You got it

1.3K 128 4
                                    

Winwin menunduk, ia tidak berani melihat wajah Ayahnya sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Winwin menunduk, ia tidak berani melihat wajah Ayahnya sekarang. Tangannya mengepal dengan detak jantung yang tidak bisa di atur.

"A-ayah..... sudah mendengarnya?" mulut kecil itu dengan keberaniannya bertanya meskipun suaranya sedikit bergetar.

Tuan Dong—seorang Ayah hanya menghela nafas. "Ya" jawabnya datar dan ia menyodorkan sepiring salad pada putranya yang masih enggan menatapnya.

"Besok pagi Ayah ingin bicara denganmu."

Winwin memegang sepiring salad yang diberikan oleh Tuan Dong beberapa sekon yang lalu sebelum Pria tua itu meninggalkannya sendirian.

Dalam hatinya Winwin bertanya-tanya, apa yang akan Ayahnya bicarakan?

Ia menggelengkan kepalanya, berusaha untuk tidak mempedulikan apa yang akan terjadi besok. Apapun itu, ia harus bisa melewatinya. Harus. Demi anak yang dikandungnya, demi cintanya, dan demi keluarga kecilnya kelak.

Winwin kemudian kembali duduk di atas kursi yang sempat ia duduki sebelumnya. Melupakan sambungan ponsel dari kekasihnya yang masih terhubung.

Sepiring salad itu disimpinnya di atas meja.

"Sayang?" kata Winwin untuk memastikan bahwa orang yang sedang bertelponan dengannya masih bisa mendengar suaranya setelah beberapa menit tadi ia tinggal.

"Kemana saja? tadi kamu mengabaikan aku" sahut Yuta datar dan yaaa sedikit khawatir sebenarnya.

"Maaf. Tadi Ayah datang membawakan ku makanan untuk makan malam, jadi aku meninggalkan mu sebentar"

Mendengar itu Yuta menghela nafas, bersyukur tidak terjadi apa-apa. Dengan itu, mereka kembali berbicara melalui ponsel dengan Winwin yang sesekali mengunyah makanannya.

Malam ini, kedua anak Adam yang terpisahkan oleh jarak hanya bisa menyuarakan rindunya dengan bercanda ria dibalik ponsel.

Siangnya yang sempat melelahkan bagi sang dominan kini terasa hilang dengan sambutan malam oleh sang kasih yang memberitakan kehamilannya.

Suara bariton milik Yuta yang mengeluarkan frasa menenangkan juga dapat membuat Winwin melupakan semua ke khawatirannya sekarang.

Semesta biarkan mereka merasakan apa yang manusia rasakan pada umumnya, membuat malam ini terasa hangat meski sebenarnya atmosfer malam melebur pada wajah manis milik Winwin.

"Sudah hampir pukul sepuluh malam, kamu harus segera masuk." kata Yuta tiba-tiba, setelah mereka membahas banyak topik pembicaraan.

Tubuh ramping yang sedang berbadan dua itu kemudian beranjak dari kursi, "baiklah kalau begitu aku masuk."

"Aku matikan telponnya?" tanya Yuta yang membuat Winwin menjeda langkahnya sejenak. Dua jam mendengar suaranya kenapa terasa singkat?

"Memangnya kamu akan segera tidur?" Winwin kembali bertanya. Mendapat respon kekehan dari sang dominan di sana.

BAD IDEA (YuWin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang