Part 4

7.5K 207 23
                                    

✨ - Sahabat yang baik itu ialah sahabat yang selalu ada di samping kita ketika suka maupun duka - ✨

~ masih di flashback

Aldebaran membubarkan keributan tersebut dan langsung menarik tangan Audi, mengajaknya kembali ke kelas.

"Harus berapa kali lagi saya harus bilang sama kamu untuk berhenti mendekati anak manja itu" kata kata Aldebaran itu menunjukkan jika dia sangat sangat lah benci pada pria yang tengah berusaha di dekati oleh sahabat nya itu.

Terlanjur kesal, marah sekaligus kecewa, Aldebaran pun pergi meninggalkan Audi sendirian.

Flashback off

"Ekhemm... Saya permisi dulu ya pak, bu Audi" pamit Rendy yang sedari tadi merasa hanya menjadi nyamuk antara Aldebaran dan juga Audi.

"Biar lebih enak mending kita ke Cafe yang gak jauh dari sini, ngobrol ngobrol sambil ngopi deh"

( Di Cafe )

Aldebaran dan Audi sekarang ini sedang berada di sebuah cafe bernuansa eropa ini. Istirahat sejenak mungkin tidak apa.

"Sudah lama gak ketemu ya" ujar Audi membuka pembicaraan.
"Ya... Begitulah"

Diseruput nya kopi yang sudah di pesannya tadi, melihat orang yang sedang berada di depannya ini membuat kenangan lama itu kembali.

"Kamu sudah menikah?" Di tanya seperti itu, yang pasti Aldebaran mengangguk.
"Siapa perempuan yang berhasil mencairkan kutub es yang satu ini? Sejak sd mana ada kamu yang namanya jatuh cinta" Aldebaran hanya tersenyum tipis. Sahabat nya ini tahu betul bagaimana seorang Aldebaran Alfahri.

"Ada lah, dia sosok yang sangat istimewa. Tak bisa saya pungkiri betapa beruntungnya saya bisa memiliki dia" jelas Aldebaran yang melihat ke arah lain sembari membayangkan sosok Andin. Audi yang mendengar nya tersenyum.

"Kapan kapan saya akan kenalkan kamu ke dia ya" tawar Aldebaran yang hanya mendapat anggukan dari Audi. Mereka terhanyut dalam suasana dan saling diam sambil menikmati kopi yang tadi mereka pesan.

Tak terasa hari sudah sore dan hampir malam, dari siang tadi mereka hanya duduk sambil bernostalgia semasa sekolah sampai mereka tak sadar kalau sekarang sudah hampir malam

"Sudah malam, aku pulang duluan ya Al"
Tak lama dari pulangnya Audi, dilihatnya sekitar, langit sudah mulai gelap, Aldebaran pun ikut keluar dari Cafe, masuk ke mobilnya, mengendarai mobil itu dan pulang ke rumah.

( Di istana ponpel )

Berharap bintang yang dilihatnya dapat membawa ketenangan walau untuk sesaat. Sesak hati ini masih jelas terasa di dada dan masih sangat membekas. Orang yang disayangi nya pergi. Seseorang telah merebut lelaki itu darinya. Tak mengerti apa kesalahan lelaki itu sehingga ada orang yang tega merebut seseorang yang berharga darinya.

Dirasa sudah tak tahan, air mata nya pun jatuh bersamaan dengan dadanya yang semakin sesak. Belum rela atas kepergiannya, ingin sekali rasanya membenci kenyataan, tapi ia tahu semua ini takdir. Yang anak kecil akan tumbuh menjadi orang dewasa, yang miskin saja bisa jadi kaya apalagi soal hidup, yang bernyawa pasti akan mati suatu saat, entah kapan waktu itu tiba, manusia hanya bisa bersiap siap menunggu giliran. Saat waktu itu tiba, hilanglah semua beban yang dipikulnya semasa hidupnya.

"Begitu indah kah disana sampai sampai kau betah tinggal disana dan tak mau kembali?" Tanya perempuan yang tengah duduk di pinggir jendela sambil menatap bintang yang sejak tadi menyinari langit.

Cklk....
Pintu terbuka, Andin menoleh, siapa yang membuka pintu kamarnya?

Ternyata Reyna, anak semata wayangnya yang sangat cantik ini. Anak dari pernikahan pertamanya dengan Nino yang sekarang menjadi adik ipar nya.

