Udah lama bet gak apdet....
EHH BARU TIGA HARI YAK???
.
Hanbin baru sadar. Seminggu nggak ada Nicholas ternyata nggak seru banget. Persetan lah soal Kei yang ngebatalin tunangan tiba-tiba, soal Ni-ki alias Riki yang makin gencar mepet dia, atau soal apapun itu. Hanbin nurunin egonya, dia kangen Nicholas. Bodo amat lah anjir mau urusan pelampiasan kek, friendzone kek, apa kek. Dia cuma pengen Nicholas balik.
Apalagi Hanbin tuh primitif banget. Jaman gini nggak punya hp. Alhasil beneran seminggu Nicholas pergi ke Jakarta itu dia nggak komunikasi sama sekali. Dia cuma bisa ngerusuhin Eyang, bertanya-tanya Nicholas gimana di sana dan kapan pulang.
"Mas kapan pulang, Eyang?" tanya Hanbin untuk ketujuh kalinya dalam seharian ini. Padahal mereka sama-sama belom ada lima jam sih. Dia dan wanita tua itu lagi duduk di teras belakang pagi-pagi habis siram tanaman tadi. Sangat produktif.
"Yo Eyang ndak tau to. Eyang wae karo kowe kok," Eyang merotasi bola matanya. "Kangen po?"
Malu-malu Hanbin mengangguk kecil. "Pas terakhir kemarin kita pisah waktu lagi ndak akur... Aku ndak suka pisah kayak gitu."
Eyang mengangguk maklum. Pisah baik-baik aja menyakitkan, apalagi kalo pisah pas lagi kalut dan kedua belah pihaknya sama-sama nggak mau. Okey, yang satu ini bisa dibilang di luar kendali sih. Timingnya nggak pas. Maka dari itu Eyang nggak menyalahkan siapapun meski di awal sempet menegur Hanbin yang terkesan nyariin Nicholas cuma karena butuh pelampiasan. Tapi kemudian wanita itu maklum, namanya anak muda mah wajar lagi labil-labilnya. Asal jangan menormalisasi segala kelabilan itu.
Di sisi lain Eyang nggak bisa ngejawab dengan pasti pertanyaan-pertanyaan si tetangga. Pesan terakhir dari papa Nicholas kan masih rancu. Akan jadi mimpi buruk kalau cucu kesayangannya itu harus pergi jauh serasa dibuang papanya sendiri.
"Sabar aja. Nanti kalo udah waktunya juga dia pasti pulang," Eyang berucap hangat, mengusap pelan pundak Hanbin yang kembali merosot sedih.
Tok tok tok!!
"PASTI ITU MAS!!" cowok mungil itu bangun dari kursinya, lari kayak orang kesetanan ke arah pintu depan.
Begitu ketemu sama Nicholas nanti Hanbin akan minta maaf, ngejelasin semua meski dia nggak tau apa yang harus dijelasin, ngajak Nicholas damai, ngulang semua dari awal, lalu happily ever after sama Nicholas sebagai best buddies! Hanbin janji nggak akan tusuk-tusuk Nicholas pake pensil lancip lagi kalo Nicholas ketiduran, akan rajin pinjemin catatan, nggak cepu kalo Nicholas bolos upacara... Pokoknya dia bakal jadi temen yang baik deh! Janji!
Pintu kayu rumah Eyang dibuka, muncul seorang bapak-bapak berambut cepak nyunggingin senyum ala pakdhe blangkonan.
"Sugeng enjing, Mas. Eyang ada? Kulo mau nagih iuran."
Halah jancuk! Dasar tukang tagih PHP!!
Efek kangen sama Nicholas berimbas ke mulutnya yang ikutan licin misuh sana-sini. Padahal Nicholas aja usaha mati-matian ganti umpatannya dengan ayat kitab suci biar nggak dosa-dosa banget. Emang pada dasarnya bentrok plus nggak matching kok mereka mah. Mana bisa bersatu. Ehe.
Hanbin nggak mood. Paginya bukannya shining shimmering splendid malah suram gulana gini.
"Hiks...."
KAMU SEDANG MEMBACA
susah sinyal; nichobin✓
Fanfictionnicholas tau dia bukan cowok baik-baik. tapi stereotip orang tentang dia begitu menyiksa sampai sosok hanbin yang bikin dia naksir membuat nicholas usaha setengah mati untuk melepas stereotip itu.