang.

"Nggak Bu, nuhun tawarannya. Saya teh mau gini aja, bantu Ibu saya sama masak buat bu guru, pak guru, sama akang-akang di sini."

Cowok berkaus putih dan celana batik khasnya itu membungkuk sopan, "Saya permisi dulu. Selamat makan, Bu Guru...."

"Duh Gusti... Coba saya masih muda." -Bu Tiffany, menolak tua












Sunghoon ngeberesin dapur kantin sebentar, cuci tangan, baru akhirnya nyamperin Nikol yang udah bete duluan di mejanya. Padahal Sunghoon cuma sebentar, tapi Nikol-nya aja tuh yang kelewat bucin jadi nggak sabaran.

susah sinyal; nichobin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang