CHAPTER 24

1K 48 2
                                    

Happy Reading......

Tak kan hilang-Budi doremi

"Ma, mau tahu goreng lagi!" Aya menyodorkan piring bentuk kodok kearah Illa dan segera saja dia mendapat apa yang diinginkan. Illa hendak pamit kepada orang rumah ingin menelepon Caca sekedar tanya bagaimana keadaan Arka.

"Ayo dong angkat!" Illa mondar-mandir mulutnya komat kamit agar Caca segera menjawab.

"Kemana dia?" tanya Key juga sama khawatirnya.

"Khawatir banget kamu La?" Dia dikagetkan dengan Irene dibelakangnya. Ternyata setiap pergerakannya diawasi oleh Irene dan sekarang dia harus lebih waspada karena musuh ada didalam selimut nyata adanya, yaitu Irene.

"Eh mbak Irene, seorang ibu pasti khawatir lah mbak nunggu anaknya belum pulang dari kemarin. Mungkin aku gak bisa seperti mbak yang sudah bisa ninggalin anaknya diumur Rama dan Terry masih kecil." Illa menyinggung sikap Irene yang dulu sering pergi hingga saat kecil sering sekali Terry menginap dirumahnya.

Belum sempat membalas, Irene difokuskan oleh suara hpnya yang berdering. Illa mengendap mengikuti arah Irene yang langsung pergi bahkan tanpa pamit kepada orang rumah. Dia dan Key mengikuti arah Irene pergi.

Mereka berdua sudah mengikuti Irene sejauh ini. "Daerah sini terlalu gelap La dan gue takut dia ngeh sama keberadaan kita karena lampu mobil gue." Dilihat sekitar memang sebuah hutan dan perkebunan yang telah lama ditinggalkan oleh pemiliknya. Dan dengan nekat Kay mematikan lampu mobil mengandalkan pencahayaan dari mobil Irene.

Illa baru melihat sebuah bangunan besar yang diperkirakan itu adalah pabrik bekas dan pasti anak dan suaminya didalam. "Gue harus kesana Key. Gue mohon jangan ikut dan kalau ada apa-apa dengan gue, bilangin sama Caca gue minta maaf dan untuk Arka I love you." Ucapannya menyiratkan dia tak akan kembali dengan selamat. Hanya mengandalkan tubuhnya yang kecil, Illa bisa menyelinap diantara tempat yang tak bisa dilihat oleh penjaga sana.

"La gue yakin lo akan baik-baik saja, lo pintar dan tau apa yang akan lo lakuin." Key pasti berdoa yang terbaik untuk teman yang sudah dia kenal sejak kerja di perusahaan Arka.

Illa tidak tahu pintu mana yang berbahaya, dia hanya mengandalkan penglihatannya, apa yang dia lihat pertama itulah jalan yang akan ia pilih. "gelap amat. Apa jangan-jangan gue salah tempat." Dia sampai disebuah tangga dari bata merah yang sudah usang tapi kesalahan yang dia perbuat adalah terlalu menelisik ruang tanpa sadar menyenggol guci lawas hingga pecah. Dia bersembunyi disalah satu pintu untuk menghindari penjaga diluar sana.

Ruanga tempat ia bersembunyi amat besar maka dia akan melihat sesuatu disekeliling siapa tahu ada pentunjuk untuknya.

"Kak," bulu kuduknya merinding saat mendengar suara. Dia ingin kabur tapi yang ia dapat adalah adik iparnya sudah terkapar dilantai dengan darah segar yang keluar dari kakinya.

Illa menutup mulutnya, tapi ia harus segera membawa adiknya keluar dari ruangan itu. "Bangun Yuri, kita harus pergi dari sini." Yuri menggeleng kepala, dia tidak punya tenaga dengan kondisi yang terjadi padanya.

"Berjuanglah sekali lagi untuk menuju pintu keluar." Tidak ada waktu untuk menanyakan apa yang terjadi sekarang. Dia menyuruh Yuri untuk bersembunyi dibawah meja makan yang tertutup oleh kain. Illa mencoba naik untuk memastikan bila Arka ada didalam.

Dorrr

Illa menutup telinga mendengar 3x tembakan dari arah lain, dan matanya juga melihat Arka sedang berkelahi oleh Bagas, dia juga melihat tangan Arka berdarah akibat tembakan.

Dia balik mendekati Yuri, "ayo kita pergi Yuri!" Illa memapah adik iparnya untuk mendekati Key yang masih setia menunggu kedatangannya.

"Yuri, kamu kenapa?" Key histeris melihat kondisi yang tidak baik-baik saja.

MY CEO OR MY DOCTOR 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang