September / 4 / 2013
"udah ric ikhlasin ya"
payung hitam berkerumun di atas tanah memenuhi pemakaman . gerimis sendu dari langit menjatuhi payung - payung yang sedang mengantar duka untuk kembali kepada sang pencipta. isak tangis dari pihak keluarga dan juga tamu yang baru saja datang ke pemakaman , sambil menaruh bunga di nisan lelaki yang di yakini bernama
Lee jeno.
suara isak tangis yang sedari tadi tidak berhenti di samping batu nisan jeno, yang berasal dari seorang lelaki berambut coklat dan kulit putih pucat itu yang di yakini adalah saudara kembar mendiang jeno. Lee eric.
eric tidak bisa memberhentikan tangis nya karena sang kakak yang pergi untuk selamanya , "tersiksa" itu yang eric rasakan. bagaimana dia bisa menjalani hidup tanpa jeno? sedangkan jeno yang rela mengorbankan nyawanya demi seorang penderita kanker darah itu . bagai tertusuk ribuan panah eric sakit. eric sakit mendengar kenyataan seperti ini. bahkan air mata yang sedari tadi dia keluarkan tidak bisa melebihi rasa sakit yang di rasakannya .
"bu, eric gakuat eric mau nyusul jeno bu , eric mau sama jeno"
hanya kata itu yang kuat diucapkan dengan mulutnya. eric masih setia memeluk nisan jeno tidak peduli baju jas nya yang sudah di nodai oleh tanah dan gerimis hujan.
sang ibu yang tidak kuat melihat anaknya yang sangat terpuruk itu hanya bisa memeluk eric dari belakang tidak hanya eric ayah Lee dan ibu Lee juga sangat terpuruk .
september / 4 / 2013
dimana umur mereka yang baru menginjak 23 tahun , yang seharusnya dimasa muda dan dewasa ini mereka menikmati masa masa muda nya , menjalani hidup baru dengan senyuman. akan tetapi sepertinya eric tidak bisa merasakan itu semua, bayangan tentang mereka berdua yang menua bersama menghabiskan hari di kursi sambil menyeruput kopi hangat itu tidak akan pernah terjadi. eric sangat merindukan bulan Purnama yang setia menemani jeno bermain gitar di balkon kamar, eric sangat ingin melihat pemandangan indah itu lagi. tapi takdir mengambil jalan lain. eric kini sendiri tidak ada lagi senyuman bulan yang tidak pernah menghilang dari pandangan matanya.
kini setelah menumpahkan banyak air mata di nisan saudara kembarnya , eric termenung di balkon kamar . lelaki berkaus putih dan celana tidur itu duduk di sofa balkon dan menatap langit dengan wajah sendu itu.
eric tidak melihat bulan di malam ini , biasanya selalu ada bulan yang menemani malam eric tapi malam ini tidak ada."jen bahkan bulan pun gamau kehilangan lo"
menarik nafas dalam eric terpejam membayangkan petikan senar gitar yang selalu jeno mainkan di balkon ini , mengisi kekosongan kamar dengan petikan jarinya, membuat eric rindu akan suaranya. berjalan lesu memasuki kamar eric melihat gitar jeno yang setia tergantung di samping ranjang jeno , eric tersenyum dan mengambilnya . Duduk di ranjang milik kakaknya eric membuang nafas berat. bagaimana dia bisa melupakan semua momen yang berada di kamar ini? setiap sudut kamar ini sangat penuh oleh kenangan mereka berdua . eric sangat merindukan bulannya 'Lee jeno' .
"jen kalau lo pergi , gue sama dara harus gimana?"
"ada saatnya aku bilang bahwa , kau adalah segalanya. eric, aku di sini menunggumu . Jangan khawatir, aku selalu mencintaimu bintang kecilku"
-jeno
-TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT BROTHER {jenric}-[COMPLECETED]
Teen Fiction"Tuhan akankah mungkin? kita di pertemukan kembali?"