Happy Reading......
Pagi-pagi Arka telah siap dengan pakaian kantor lengkap dengan beberapa berkas yang akan ia ajukan kepada Hans untuk kembali menjalin kerja sama yang sebelumnya sudah dibatalkan oleh Hans.
"Silahkan tunggu sebentar ya pak karena pak Hans sedang meeting penting dengan sejumlah klient." Arka datang Bersama dengan Erwin sebagai sekretarisnya karena berbahaya bila ia hanya sendiri atau bersama sekretaris perempuannya.
"Perusahaannya sudah terkenal dimana-mana dan Darwin gak ada apa-apanya ini mah. Andai gue jadi Caca lebih pilih dia kali." Erwin mengoceh perbandingan antara Hans dan Darwin. Untung saja dia tidak berbicara langsung didepan Darwin.
Hans masuk ruangan lalu duduk dikursi kebesarannya, telunjuknya seolah mengisyaratkan untuk mendengar penjelasan maksud kedatangan mereka dan Arka mulai menjelaskan tujuan dari pertemuannya hari ini walau agendanya terlalu mendadak.
"Sebelumnya saya minta maaf, tapi untuk kali ini saya menolak kerjasama dengan kalian. Saya sudah tahu rencana kalian yang datang tiba-tiba dan seolah-olah ingin menjalin kerja sama dengan perusahaan saya." Mata Hans menatap tajam.
"Dan soal persidangan kemarin, tidak masalah walau Caca membongkar semuanya. ketahuilah, tidak ada yang berani menangkap saya apalagi seorang polisi. Ana antarkan mereka keluar dari ruangan saya." Sial, Hans mengusirnya seperti sampah. Batin Arka.
Bagaimanapun lambat laun perusahaannya akan gulung tikar akibat besarnya pengaruh perusahaan Hans. Arka meninju setir mobil hingga mobilnya sempat tak terkendali dan untungnya dia sigap menghindari trotoar.
Masalah apalagi ini, seolah-olah mereka datang bertubi-tubi dan Arka ingin bernafas sejenak saja tidak bisa. Apalagi dia tidak mau lihat anak istrinya menderita dan hidup susah.
"Jangan mudah menyerah lah, pasti ada jalan keluar." Erwin menasehati sahabatnya yang sudah tidak bisa mengontrol emosi.
Erwin kira mereka akan menuju kantor, tapi malah pulang kerumah milik keluarga Dirgantara. "Aduh, kacau kalau Arka ngamuk. Habis nih satu rumah digusur!"
Rumah oma sangat ramai dengan keluarga besar yang sudah berencana akan tidur di sana, jadi suasana rumah yang sebelumnya sepi akan ramai dengan suara anak kecil dan cengkrama hangat orang dewasa.
Erwin menyayangkan bila kehangatan rumah tersebut tiba-tiba dingin saat mulut Arka berucap dan marah. "Kontrol emosi Ka." Bisik Erwin walau tau tidak akan didengar.
"Arka gagal ma!" suara lirih dan air mata yang jarang terlihat kini sudah jatuh mengenai baju mamanya. Arka yang punya wibawa akan butuh bahu ibunya saat hidupnya dipenuhi masalah. Tidak ada kemarahan dari Arka tapi sebuah tangisan yang dapat membuat semua orang ikut sedih merasakan perjuangan Arka yang ingin mempertahankan perusahaan keluarga.
"Bangun nak! kalau kamu gagal gapapa, bukan berarti hidup ini berakhir. Kamu baru gagal satu kali dan masih ada seribu cara lagi yang bisa kita lakukan." Opa menyuruh Arka duduk dan menenangkan dirinya. Mereka tahu bila Arka berjuang begitu keras.
"Besok aku janji yang coba bilang pada Hans, bukan memohon kerja sama tapi suruh dia mengembalikan semua milik kita. Tapi janji satu hal, jangan kasih tau istriku." Darwin sudah punya rencana lain dan kemana Caca? Dia tidur di kamar setelah satu jam minum obat yang diresepkan oleh dokter.
******
Illa menatap Arka yang sudah terlelap dari tadi setelah minum obat tidur, itu kehendak dari Arka sendiri yang tidak tenang dengan pikirannya. Illa keluar kamar untuk makan malam akibat dari dia harus menemani Arka saat waktunya makan malam.
Walau menginap, suasana rumah sepi karena dia baru keluar pukul sepuluh malam. Sangat terlambat untuk makan malam sih.
"Baru makan?" Caca datang dari dapur membawa sepiring nasi goreng dan sebuah kotak yang berisi obat-obatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CEO OR MY DOCTOR 2
ChickLit"Ada 3 hal dalam mengucapkan kata selamat. Selamat atas pencapaianmu, selamat ulang tahun, dan selamat tinggal. Tapi aku tidak menyukai selamat yang ketiga." Kalau saja dua pilihan dapat ia pilih semuanya namun dirinya dipaksa akan sebuah pilihan...