"Kapan kamu akan pergi ke Jepang lagi?"Pertanyaa itu di lontarkan dari sosok pria tua yang sedang membaca lembaran kertas, entah berkas-berkas macam apa itu. Ya, ia Tuan Dong bertanya pada Winwin yang tidak sengaja berpapasan dengannya di teras.
Winwin kemudian menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah dimana sang Ayah sedang duduk.
"Tiga hari lagi" jawab Winwin.
Tuan Dong menyimpan lembaran-lembaran kertas yang tadi sempat ia genggam ke atas meja di sampingnya. Matanya menatap putranya penuh tanya, "akhir-akhir ini kamu terlihat aneh."
"Katakan apa yang membuat mu aneh seperti ini?"
Sebelum menjawab pertanyaa tersebut, Winwin memilih untuk duduk di samping Tuan Dong terlebih dahulu. Menjilat bibir bawahnya dan terkekeh pelan dengan kepala yang digelengkannya.
"Yang membuatku aneh.... Ayah"
Kening Tuan Dong mengerut, "Ayah?" tanya sosok pria tua itu meyakinkan. Dan tentu saja dapat anggukan dari putranya.
Wajah Tuan Dong kebingungan sekarang, mengingat ia tidak melakukan hal yang menurutnya salah kepada Winwin putra kandungnya sendiri.
Winwin menghela nafas, "Ayah tidak menyetujui hubunganku dengan Yuta" dan menghembuskannya kembali—menyunggingkan senyumnya dan menatap Tuan Dong datar.
"A-apa.." Tuan Dong terdiam sejenak. Ia pikir tidak ada yang salah dengan hal itu, Tuan Dong hanya ingin yang terbaik untuk putranya. Tuan Dong merasa paling mengerti soal masa depan anaknya. "Apa yang salah dengan itu?"
Bola mata kecoklatan milik Winwin merotasi.
What a question
"Tentu saja salah Ayah! aku mencintainya! dan Ayah memaksaku untuk bertunangan dengan orang lain yang bahkan belum aku kenal" suara Winwin sedikit bergetar di akhir, matanya menghangat karena sebentar lagi akan ada yang keluar.
"Aku ingin bebas, bebas untuk melakukan apa yang aku ingin, termasuk mencintai dan dengan siapa aku menua nanti."
Tuan Dong meneguk kopi yang sedari tadi ia abaikan. Pandangannya lurus ke depan—melihat pemandangan pagi yang terasa dingin meskipun dengan matahari yang sudah muncul menyinari halaman rumah.
Setelah gelas kopi itu disimpan ke tempat semula, Tuan Dong menghela nafas sejenak.
"Itu pemikiran anak muda. Ayah seperti ini karena Ayah tahu apa yang terbaik untuk putra Ayah kelak"
Winwin tertawa—tawa yang menyesakkan hingga air matanya perlahan turun.
"Apakah yang menurut Ayah terbaik itu akan terbaik untukku juga? tidak!"
Telapak tangan Winwin mengusap pipinya yang sempat basah, "yang Ayah pikirkan hanya bagaimana perusahaan bertambah maju dan gelar Dong semakin dikenal."
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD IDEA (YuWin)
Fanfiction「 SELESAI 」 TW// gay, mpreg, mentions of smoking, alcohol, and a little bit of sex. ©thelicate 2021