Mereka berdua, sudah sampai di tempat tujuan; yaitu Cina kota Beijing. Dimana pria bernama Winwin lahir dari keluarga bermarga Dong yang dikenal dengan keluarga kaya raya di kalangan masyarakat sekitar.Rumah besar bak istana itu terpampang megah dengan nuansa putih didepan Yuta dan Winwin yang baru turun dari mobil dengan satu koper besar.
Mata Yuta tidak berhenti memuja bangunan megah yang terpampang jelas, "Kamu dan keluargamu tidak beda jauh, sama-sama royal."
Winwin hanya terkekeh pelan, "itu bukan royal sayang, tapi mampu" katanya seraya melangkah menuju gerbang rumah yang terdapat penjaga di dalamnya.
Dan diikuti oleh Yuta dari belakang dengan membawa koper di tangannya.
Dua pria penjaga gerbang rumah dengan cepat membukakan gerbang seraya menunduk dirasa tuan mudanya kini telah datang. Tapi di sisi lain mereka juga bertanya-tanya dalam hati, siapa pria yang datang bersama tuan muda?
Yuta dan Winwin berjalan beriringan menuju pintu rumah yang sekarang ada di depan mereka.
Winwin merasa rindu dengan rumah yang sudah ia tinggali kurang lebih satu tahun ini. Tapi ia juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa sekarang ia takut memberi tahu orang tuanya tentang hubungannya dengan Yuta.
Yuta yang melihat kekasihnya tengah melamun pun sedikit lebih mendekat. Meraih tangan kecil itu untuk dipegang dengar erat. Memastikan bahwa semua akan baik-baik saja jika bersamanya.
Winwin menelan salivanya, "Yuta...."
"Kita bisa bicara pelan-pelan sayang" kata Yuta berusaha menenangkan submisif yang terlihat ketakutan.
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
- - - - -⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
Meja makan persegi panjang itu menampakkan berbagai hidangan yang siap dimakan oleh seisi rumah. terutama pria tua dengan kacamata emas yang sedang mencicipi buah apel sebagai menu pembuka."Ayah...."
Perhatian pria tua itu beralih pada suara familiar yang terdengar dari ambang pintu ruang makan. Lantas ia berdiri dan menatap pria mungil yang datang entah dengan siapa (pikirnya)
Bukan hanya ia saja, tetapi semua orang yang berada di ruangan makan menoleh ke arah dua pria yang sedang berpegangan tangan.
Wanita paruh baya dengan rambut terurai beranjak dari kursi—melangkah ke arah pria mungil yang juga menatapnya.
"Winwinie" ia memeluk Winwin dengan erat, memecahkan rasa rindu yang begitu besar. begitupun dengan Winwin yang langsung memeluk balik wanita tersebut.
"Winwinie ibu sangat merindukanmu nak, kamu semakin cantik saja!" kata wanita paruh baya itu seraya mencubit pipi Winwin dengan gemas.
"Aku juga sangat merindukan ibu"
Dari belakang, Yuta hanya bisa menyaksikan dua orang yang memecah rasa rindu dengan senyum tipisnya. Senang sekali bisa membuat kekasihnya bahagia karena bisa bertemu keluarganya.
Tapi setelah itu, Yuta mendapat tatapan tajam dari pria tua berkacamata yang ia yakini bahwa pria itu adalah mertuanya— Ayah dari Winwin.
"Siapa?" tanya pria itu, tidak keras namun seisi ruangan langsung menoleh ke arahnya.
Termasuk Winwin dan Ibunya yang langsung melepas pelukannya.
Dirasa pertanyaan itu dilontarkan untuk Yuta, ia membungkuk hormat terlebih dahulu dan tersenyum sebelum menjawab pertanyaan tersebut. "Hai paman, aku....Yuta errgh k-kekasih putra mu—Winwin—" katanya, sedikit gugup karena pria tua itu terus menatapnya tajam.
"Benar begitu, Winwin?!" sekarang Ayahnya Winwin bertanya pada putranya sendiri seraya menatapnya tajam seperti yang dia lakukan pada Yuta sebelumnya.
Winwin menatap Ibunya sedikit ragu, setelah itu ia menatap Ayahnya dan mengangguk pelan dengan gigi yang menggigit bibir tipisnya. "Benar, ayah."
Kemudian Ayahnya melangkah mendekat kearah dimana putranya dan Yuta sedang berdiri menunduk.
"Win, ayah sudah bilang sebelumnya bukan? kita ini suku Chinese yang harus menikah dengan Chinese lagi sebagai adat leluhur kita."
Tentu saja Winwin tidak lupa akan perkataan Ayahnya yang ini. Sebuah peringatan bagi keluarga besarnya untuk terus mempertahankan suku dan keturunannya dengan menikahi sesama Chinese. Tapi apa boleh buat, ia sangat mencintai Yuta dan persetan dengan adat leluhurnya— pikir Winwin.
"Dan lagi, ayah sudah menjodohkan mu dengan seseorang"
Jika kalian mengira Winwin terkejut, maka kalian salah. Ia sama sekali tidak terkejut dengan apa yang Ayahnya katakan barusan. Keluarga orang kaya memang tidak semenyenangkan yang orang-orang pikirkan, kebanyakan dari mereka selalu dijodohkan dengan orang yang satu kasta bahkan lebih kaya dari mereka— guna untuk memperbaiki ekonomi keturunan agar tidak dilanda kemiskinan.
Respon yang berbeda dengan Yuta yang membulatkan matanya terkejut. "Tapi paman, kita sudah saling mencintai."
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD IDEA (YuWin)
Fanfiction「 SELESAI 」 TW// gay, mpreg, mentions of smoking, alcohol, and a little bit of sex. ©thelicate 2021