Semua sudah terbongkar, kasus pembunuhan Roy sudah terkuak, terbuktilah bahwa yang membunuh Roy bukan Andin , tetapi adiknya Andin, Elsa. Andin pun sudah tau kalau sebenarnya Reyna itu adalah Nindi.

Awalnya dia kesal, awalnya dia marah ketika tau kebenarannya, terlebih saat tahu Aldebaran menyembunyikan hal ini. Padahal Aldebaran tahu betul betapa tersiksanya Andin saat kehilangan Nindi.

Tapi tak butuh waktu lama, Andin menerima kenyataan itu, yang terpenting saat ini anaknya ada di sampingnya, berada di dekatnya.

"Mama nangis lagi?" Tanya Reyna sembari mengusap air mata Andin dengan perlahan.
"Engga kok mama gak nangis"

"Mama gak usah bohong. Kata miss Erina bohong itu gak baik loh ma. Kita udah bohong sama orang lain, sama tuhan juga artinya kita berbohong. Kalau mama bohong terus nanti mama yang akan tersiksa"

Andin merasa bangga bisa melahirkan putri jelitanya ini yang memiliki hati yang sangat lembut dan sangat tulus. Kata kata Reyna jelas sangat terasa bagi Andin. Sebenarnya Andin sudah lelah seperti ini terus, tapi dalam lubuk hati nya yang paling terdalam belum bisa ikhlas atas kepergiannya.

"Apa kamu sudah bahagia disana?"
"Aku disini tersiksa memikirkan mu"
Batin Andin

Bukan hal yang asing lagi untuk semua orang kalau Andin ini memang tipekal orang yang tidak mudah bercerita. Semuanya dipendam sendiri. Sudah beberapa kali mencoba untuk memaksa Andin bercerita, tapi Andin terus saja menolak dan berkata kalau dia baik baik saja dan meminta semua orang untuk tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya.

Suasana hati seseorang memang kadang mudah berubah. Tadi pagi Andin sudah mulai tenang, ia pun hampir saja menjadi istri Aldebaran seutuhnya saat di mobil tadi. Tapi ya malam ini, Andin yang pemurung itu kembali lagi. Suasana hati Andin memang tidak bisa di tebak.

Sudah 6 bulan lebih usia pernikahan mereka, tapi mereka belum pernah melakukan hal yang sering dilakukan oleh pasangan suami istri pada umumnya. Aneh? Memang. Sangatlah aneh. Tapi bukan pasutri pondok pelita kalau perjalanan rumah tangga mereka bisa mulus mulus saja seperti jalan tol tanpa huru hara.

"Mama kita makan malam yok, tadi papa udah pulang. Kita makan bareng ya"
Reyna menatap mama nya yang sedang melamun dan membuyarkan lamunan Andin.

"Ayo ma" Tak mendapat respon dari Andin, Reyna menarik tangan Andin sedikit kencang.

( Ruang makan )

Di ruang makan ini sudah ada mama Rossa yang sedang bersiap untuk makan, Aldebaran yang sedang merapikan pakaian nya yang sedikit berantakan, Kiki yang sedang menuangkan air dalam setiap gelas dan Mirna yang sedang berjalan dari arah dapur dengan membawa makanan yang tadi dimasaknya bersama Kiki.

"Andin mana Al?"

Tak lama dari mama Rossa bertanya pada Al, tiba tiba Reyna datang bersama Andin yang berada di belakang nya.

"Hai sayang, hai Ndin"

Andin dan Reyna pun segera duduk di tempat dimana mereka biasa makan.

"Tadi bagaimana di kampus?" Aldebaran mencoba menghibur Andin yang nampak baru saja habis nangis. Jujur Aldebaran tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Andin karena Andin tidak pernah mau bercerita soal itu.

"Ya begitulah, seperti biasa, gak ada masalah apa apa yang serius" jawabnya dingin

Semenjak kasus Roy sudah terungkap, Andin bukannya senang, malah sedih. Suatu berita mengejutkan itu memang sudah lama, tapi kenapa dirinya baru tahu.

Huhuhuhuhuhu
Dah part 4 aja nih

Cerita ini hanya fiksi belaka

Jangan lupa Vote dan Komennya
Jangan lupa follow akun akun aku

Wattpad : ndsvrrzk_
Instagram : fansnyaaryasaloka
Twitter : AryaSalokaFans

Aladin storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang