tok tok tok
"masuk"
kaki putih susu itu berjalan memasuki kamar saudaranya sambil membawa dua gelas teh hangat , dan menghampiri saudaranya yang tengah memainkan gitar coklat miliknya itu di balkon kamar.
malam yang dingin, sunyi yang dingin dan tidak lupa suara petikan gitar oleh sang kakak menemani kesunyian malam , dan angin yang saling beradu di udara.
eric dan jeno. kedua saudara yang sedang santai di balkon kamar mereka itu hanya menyeruput teh hangat dalam kesunyian,tidak ada pembicaraan sama sekali dari kedua manusia itu.
eric yang sedang memandangi cahaya bulan dan jeno yang sedang memetik senar senar gitarnya itu sambil menaikan kedua kaki nya di sofa balkon hanya diam, hanyut dalam lamunan masing masing.
bulan mulai redup , pandangan eric kini menuju pada jeno, wajah jeno sekarang dihiasi oleh plester berwarna bening.Hidung, ujung dahi, dan juga noda kebiruan kecil yang menghiasi ujung bibirnya juga.
"kepalanya masih pusing jen?"
eric membuka pembicaraan dengan saudaranya itu, jeno yang sedang memainkan gitarnya hanya menatap malas eric yang sedang berdiri di ujung pagar balkon kamar mereka.
"gak"
jawab jeno secara singkat, eric hanya mengangguk ngangguk mengerti, menyeruput teh hangatnya kembali dan menatap sinar bulan yang sudah mulai terang lagi.
"besok besok jangan kayak gitu lagi ya , gabaik."
eric mencoba menasehati jeno, bukan apa apa, eric hanya khawatir kalau jeno terluka lagi, dia gak mau kalo jeno itu sakit.
"gausah sok baik, serterah gue mau ngelakuin apa aja, dan juga kalo lu ga dateng ke kantin waktu itu, muka gue juga gabakal gini."
jawab jeno cuek, eric hanya menghela nafas berat, siapa sih yang mau saudaranya bertengkar? siapa yang mau saudaranya menjadi anak pembangkang dan nakal? dan siapa yang mau melihat saudaranya terluka? tentu eric tidak mau semua itu, eric mau saudaranya itu menjadi jeno yang dulu.hanya itu , mau sampai kapan jeno seperti ini? eric hanya bisa berdoa kepada tuhan agar jenonya itu kembali seperti dulu.
"maaf"
hanya kata itu yang bisa eric ucapkan kepada jeno, sebenarnya eric mau lebih menasehatinya lagi, tapi eric tahu jika dia melakukannya dia hanya mendapatkan jawaban menyakitkan dari sang kakak lee jeno.
"basi"
beranjak dari sofa , dan membawa gitar coklatnya itu jeno masuk ke kamar , meninggalkan eric sendiri di balkon. eric yang sedari tadi menatap sendu kakanya itu kini tertuju kepada secangkir teh yang sudah dingin di atas meja balkon yang masih penuh,dan tidak ada tanda tanda di minum oleh sang kakak.
berjalan pelan memasuki kamar, dilihatnya jeno yang sudah tidur di kasurnya, eric tersenyum melihat kakaknya.
"kak jenoo bacain dongeng dong kak"
"dongeng apa eric?"
"dongeng tentang pangeran yang kakak critain kemarin"
"iya sebentar ya, sebelum naik ke kasur jangan lupa cuci kaki dulu eric"
"siap captennya eric"
mata eric kini berkaca kaca membayangkan dulu bagaimana mereka saling menyayangi dan mencintai satu sama lain, berbagi selimut bersama,jeno yang dulu sering membacakan dongeng untuknya, dan jika eric haus di tengah malam jeno akan bersiap siaga ke dapur hanya untuk mengambilkan segelas air untuk eric, bahkan dulu mereka sering bertengkar untuk memperebutkan guling iron man,
tapi sekarang? untuk berbicara kepada eric saja jeno tidak mau.membuyarkan lamunannya , dan mengusap sedikit air mata di ujung matanya itu eric kini menaruh cangkir teh nya itu di meja lalu mengecek kaki nya kotor atau tidak, melihat kaki nya yang agak sedikit kotor itu eric berjalan menuju kamar mandi di kamarnya lalu membasuh kakinya, dan langsung merebahkan badannya di kasurnya, mendaratkan pandangannya lagi ke jeno , eric menghela nafas berat sambil tersenyum.
"good night captennya eric"
ucap eric pelan, dan langsung memejamkan matanya larut dalam mimpinya dan berharap besok adalah hari yang baik untuknya dan juga jeno.
"kupastikan kau tidur dengan tenang,tidak akan ada yang mengganggu.
tidurlah yang nyenyak eric,
aku selalu disini disisimu."
-lee jeno-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT BROTHER {jenric}-[COMPLECETED]
Teen Fiction"Tuhan akankah mungkin? kita di pertemukan kembali?"